Bab 10

2.5K 277 62
                                    

Seusai menyiapkan sarapan untuk Altaf, aku meminta izin pada dia untuk menengok Ibu. Tadi Villa mengirimiku pesan bahwa Ibu tidak enak badan dari kemarin. Jujur aku cemas karena ibu jarang sakit.

Tiba dirumah Ibu, aku langsung mendatangi kamarnya dan disana beliau tampak tertidur pulas dengan posisi tidur miring ke kanan.

Villa tak lama ikut masuk dan menarikku ke ruang tamu.

"Ibu sakit apa Vil? Teteh suka cemas kalau ibu sakit.."

"Gak tahu teh. Villa udah ajak ibu ke klinik tapi gak usah melulu. Mungkin nanti teteh yang ajak Ibu mau.."

"Ya udah. Kamu beliin bubur dulu gih, nanti mau suapin Ibu kalau bangun.."

Villa mengangguk lalu ia bergegas mengganti bajunya dan pergi ke warung Bubur mang Asep.

Aku bergegas kembali ke kamar Ibu dan duduk dikursinya mengamati. Beliau sakit apa ya? Ibu wanita kuat yang jarang sekali sakit.

Mungkin karena merasa ada orang lain dikamarnya, ibu membuka matanya dan berbalik menjadi terlentang.

Aku menyapanya dengan senyuman lalu mendekatinya. Ku cium tangannya dengan takzim dan duduk didekatnya

"Ibu sakit apa? Apanya yang sakit bu?"

Bibir Ibu tersenyum lalu meraih tanganku.

"Kapan datang?"

"Barusan Bu. Villa tadi pagi ngabarin jadi maaf baru kesini sekarang"

Mata Ibu menyorotku lembut. Ia mengamati sejenak wajahku lalu mengelus tanganku pelan

"Ibu gak apa apa. Kecapean mungkin. Teteh baik baik aja kan?"

Lekas aku mengang-angguk dan membalas elusannya

"Baik bu.. sehat.."

"Gak tau kenapa Ibu kepikiran teteh kemarin. Teteh ada masalah sama Altaf? Dia baik baik aja kan? Berlaku baik kan sama teteh?"

Deg.

Batinku merepih mendapati firasat ibu yang teramat kuat.

Mungkin batin Ibu tersambung ketika Altaf mengucapkan kata cerai kemarin. Kata yang sangat mengejutkan dan membuatku shock.

Ya Allah .. Ibu..

"Baik Bu. Aa bersikap baik sama teteh.. ibu jangan kuatir yaa.. teteh baik baik aja disana"

Mata Ibu mendadak berkaca kaca.

"Semoga keluarga teteh samaro ya teh.. jadi istri yang baik dan berbakti pada suami ya teh.. jangan membantah walaupun kita benar dan dia salah Ibu percaya teteh istri sholehah. Dulu ridho teteh ada sama Ibu. Setelah menikah beda teh. RidhoNya ada sama Altaf. Teteh faham ya.."

Hiks.. ingin rasanya aku mengadu. Tapi aku gak kuasa memberikan kepedihan untuk Ibu.

"Iya Bu.."

"Kalau ada masalah, ada Allah teh. Mengadu saja sama Yang Punya Hati. Sama Ibu juga boleh kalau mau curhat. Teteh jangan merasa sendiri ya teh.. gak ada kesulitan yang tak berujung. Semua pasti ada solusinya.."

Aku mengangguk kecil lalu memasang senyumku walau tipis.

Biar lah. Biar kesedihan ini ku tanggung sendiri saja. Tak akan ku biarkan Ibu melihat tangisku. Supaya Ibu tidak merasa bersalah dengan keputusanku menerima permohonan Mama Nina.

Allahu Rabbi.. bantu aku mengikhlaskan semuanya.. kuatkan aku..

🌷🌷🌷

Karena sudah janji akan mengantar terapi si Aa, aku tak lama dirumah Ibu.

Cinta Luar Biasa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang