Part 5A

13.3K 753 4
                                    

        “Adek-adek, setelah kalian lulus SMA, kalian akan kemana?”  Setelah itu, para taruna Akademi Militer memberi berbagai informasi tentang Akademi Militer pada murid kelas XII SMA Nusa Bangsa. Aris duduk di barisan paling depan memperhatikan para taruna yang menjelaskan itu dengan serius, Ryan melirik sahabatnya yang sedang serius.

        Dia jadi berpikir, apa dia bisa masuk ke dalam Akademi Militer sedangkan di keluarganya tidak ada latar belakang militer berbeda jauh dengan keluarga Aris. Tetapi jika bukan seperti itu, mau jadi apa dia kedepannya? Ryan bergelut dengan pikirannya.

                “Taruna adalah figur calon pemimpin di masa depan, sedangkan kami sendiri, taruna dari Akademi Militer adalah calon pemimpin TNI Angkatan Darat. Di Akademi Militer, kami digembleng dan dilatih untuk menjadi calon perwira,” Aris menganggukkan kepalanya sambil mengetuk pulpennya mendengar penjelasan Sermatutar Andri. Ryan hanya mendengus kebosanan.

                “Lo berminat nggak jadi taruna? Nanti ikut tes sama gua di Ajenrem,” ujar Aris pada sahabatnya, Ryan hanya mengendikkan bahu.

----

                “Ngapain kamu jadi tentara, hah? Kamu pikir Papa nggak bisa biayain kamu kuliah? Kamu biarin Papa ngurus restoran keluarga kita sendiri?!?” Ryan hanya membiarkan pipinya yang panas karena tamparan Papanya dengan tenang.

Ryan menarik nafas dan menghembuskannya, “Pa, Ryan nggak bermaksud nyinggung Papa kayak gitu. Ryan pengen cari jalan hidup Ryan sendiri, please?” Remon –Papa Ryan– menatap anaknya dengan tatapan garang, dia menoleh sekilas ke arah istrinya yang mengangguk. Remon mendesah kesal dan menandatangani formulir pendaftaran Akademi Militer milik Ryan.

----

                Anna menyusuri taman sekolah yang memang sering sepi dengan ceria, dia membawa dua buku tebal sambil terus bersenandung menghampiri bangku tua berwarna coklat yang dipenuhi coretan untuk didudukinya. Anna akhir-akhir ini sering menghabiskan waktu untuk sekedar membaca buku dan novel di taman atau di depan gedung penyimpanan sekolah, karena waktu luang di sekolah sebab ulangan akhir semester genap telah berakhir.

                Anna menutup novel yang baru dibaca setengahnya itu dengan kasar, dia mendesah berat. Sampai saat ini dadanya sering sesak melihat kemesraan Ryan dan Kaila yang diumbar di sekolah terutama di lapangan basket. Oleh sebab itu, taman dipilih oleh Anna untuk menenangkan diri dari cowok yang membuatnya patah hati tersebut.

                Saat sedang membereskan buku-bukunya, Anna mendengar suara berat yang amat dikenal oleh telinganya. Tidak salah lagi, itu suara Ryan, yang membuat lubang di dalam hatinya menganga kesakitan. Karena dilanda rasa penasaran, Anna mendekat ke sumber suara dan dia terkejut melihat Ryan sedang berpelukan Kaila, beberapa detik setelahnya mereka melepaskan diri dan mendekatkan wajah mereka masing-masing.

Mata Anna mulai buram karena air mata yang sudah menumpuk, tetapi dia yakin kalau sepasang kekasih itu sedang berciuman mesra. Anna menggigit bibir bawahnya sambil menepuk dadanya dengan keras, berusaha menghapus rasa sakit dalam dadanya. Dia berlari menuju bangku tua dan menangis deras tanpa suara. Anna tau kalau tangisnya tidak membuat rasa sakit di dalam hatinya berkurang atau bahkan menghilang.

-----

                Kaila menghampiri Ryan dengan balutan dress berwarna merah menyala dan rambut hitam yang digerai. Ryan tersenyum kearah Kaila dan mengapit lengan kekasihnya itu dengan mesra. Pipi Kaila terasa panas dan muncul semburat merah dibalik blush on nya itu.

                Mereka menghabiskan waktu bersama dalam acara prom night, saling tertawa dan berdansa. Kaila bersandar pada dada Ryan dan kedua tangannya dikalungkan pada leher Ryan, “Kamu serius mau jadi tentara?” tanya Kaila dengan nada sedih.

Ryan mengecup puncak kepala Kaila dan mengelus pundak kekasihnya yang terbuka itu dengan lembut, “Mmm-hm. Kenapa? Kamu nggak suka?” Ryan menggunakan nada pura-pura sebal.

        Kaila menggeleng cepat dan mengutarakan perasaannya yang khawatir bila Ryan terjadi apa-apa sewaktu menjadi tentara. Ryan terkekeh dan menjawab, “Semua pekerjaan pasti ada resikonya, sugar. Bahkan mencintai kamu juga ada resikonya. Jangan khawatir, nanti kalau aku jadi tentara, aku pasti ngelindungin kamu.” Jawaban yang diberikan oleh Ryan membuat hati Kaila berdesir

----

Cinta Kembali DatangWhere stories live. Discover now