Ryan membopong tubuh kurus Anna menuju UKS. Setelah dia menunggu Anna selama berjam-jam, akhirnya gadis itu sadar dari pingsan nya. Ryan langsung mengambil teh hangat di meja dan membantu Anna untuk minum.
Anna meraba-raba kasur yang ditidurinya, dia tidak menemukan apa yang dia cari. Ryan bertanya, “Cari apa?” Anna mendadak membisu dan hanya menggeleng.
“Aku p-pulang dulu, ya. Makasih udah mau bawa aku ke UKS.” Ucap Anna, dia berdiri dari kasur dan beranjak keluar dari UKS. Ryan terdiam di kursi, masih terbayang dengan jelas mata berwarna coklat milik gadis yang ditolongnya tadi. Dia menggeleng dengan cepat berusaha mengenyahkan pikirannya tentang gadis yang –bahkan- tidak diketahui namanya itu.
---
“Mama, aku pulang!” Anna berlarian ke ruangan tengah tempat keluarganya berkumpul. Anna menghampiri Mama nya dan mencium punggung tangan wanita tersebut. Lena memeluk putrinya dengan erat, “Kamu gak kenapa-napa kan? Kok baru pulang jam 7 malam begini? Gak biasanya kamu seperti ini.” Ucap Lena dengan nada khawatir yang mendalam.
Anna hanya tersenyum melihat sang ibu mengkhawatirkannya, “Maaf udah bikin Mama khawatir. Tadi Anna pingsan di lapangan dan di UKS selama dua jam-an. Maaf juga karena.... kacamata pemberian Mama jadi rusak.” Anna mengambil kacamata berbingkai hitam di saku nya yang sudah tidak berbentuk.
Lena menggeleng perlahan dan mengelus rambut anak keduanya. “Nanti Mama belikan, ya. Asal kamu baik-baik aja, sayang.”
Anna bersyukur mendapat keluarga yang memberikan perhatian penuh padanya walaupun kakak kandungnya sedikit cuek dan terkesan menutup diri. Dia menghela nafas dan memutuskan untuk tidur agar tidak telat berangkat ke sekolah esok harinya.
Pagi harinya, Anna diantar oleh Adam sampai gerbang sekolah karena dia sedang tidak ada kuliah pagi, Adam lebih tua tiga tahun dari Anna dan duduk di bangku kuliah semester pertama karena tahun ini dia gagal dalam tes jasmani untuk masuk ke Akademi Angkatan Udara, jadi daripada dia menganggur di rumah, dia memilih untuk kuliah sambil menunggu tes menjadi taruna tahun depan.
Setelah Anna berpamitan pada kakaknya, dia berjalan pelan menuju sekolah. Adam berlari karena lupa hendak memberikan sesuatu pada adik perempuannya. Adam menarik rambut Anna yang dikuncir, membuat Anna meringis kesakitan, “Aw!” Anna menoleh dan memasang wajah kesal.
“Enggak usah sok kesel, nih kacamata baru buat kamu. Jangan sampai rusak atau hilang lagi, aku belikan kemarin malam. Jadi kamu gak nyusahin Mama lagi.” Adam menyerahkan tempat kacamata berwarna hitam pada Anna, Anna langsung membukanya dan memakai kacamata yang ada di dalamnya.
“Makasih, Kak!” Anna menubruk tubuh kekar Adam dan memeluknya sekilas. “Aku masuk kelas dulu, hati-hati di jalan.” Anna melambaikan tangan pada Adam dan dibalas dengan acungan jempol dengan Adam.
Tanpa Anna sadari, Ryan memperhatikannya dari kejauhan. Ryan mengepalkan tangannya, dia berteriak, “Argh! Sialan.”
Teman Ryan menatapnya dengan heran, “Kenapa, Yan? Stress?” tanya Aris. Ryan hanya mendorong bahu Aris untuk menyingkir, dia masuk ke kelas dengan nafas yang memburu dan wajah memerah menahan emosi.
Pertama kali dia merasakan hal seperti ini, melihat mata lebar milik gadis yang merupakan adik kelasnya itu dengan jantung yang berdebar tidak karuan. Saat kulitnya tidak sengaja bersentuhan dengan kulit milik gadis itu, dia merasakan darahnya mengalir deras dan juga membuatnya hangat. Tanpa sadar, dia mulai tertarik oleh adik kelasnya itu. Pagi tadi, dia berniat untuk berkenalan dan memberikan kacamata gadis berambut hitam kecoklatan dengan hidung mancung dan memiliki mata yang indah tersebut, tetapi Ryan dikejutkan dengan adegan berpelukan antara gadis itu dan pria bertubuh kekar menggunakan jaket hitam. Ryan mengusap wajahnya kasar.
YOU ARE READING
Cinta Kembali Datang
RomanceMengapa dia datang kembali setelah menorehkan luka yang mendalam di dalam hatiku? Seolah aku ditakdirkan untuknya, mengapa aku sering bertemu dengannya?