Request by MoSakahara
.
.
.Tidak pernah terbayangkan sedikitpun olehmu bahwa kau akan menikah disaat kau masih sekolah, apalagi calon suamimu jauh lebih muda darimu. Oh, ayolah. Meskipun usia kalian hanya terpaut dua tahun, tetap saja kau lebih tua darinya. Lagipula, kau sudah menganggap dia sebagai adikmu. Akan aneh rasanya jika 'adikmu' tiba-tiba berubah menjadi 'suamimu'.
Suami rasa adik?
Heh! Yang benar saja!
"Onee-sama, kenapa melamun?"
Sebuah suara membuatmu tersentak. Kau sontak menoleh hanya untuk melihat pemuda berambut Cherry itu kini tengah menatapmu dengan manik ungunya yang jernih.
"Tsukasa..."
"Ya, Onee-sama? Kau butuh sesuatu? Katakan saja padaku."
Tsukasa, laki-laki menggemaskan itu telah resmi menjadi suamimu beberapa jam yang lalu. Kau tidak habis pikir, bagaimana mungkin orang tuamu memintamu menikahi bocah ini?
Oke, Tsukasa jelas bukan bocah. Dia kelas satu SMA, dan beberapa bulan lagi anak itu akan naik ke kelas dua. Tapi tetap saja, kau lebih tua darinya. Kalian juga tumbuh bersama. Kau bahkan melihat dengan mata kepalamu sendiri ketika Tsukasa terlahir ke dunia ini.
Intinya, kau sudah menganggap Tsukasa seperti adikmu sendiri. Bukan berarti kau tidak menyukainya, tapi ... Arrghh! Dengan menikahinya entah kenapa membuatmu merasa seperti pedofil betina yang gemar memangsa brondong manis macam Tsukasa sekarang!
"Tsukasa, apa kau tidak keberatan dengan pernikahan ini?" tanyamu tiba-tiba.
Tsukasa menggeleng, "Tentu saja tidak."
"Tapi, kita kan masih sekolah."
"Memangnya kenapa? Aku tidak akan mengekang Onee-sama kok."
"Bukan itu maksudku."
"Lalu?"
"Aku... Aku lebih tua darimu."
"Hanya terpaut dua tahun. Lagipula, Onee-sama tidak terlihat tua. Kau cantik di mataku, Onee-sama."
Blush
Padahal Tsukasa yang mengatakannya, tapi malah dia juga yang merona.
Oh, lihatlah wajahnya yang sudah menyerupai warna rambutnya sekarang. Sungguh menggemaskan.
"Aku tidak habis pikir, bagaimana mungkin orang tua kita menyuruh kita menikah disaat kita masih sekolah?"
Mendengar perkataanmu, tiba-tiba wajah Tsukasa berubah murung, "Apa... apa Onee-sama tidak menyukaiku?"
"B-bukan begitu." Ucapmu panik, "Tapi ... tapi ... Ah sudahlah. Lebih baik kita tidur."
Kau segera naik ke atas ranjang dan memposisikan dirimu di bawah selimut.
"T-tidur?" Ulang Tsukasa. Entah kenapa wajahnya berubah merah sekarang. Lebih merah dari yang sebelumnya.
"Iya, tidur. Memangnya kau tidak ngantuk?"
"M-maksud Onee-sama tidur yang itu?"
"Itu apa? Tidur ya tidur. Kenapa pertanyaanmu aneh se-...."
Kau membulatkan matamu begitu menyadari arti kalimat Tsukasa beberapa saat yang lalu. Oh, pantas saja ia merona parah seperti itu.
"B-bukan tidur seperti itu yang aku maksud!"
Wajahmu ikut memerah begitu tau Tsukasa salah paham dengan kata-katamu.
Tentu saja tidur yang kau maksud adalah memejamkan mata dan menjelajah ke alam mimpi! Bukan tidur yang .... yang ... Argh! Kau bisa gila!
"A-aku belum siap, Onee-sama."
Heh! Memangnya aku siap?! Jeritmu dalam hati.
Kenapa Tsukasa bersikap seolah kau adalah gadis mesum yang akan menodai bocah SMP?!
Ya Dewa, akan jadi seperti apa rumah tangga mereka nanti?
.
.
.
.********
A/N
Tsukasa terlalu volosh untuk pikiranku yang ... Ah sudahlah :")
KAMU SEDANG MEMBACA
HALU story
Fiksi PenggemarBuku ini penuh dengan kehaluan, kegajean, dan kebucinan