Part 5B

12.9K 759 6
                                    

        Sudah mundur beberapa jam dari waktu yang ditentukan untuk pengumuman tes ke-4, Ryan masih menunggu pengumuman untuk lolos dari Akademi Militer. Sayangnya, nama Ryano Adhi Setyasa tidak dipanggil dalam daftar calon taruna yang dinyatakan lolos. Ryan mengepalkan tangannya, rasa kecewa di dalam hatinya karena menganggap remeh tes untuk masuk Akademi Militer akhirnya muncul.

                Ryan berjalan lemas di stasiun kereta api. Dia menyandarkan kepalanya pada dinding dan menghantam dinding karena sedih dia tidak lolos, sedangkan dia sudah berjanji pada sahabatnya akan berjuang bersama-sama menjadi prajurit tangguh. Karena tidak ada pilihan lain, Ryan memutuskan untuk bersekolah bisnis sesuai saran kedua orangtuanya.

                Namun, di dalam hati Ryan dia masih ingin mengejar impiannya menjadi tentara. Dia tersenyum miring, dia akan mencoba tes untuk menjadi tentara tahun depan. Untuk sementara, dia akan membantu bisnis keluarganya yang sudah menyebar ke segala penjuru Indonesia bahkan sampai ke Dubai.

-----

2 tahun kemudian,

                Sosok Anna kini sudah berubah, dia tidak ingin lagi membuat Mama nya sedih karena mendengar curhatan Anna yang diremehkan, diejek, dan ditindas. Semenjak kepergian Mama dan adik perempuan nya setahun yang lalu, Anna merubah total penampilan serta sifatnya yang dinilai lemah.

Dia tidak lagi menggunakan kacamata tebal karena sudah menjalani terapi dan meminum obat dari dokter kepercayaannya, penglihatan Anna kembali normal. Mata coklatnya yang indah itu tidak lagi terhalang oleh kacamata. Rambut yang biasa dia kuncir kuda dan dikepang kini sering terlihat diurai, rambut hitam kecoklatannya yang bergelombang itu membuatnya terlihat lebih menarik. Gaya berpakaiannya yang dulu sering menggunakan rompi, rok panjang dengan bunga-bunga sudah dirubahnya menjadi gaya berpakaian yang simpel tetapi tetap terlihat mempesona. Behel yang dulu membuatnya makin terlihat seperti nerd punsudah dilepas memperlihatkan deretan gigi yang putih dan rapi.

Anna memperhatikan dirinya di cermin dan tersenyum bangga atas perubahan dirinya yang menjadi lebih baik. Dia bukan lagi Anna penyendiri, pendiam, yang selalu berkutat dengan buku tebal. Dia sudah mendapat banyak teman yang menghiasi harinya dengan canda tawa, dia menjadi seorang perempuan yang menyenangkan untuk diajak berteman.

-----

                “Sudah menunggu lama?” Ferdi tersenyum dengan memperlihatkan lesung pipinya. Pria berdarah campuran Indonesia-Belanda ini merupakan senior Anna yang telah memasuki semester akhir. Dia sering membantu Anna membuat esai, tugas, dan masih banyak lagi kebaikan yang ditujukan pada Anna oleh pria berambut coklat terang itu.

                Anna menggelengkan kepala dan mempersilahkan Ferdi untuk duduk, mereka berada di salah satu restoran dekat dengan kampus. Kebetulan keduanya telah menyelesaikan kelas pagi dan memenuhi janji untuk makan siang di restoran.

Sambil mengunyah kentang goreng, Anna memperhatikan pria yang duduk dihadapannya dalam-dalam. “So, do you know what I mean?” tanya Ferdi sambil menunjuk kertas lembaran yang ada di meja. Anna hanya mengangguk, sebenarnya dia sudah tau tentang apa yang dia tanyakan pada Ferdi, hanya saja dia berpura-pura tidak tau untuk menghabiskan waktu lebih lama bersama Ferdi.

----

                Anna memandang langit-langit kamar kostnya. Kakinya ia gerakkan ke kanan dan ke kiri sambil menggigit bibir. Hal yang biasa dilakukan Anna saat dia sedang berpikir keras. Kemudian dia menyentuh dadanya yang membuatnya heran sejak tadi. Dia yakin kalau dia menyukai Ferdinand, tetapi mengapa jantungnya tidak berdetak dua kali lebih kencang seperti saat melihat ‘pria itu’?

                “Ah nggak, aku yakin kok kalau aku suka Kak Ferdi!” Dengan cepat Anna menggelengkan kepalanya untuk menghapus bayangan Ryan yang sekilas melintas di pikirannya. Anna merasa sangat nyaman berada di dekat Ferdi, dia selalu menunggu telepon dari pria itu, selalu tersenyum dan tertawa mendengar candaan ringan dari Ferdi. Rasa itu diyakini Anna sebagai cinta, dia beranggapan bahwa dia benar-benar sudah melupakan sosok Ryano dalam hidupnya.

Dia ingin anggapan itu benar dan dia berharap tidak akan bertemu dengan pria yang pernah menorehkan luka di dalam hatinya... Semoga saja doanya dikabulkan oleh sang kuasa. Ya, semoga saja.    

Cinta Kembali DatangWhere stories live. Discover now