Burung - burung bersengger di ujung genting gedung sekolah, sambil bernyanyi menyambut pagi yang indah.
Tawa bahagia terdengar dari seluruh penjuru ruangan kelas, senyum bahagia dan sapa terlihat selalu beriringan.
Dari balik spiker terdengar suara gemesrak seperti akan ada yang berbicara lewat mic.
Selamat pagi menjelang siang semua. Di pagi yang cerah ini kita akan melaksanakan kampanye calon ketua OSIS sekaligus dengan pencoblosan nya, jadi diharapkan untuk seluruh warga sekolah untuk segera berkumpul di lapangan dan berbaris dengan rapih, terimakasih.
Setelah pengumuman itu, koridor sekolah langsung dipenuhi oleh seluruh siswa untuk menuju ke lapangan.
Tanpa menunggu perintah apapun mereka langsung berbaris dengan rapih sesuai dengan kelas dan gender masing - masing.
Setelah semua berbaris dengan rapih, Alvian bergegas berjalan menuju panggung kecil di tengah lapangan.
Alvian mengetuk beberapakali microphone di depan nya, "ekhem, selamat pagi semua."
"Pagii!!!"
"Saya harap kalian tidak akan bertanya lagi mengapa saya yang berdiri di sini bukan Pak Ruslan atau Bu Dinda seperti briefing biasanya."
"Yang terhormat Bapak Ruslan selaku kepala sekolah, yang saya hormati para guru dan staf TU, dan teman - teman yang saya cintai."
Suara ricuh terdengar dari seluruh barisan akibat perkataan Alvian yang mengundang baper dari kaum hawa.
"WOOO..... NGE-FAKBOY NYA LIAT - LIAT TEMPAT!!" Seru anak - anak cowo dari barisan kelas 12."Oke, kita langsung pada tujuan saya berdiri sendiri. Yang pertama saya meminta maaf yang sebesar-besar nya kepada para guru dan teman - teman tentunya karena mungkin dalam 1 tahun belakang ini saya sebagai ketua OSIS belum becus melakukan tugas saya, mungkin ini terlihat berlebihan, tapi saya betul - betul mengucapkan beribu maaf pada kalian semua."
"Yang kedua saya mengucapkan terimakasih kepada seluruh warga sekolah yang sudah mempercayai saya sebagai ketua OSIS dalam 1 tahun kebelakang ini, dan juga kepada seluruh anggota yang sudah membantu saya dalam kepengurusan OSIS."
Alvian terus melontarkan kalimat - kalimat nya tanpa lupa untuk tersenyum manis yang membuat kaum hawa tak ingin sedikitpun melewatkan pemandangan indah itu, ditambah dengan lensa hitam Alvian yang berjalan mondar-mandir, memperhatikan audiens yang juga memperhatikan nya.
"Ih, gue kok risi ya liat cewe-cewe junior pada ngeliatin Alvian," ucap Rachel.Livia yang berada di samping nya mengedikan bahu.
"Hemmm, ada bibit-bibit," wajah Netha tiba-tiba muncul di antara Livia dan Rachel.
Rachel menepuk wajah Netha, "cangkemu!"
"Emmm, sepertinya hanya itu yang saya sampaikan," Alvian menjauhkan mic dari bibir nya, lalu berbicara kembali, "tapi sebelum saya mengahiri sambutan ini, saya ingin meminta ijin pada Bu Dinda dan Pak Ruslan terlebih dahulu."
"Dikarenakan saya sudah lengser dari kepengurusan OSIS saya minta ijin untuk menjadikan salah satu siswi disini sebagai pendamping perjalanan hidup saya pak, buk, boleh?"
Bu Dinda tersenyum geli mendengar nya, "gayanya pendamping hidup, memang nya mau kawin sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake
Teen Fictionteori konyol : belum pernah bertemu tapi bisa sayang. bagaimana bisa dua insan yang belum pernah bertemu bisa saling mencintai? Ada banyak hal yang rasanya benar - benar harus dilepaskan. Ada banyak hal yang memang tak akan pernah jadi nyata. Ada...