Bab 08

2.5K 244 33
                                    

Aku menutup pintu kamarku dengan mata berkaca kaca. Sengaja aku bergegas masuk  karena Aa altaf sepertinya ingin ngobrol banyak sama sahabatnya.

Rasanya tak percata dengan kejadian diteras tadi. Belum juga lidahku kelu karena mendengar kalimat cerai darinya, dia sudah menambah lagi daftar kegalauanku hari ini.

Asisten. Ya, dia hanya bilang kalau aku asistennya, bukan istrinya. Asisten itu pembantu kan? Pembantu yang hanya menerima perintah perintah saja. Padahal sebagai istri, kita bisa berdiri sama tinggi. Sama sama memiliki hak dan kewajiban.

Ya ampun, pernikahan apa yang ku jalani saat ini? Benarkah hanya sebatas membantunya hingga dia sembuh?

Aku yakin Mama Nina dan Papa Alwan gak tahu soal ini. Mereka maunya kami mengisi pernikahan kami seperti pasangan lainnya.

Mungkin cinta itu belum ada. Tapi seiring waktu, aku meyakini bahwa rasa itu akan tumbuh dengan sendirinya.

Aa . Mencintai kamu itu mudah. Kamu mahluk yang tercipta sempurna dan menjadi idaman kaum hawa.

Menjadi Luar biasa jika kamu juga mampu mencintaiku seperti ku nencintaimu, perempuan kampung yang tak memiliki kelebihan apa apa.

Tapi apa itu mungkin?

Karena belum apa apa dia tidak mau menganggap pernikahan ini serius. Hanya pura pura demi memenuhi keinginan orangtua dan demi menemaninya didalam masa pemulihan.

Tuhan, dadaku sesak saat ini. Hikss..

Kenapa harus begini jalan hidupku? Tak bisakah aku mendapatkan seseorang yang ku cintai dan tulus mencintaiku ?

Perlahan aku mengusap pipiku yang basah dengan sendirinya. Aku menangis. Perih. Pedih.

Terdengar suara ponselku berbunyi dan ku dapati nama Oliva Sexy dilayarku. Kelakuan bocah, ubah ubah nama dia sendiri.

"Ke kampus sekarang Ran. Gw ada kabar gembira!!.. ditunggu.."

Klik!

Huft, ampun deh ini anak. Suka suka banget kalau lagi ada urusan. Tapi ya sudahlah, daripada dirumah aku sedih begini, mending ke kampus dan bertemu Oliva.

Iya, mungkin juga aku bisa curhat sama dia walaupun sobatku ini masih single.

Bergegas aku mengganti bajuku dan membawa tas sling bagku untuk menemui Oliv. Aku berdandan sekilas saja hanya menempelkan liptint tipis saja di wajahku. Tak lupanku semprotkan body mist Vanilla kesukaanku.

Setelah siap, aku bergegas menggunakan kaos kaki dan sepatu kets milikku.

Tiba diteras, aku pamit sama Aa yang asyik bernostalgia dengan temannya itu.

"Punten Aa, Rana mau ke kampus dulu ada urusan. Izin dulu ya Aa.."

Ku lihat mata Aa menatapku dari atas sampai bawah. Kesan curiga muncul dari matanya yang memicing.

"Ada urusan apa?"

Aku menghela nafas kecil.

"Urusan wisuda Aa. Sudah ditunggu temen. Pergi dulu ya A.. assalaamu'alaikum.."

Kesal begini, aku mengambil tangannya dan menciumnya takzim. Mau gimana? Biar begitu juga dia suamiku.

"Eh Rana, gw anter yuk.. sekalian aja.. gw pamit ya Al. Kapan kapan gw kesini.. maen sama Rana nih.."

Ku lihat mata si Aa membulat. Mukanya langsung tak enak dilihat.

"Dia pake angkot. Loe gak usah anter anter lah.."

"Elah.. sekalian lewat. Gw juga ada urusan diluar Semprul! Dah gw pamit yaa.. "

Aku menatap Aa kikuk. Duh gimana nih, dia izinin gak ya?

Cinta Luar Biasa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang