Prolog

42 3 1
                                    

Wanita berambut coklat bergelombang dengan dres berwarna pink bercampur biru mulai berjalan memasuki area pedesaan.

Ia membuka secarik kertas berwarna merah muda yang sejak tadi sudah berada di tangan nya.

Dear Netha

Jln. Pangrango no 70.
Gak usah ketuk pintu. Gw didalem lagi pake kaos hitam.

Lion

"Alamatnya bener, tapi kok sepi ya?"
Netha melihat sekeliling dan menemukan warung yang berhadapan dengan rumah yang surat itu maksud.

"Permisiii, mau tanya alamat ini di sebelah mana ya?" Ucap Netha, sambil menunjuk alamat pada surat itu pada bapak penjual warung.

"Ohh iya neng betul," ucap bapak itu "tapi setau saya rumah itu sudah lama ditinggal oleh pemilik nya. Eneng mau kesana?"

"Iya pak, itu rumah teman saya, kata nya dia ada didalam."

"Ohhh. Hati - hati ya, neng. Rumah itu udah lama kosong takut nya ada apa - apa,"

"Ohhh iya pak terimakasih, saya pergi dulu."

Netha berjalan menuju rumah disebrang warung kopi tadi. Seperti yang surat itu minta, ia langsung membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

"Selamat siang Netha," Netha terlonjak mendengar sapaan pria dari balik sofa di depan nya. "Siang, Liionn?" balasnya, ragu.

"Selamat datang di rumah gue. Muka lo kok kayak yang terheran - heran gitu?"

Netha diam, berjalan perlahan sambil melihat sekeliling, mendekati asal suara itu.

"Berantakan? Sorry ini rumah gue udah lama ditinggalin."

"Sorry, tapi bisakah lo tunjukin gue lagi ngomong sama siapa?"

Mengerti apa yang Netha maksud pria dibalik sofa yang sejak tadi ia anggap sebagai Lion berdiri, membalik menatap Netha mematung.

"Kok lu serem?"

Tawa renyah keluar dari mulut Lion "Gue? serem? yaelahh lu jarang liat cowo ganteng kali ya?" Jawab nya.

Lion melihat Netha yang masih berdiri mematung di depan pintu. "Sini ah lu ngapain juga di situ kaya anak ilang tau gak."

Netha berjalan mendekati sofa tempat Lion duduk, mendudukan tubuhnya di salah satu sofa yang berada di sana.

"Eh gue ke belakang dulu, mau bikin jus jeruk," Lion berjalan meninggalkan Netha.

Dan berbalik ketika merasa tangan nya di pegang. "Gue ikutt," Ucap Netha yang seketika sudah berdiri di samping Lion.

Lion tersenyum, melepas genggaman Netha dan merangkulnya.

Lion mengambil 2 gelas di rak piring dan menaruhnya di meja. "Tolong ambilin jeruknya di atas kulkas dong neth!"

Netha mengambil sekantung jeruk di atas kulkas, mengambil beberapa dan memotongnya. "Biar gue aja li."

Lion tersenyum, mengangguk. "Gue mau beli gula dulu di warung depan."

Netha membelah 2 jeruk yang ada di tangan nya. "Aww," cairan merah kental mengalir dari tangan nya, menetes mengotori keramik putih dapur itu. "Shh, aduu kok bisa kena sih," Netha mengemut jarinya, lalu  berlari menuju wastafel.

"Ih ko masih keluar si darah nyaa," Netha berlari keluar dapur, menuju warung tempat Lion membeli gula. Juga warung tempat ia menanyakan alamat tadi.

"Pak, ada plester?" Tanya Netha pada bapak penjual warung.

"Neth, kenapa?" Tanya Lion yang sedang menerima kembalian.

FakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang