Bab 13

2.6K 258 34
                                    

Gw menatap wajah Rana kuatir. Matanya menatap gw datar. Wajahnya pucat pasi dan bibirnya putih.

Ni cewek kenapa?

Tadi gw sontak terbangun karena kaget mendengar suara muntah muntah yang cukup keras. Pas gw lihat kasur sebelah gw kosong, ternyata Rana gak ada. Jangan jangan dia yang muntah muntah, pikir gw.

Wait, muntah muntah? gw kan belum ngapa ngapain dia. Cuma ciuman dan pelukan doang masa bikin hamil? Pembuahan dari mana? Dari hongkong?!

Lama gw tunggu ternyata dia masih terus terusan saja muntah disana. Anjir.. gw kuatir dia kenapa kenapa. Anak orang itu..

Bergegas gw berjalan walau tertatih menuju toilet dan ku dapati dia tengah berjongkok dengan tangannya memegangi dinding toilet.

Gw pijit tengkuknya pelan pelan. Terlihat dia terkejut dan menoleh sebentar. Agak lama kami ditoilet dan akhirnya dia mengakhiri muntahannya.

"Loe kenapa?" Tanya gw penasaran.

Tak ada jawaban. Lalu gw lihat dia berbalik setelah membersihkan mulutnya dengan air wastafel dan kembali naik ke atas ranjang. Sialan, gw dicuekin.

Gw akhirnya ikuti dia dan disinilah sekarang gw duduk di pinggir kasur melihat dia terbaring lemah dengan wajah pucat pasi.

"Ran. Loe kenapa? Mau gw panggilin dokter?"

Matanya terpejam dengan lengan menutupi matanya.

Gw menarik tangannya dan kaget melihat matanya yang basah.

"Rana.. loe nangis?" Cicit gw pucat.

Cewek itu diam aja gak menjawab.

"Sakit? Gw telfon teh Fani ya biar diperiksa.."

Matanya kini menatap gw tapi terlihat kosong. Cuma air matanya aja mengalir perlahan di pipi mulusnya. Duh, ini cewek kenapa?

"Ngomong dong Ran.. gw kan gak tahu loe kenapa?"

Gw lalu berinisiatif menyentuh dahinya, kali aja panas atau apa.

Eh bujug. Gw langsung berjengit tak sadar.

"Loe sakit Ran? Dahinya panas?"

Dia hanya mengedip merespon ucapanku. Tiba tiba matanya menutup dengan lelehan airmata yang masih saja mengalir.

"Ran.. apanya yang sakit? Ran.. jawab dong.."

Duh, gimana ini.. Anak orang sakit gw bisa apa?

Perlahan gw bangun dan tertatih keluar menuju kamar bi Eem di bagian belakang. Mau gimana lagi, cuma dia satu satunya yang bisa nolong gw.

Selang sepuluh menit kemudian, gw balik lagi dengan bi Eem yang datang bawa air hangat untuk kompresan. Bi Eem memegang dahi Rana dan bilang kalau gadis ini demam.

"Dikompres aja ya A terus, ini bibi siapin termos air panas. Klo sudah dingin kasih air termos sedikit. Nanti disiapin.."

Gw mengangguk dan mengucapkan makasih ketika bi Eem berlalu.

Gw pandangi wajah Rana yang tampak pucat dengan dahi dikompres handuk putih. Matanya terpejam dengan bibir yang gw lihat agak bergetar.

"Rana.. apanya yang sakit? Mau gw pijitin?"

Gw bertanya dengan mulai sedikit cemas. Bahaya ini kalau anak orang kenapa napa.

Gw memandangi terus wajah pucat Rana.

Tak lama berselang, tiba tiba Rana menggigil. Tangannya menyilang dan memeluk pundaknya secara menyilang dengan bibir bergetar.

"Ran.. loe kenapa?"

Cinta Luar Biasa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang