Request by zatriaszatrias
.
.
.Malam itu, kau menatap rembulan yang mengapung dipermukaan danau akademi yang kehijauan. Perlahan kau membuka pintu dan mulai berjalan ke lorong asrama. Entah kekuatan apa yang membuatmu tertarik untuk memijakkan kaki ke dataran coklat penuh rerumputan hijau. Mencari kesunyian tanah berumput yang dirindangi pohon. Gugus cahaya bintang berpendar indah di seluruh penjuru mata angin. Suasana masih sepi, anak-anak asrama masih terlelap dalam dunia mimpinya.
Terang saja, karena saat ini jam masih menunjukkan pukul 00.13.
Matamu mulai menyapu pinggiran danau dengan mata bulatmu. Tiba-tiba, kau melihat sosok sempurna namun tergambar jelas senyum di wajah dingin dan putih itu. Sekuntum mawar putih pucat tersemat di tangannya.
Dalam gelap, kau memaksa kakimu untuk mundur. Sosok itu semakin mendekat. Dengan cepat kau berbalik dan melajukan langkah demi langkah yang terhempas di setiap detiknya.
Napasmu mulai memburu tak beraturan. Meyakinkan diri bahwa makhluk yang kau jumpai tadi adalah makhluk 'berwujud'.
"[Name]..."
Hembusan angin seakan memanggil namamu. Mendadak udara semakin dingin, terasa lembab, dan membekukan tubuh. Kau memucat. Kelopak matamu merapat, seakan tak ingin melihat dunia. Wajahmu memendam kesakitan.
Malam ini terasa sangat panjang.
***
"[Name], apa kau sudah dengar? Akhir-akhir ini Akademi kita geger dengan munculnya 'sosok' yang..hmmm... apa ya?"
Temanmu menggaruk kepalanya yang tak gatal. Kau hanya mengangkat alis dan terus menyendokkan nasi goreng dan memasukannya ke mulutmu.
"Apa kau tidak merasakan sesuatu yang aneh, [Name]?" Tanyanya lagi.
"Aneh? Maksudmu?"
Syuuuuuh...
Kau tersentak ketika kau kembali merasakan hembusan angin yang sama persis dengan yang kau rasakan tadi malam.
Tanpa sadar, kau menyentuh tengkukmu yang entah kenapa terasa sangat merinding sekarang.
Temanmu terus bercerita, dan kau tidak bisa untuk fokus pada setiap kalimatnya di saat pikiranmu melanglang entah kemana.
"[Name]! Kau mendengarkanku tidak 'sih?!"
Kau mengerjapkan mata dan menoleh pada temanmu, "Hah? Apa?"
"Kau tidak mendengarkan aku ya?!" Ia menatapmu sebal.
"Hehe, maaf."
"Ish, kau menyebalkan sekali!"
Kau hanya meringis dan terus meminta maaf hingga tiba-tiba suara itu kembali memanggil namamu dengan lembut.
.
.
.
.Kini rembulan kembali menampakkan cahayanya. Walaupun hanya tiga perempat yang terlihat di langit sana, tapi masih terlihat indah karena adanya sang bintang. Kau merebahkan tubuhmu ke kasur dan mulai memejamkan mata.
"[Name]..."
Kau tersentak saat suara itu kembali memanggil namamu. Jantungmu terasa ingin melompat keluar ketika melihat 'sosok' dingin namun tampan itu muncul kembali di hadapanmu. Kau menggigit bibirmu dengan keras, berharap hal itu bisa membuatmu terbangun dari mimpi, angan, atau apapun asal bisa meyakinkanmu bahwa semua tidak nyata.