1

29 2 0
                                    

Wanita dengan rambut yang dibiarkan tergerai dengan warna coklat bergelombang di ujung nya berjalan memasuki pekarangan sekolah. Tak lupa, ia selalu mengangkat kedua sudut bibir nya dengan manis.

"Duarrrrr!!!"
Netha terlonjak, kaget mendengar suara yang ditimbulkan oleh orang yang sedang memegang pundak nya.

Netha melepas kasar tangan di pundak nya, "Iihh, ngagetin aja lu!"

"Ya lagian lu jalan sendirian, senyum - senyum sendirian. Udah kaya orgil tau gak." Balas nya

"Gue gak jalan sendirian. Tuu liat!" Netha melihat sekeliling. Diikuti oleh wanita di sebelah nya, "banyak orang kan? Kucing Mang Boy juga ada."

"Tapi kok lu kaget? Lagi mikirin yang aneh - aneh yaaa?" Wanita itu menunjuk wajah Netha dengan muka yang seakan sedang mengintrograsi.

"Heh, nak ayam! Siapa juga yang gak kaget sama suara cempreng lu tadi?" Netha menjauh kan tangan pemilik orang yang sedang menunjuk nya,

"Ihh masak gue di bilang cempreng? Ini kan Livia Syahila Fieza, pemilik suara paling merdu di angkatan 12."

Netha memutar bola matanya, "hilih bat lu."

"Eh btw, muka lu yang cantik nan indah berseri itu akhir - akhir ini kok jadi sedikit kusam, berantakan, acakadut, jelek, item, idup lagi," ucap Livia, berlebihan.

"Gue bingung harus tersanjung apa enggak."

"Eh serius, lu kenapa?"

Netha mengedikan bahu, "Gapapa, biasa aja tuh."

"Ehh iyaa story WA lu kok sekarang adem ayem gitu? gak kayak biasanya?"

"Jadi gimana emang?"

"Lu lrp yaa?"

"UDAH DARI 2 BULAN LALU KALII BUUUKK!" Teriak Netha, "KE MANA AJA LU? HAH?"

"Baru nyadar gue,"
"Eh, tapi kenapa Neth?"

Netha memberhentikan langkah nya tepat di depan pintu kelas mereka. Yang mau tak mau Livia pun ikut berdiri di sebelah Netha.

Mata Netha menatap 1 orang dari segerombolan pria yang sedang duduk di lorong sebelah kelas nya. "Gue sekarang lebih suka menikmati ukiran yang dibuat tuhan secara langsung. Dibanding menikmati ketikan yang belum tentu menggunakan hati untuk membuatnya," kedua sudut bibir Netha terangkat dengan sempurna.

"Yeeeee si kampang," Livia mengerlingkan mata, mendorong tubuh Netha agar masuk kedalam kelas.

***

Bel istirahat berbunyi nyaring, membawa kebahagiaan bagi siapapun yang sudak muak berada didalam kelas.

"Hey kalian pada bawa bekel semua kan?" Tanya Livia, setelah Bu Dinda 'guru matematika' keluar dari kelas.

"Bawa," ucap Netha yang masih menulis di tempat nya.

"Lu Bianca? Kelly?" Tanya livia lagi.

"Bawa."

"Kalau kalian berdua?" Tanya Livia. Mata nya mengarah pada Rachel dan Anggi yang disambut lemparan buku dari Rachel yang berada di sebrang bangku nya.

"Iihh aku kan cuman tanya," ucap Livia, dengan muka yang ia buat memelas.

"Gak usah sok imut lu!" Balas Rachel, sewot.

"Udah berantem nya?" Tanya Netha yang baru saja selesai membereskan buku, "ayo makan."

"Gue lupa gak bawa, mau ke kantin dulu," Anggi keluar dari bangku nya, berjalan keluar kelas.

"Kita - kita duluan ya, gi," ucap Rachel yang dibalas anggukan oleh Anggi.

FakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang