Lisa menangis dengan omelan yang tak bosan keluar dari mulutnya. Tubuhnya bertumpu pada lutut, tangannya memeluk tubuh kurus sedikit pucat dikursi roda. Enggan melepas, sampai ditarik Andrick kedalam pelukannya.
Rea berpelukan dengan Fedrick dan Alice, disusul Abang Kembarnya yang membisikan kata yang membuat Rea semakin menangis.
"Pulanglah saat disana sudah tak ada lagi tempat bersandar, kami disini untukmu. Princess."
"Mengadulah disaat kau lelah, kami tetap untukmu dimanapun."
Uh, setelah berpacaran dengan Lisa, Andrick menjadi sangat mudah melontarkan kata kata manis. Rea pasti sangat merindukan kedua abangnya ini, walaupun tiri Rea tak peduli. Mereka Abangnya Rea.
Arthan pun tak luput ikut dengan Sandi, yang meminta maaf atas gertakan Ayahnya. Pemuda itu melontarkan ucapan yang membuat mereka tertawa.
"Re, jangan lupa bawa bule cantik ya kalo balik," antusias Sandi menjadikan dirinya mendapat tatapan tajam dari Azka.
Apa salahnya toh gue minta cewek bukan cowok. Batinya tak peduli.
Dibalas kekehan Rea, "Sekalian bawa oleh oleh patung singannya, kalo balik ya Re. Buat dipajang didepan rumah," langsung mendapat toyoran dari Arthan dan Azka.
"Kalian kenapa sih? Gak bisa liat orang seneng aja," kesalnya pada.
"Jangan ngaco," desis Azka.
"Little girl, sebentar lagi pesawatnya take of," ucap Alvin dibalas dengusan Azka dan Sandi.
Merusak kesenangan. Batin Sandi makin kesal.
Alvin berjalan menjauh begitu juga dengan yang lainnya, membiarkan sepasang kekasih itu berbicara.
"Inget yang aku katakan kemarin?" ingat Azka.
Rea mengangguk pasti, "Gak akan lupa," Azka tersenyum gemas, meraih Rea dalam pelukannya dengan cara menggendongnya.
Azka. Azka. Ckckck.
Selalu punya cara sendiri untuk Rea, membaut Rea merona. Azka menyatukan kening mereka, membuat semua orang yang memandang mereka iri.
"Aku tunggu kau pulang, jangan berjanji! Aku tak suka ingkar," Rea mengangguk pasti.
"Aku tak suka basa basi, pergilah sayang. Ku tunggu kau kembali," Azka mencium kening Rea lama, membuat Rea menangis terhisak dalam pelukan pemuda itu.
"Aku pasti pulang, jaga kesehatanmu, makan teratur, jangan begadang aku gak suka liat kantung mata. Jaga hatimu untuku, bisa?"
Azka mengannguk pasti, "Jangan kau ragukan," pasti Azka.
Azka menurunkan Rea dikursinya dan mendorongnya menuju Alvin yang sudah menunggu.
"Jaga dia dengan nyawamu, Kak!" Titah Azka pada Alvin yang berbeda tiga tahun darinya.
Alvin tersenyum tipis, "Tak perlu kau suruh akan kulakukan."
Kemudian Alvin mengambil alih pegangan kursi roda Rea, mendorongnya menjauh meninggalkan Azka.
Azka menatap kepergian mereka dengan tatapan yang sulit diartikan, membalikan badannya menjauh dengan pandangan dingin.
Mereka yang menatapnya pasti berpikir dua kali untuk menyapanya. Azka seakan mengeluarkan aura gelap membuat orang tak berani mendekat. Kalung liontin yang digunakannya, mengeluarkan cahaya biru yang memudar. Seakan merasakan kesadihan sang pemilik.
Disisi lain seorang perempuan cantik tampak tersenyum penuh kemenangan, keinginannya pasti tercapai dengan mudah.
Penghalangnya sudah pergi, tanpa perlu disingkirkan lagi.
Tak menyadari sepasang mata menatapnya datar, hapal dengan watak perempuan bermuka dua yang tersenyum penuh kemenangan itu.
Sedetik kemudian dia tersenyum miring, memikirkan rencana yang berlawanan dengan wanita itu. Dia tak peduli apapun resikonya, asal orang yang tak bersalah tak menjadi korban.
Obsesi, yang mengerikan. Batinnya.
**********
"Dad," panggil Azka pada Ayahnya yang tampak sibuk dengan berkas yang ada ditangannya.
Arya sang Ayah mengerutkan keningnya, melihat putra sematawayangnya menemuinya di kantor.
"Ada apa, son?"
"Aku butuh hatcker handal," Azka to the point.
"Untuk apa?"
"Kau akan tau Dad."
Arya hanya menhela nafas pelan, hapal dengan watak putranya ketika suasana hatinya buruk.
"Dady akan mengirim alamatnya."
Azka melenggang pergi begitu saja, sedangkan Arya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan putra sematawayangnya itu.
Persis diriku waktu muda. Batinya pasrah.
---------
"Kau harus musnah, tak peduli kau laki laki atau perempuan."
"Siapapun yang ingin membuatku jauh dengan Rea, dia tak pantas hidup."
"Semua yang melukaimu, kuanggap musuh."
Suasana malam yang sunyi itu, seakan memberi kesan mistrius dalam gelap. Menghantarkan perasaan mengancam bagi siapapun yang bersalah.
Membuat sang sosok dalam gelap, meneringai kejam penuh ambisi.
My Love
Aku sudah sampai, jangan khawatirkan aku. Mimipi Indah My Azka.Sebuah pesan masuk itu membuat Azka tersenyum lembut, menghilangkan sisi kejamnya.
Aku berjanji akan menemukannya. Batin Azka yakin.
Azka
Anything for you, My Love._____________________
Part ini paling sedikit... oke no problem... butuh dukungan...
Hargai usaha gadis labil..
🌟💬🌟💬🌟💬
KAMU SEDANG MEMBACA
REKA [TAMAT] Revisi
No Ficción(Romance+Fiction) Sebuah liontin pemberian sang bunda, mampu membuat kehidupan Vinnerea berubah membingungkan. . . Dari kandasnya hubungan dengan kekasih? Sampai teror sebuah pesan rahasia? Menjadikan sebuah pertanyaan tanpa jawaban. Akankah pertany...