AUTHOR POV
Anna sedang berdandan untuk mempersiapkan diri pada akad nikahnya. Akhirnya, setelah penantian selama enam bulan tiba juga. Anna harus bersabar menunggu Ryan yang mengambil pendidikan KIBI selama beberapa bulan dan mempersiapkan pernikahan dengan bantuan Mami dan WO.
Rambut Anna yang disanggul sedang diberi hairspray, sedangkan kuku-kukunya diberi cat berwarna merah. Setelah berbagai riasan selesai, Anna diminta perias untuk memakai kebaya. Kebayanya berwarna putih gading, sengaja disamakan warnanya dengan Ryan dan juga dekorasi akad nikah, menggambarkan kesakralan dan kesucian.
Akad nikah Ryan dan Anna digelar di halaman depan rumah orang tua Ryan. Mengusung konsep garden party, akad nikah merekapun digelar secara outdoor dan hanya diperuntukkan untuk orang-orang terdekat. Kombinasi antara hijaunya alam dan putihnya hiasan pun menjadikan suasana disana nyaman dan damai.
Anna telah disandingkan dengan Ryan disampingnya, bersiap untuk mendengar ijab qabul yang akan merubah hidupnya. Sekilas, Anna menatap Ryan yang memasang wajah serius, dia mengerti kalau bakal suaminya itu sedang gugup. Anna mengusap punggung tangan Ryan sebentar dan menatapnya bersama dengan anggukan untuk meyakinkan Ryan.
“Saudara Ryano Adhi Setyasa bin Remon Setyasa, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak kandung saya, Anna Roselani Riordan binti Hendra Aji Riordan. Dengan mas kawin sebesar tiga belas dinar, lima puluh gram emas, dan uang senilai empat belas juta rupiahdibayar tunai.”
Ryan menggerakkan tangannya, menatap Ayah dari calon sang istri dengan tegas dan ia menarik nafas, “Saya terima nikahnya dan kawinnya Anna Roselani Riordan binti Hendra Aji Riordan dengan mas kawin tersebut, tunai!” Ryan berhasil mengucap ijab qabul dengan tepat dan dalam satu tarikan nafas. Lalu, semuanya mengucap syukur.
Anna meraih tangan Ryan dan mencium punggung tangan lelaki yang kini sudah sah menjadi suaminya, setelahnya Ryan mencium dahi Anna dengan cukup lama. Setelah penandatanganan buku nikah, Ryan menyerahkan barang-barang yang menjadi mas kawin pernikahan mereka. Mereka berdua mengambil foto bersama barang-barang tersebut, yang paling menarik adalah uang tunai yang dibentuk menjadi lambang dan tulisan ‘KOSTRAD’, mas kawin tersebut diserahkan langsung oleh Panglima TNI yang sempat menjadi saksi akad nikah.
Suasana akad nikah dipenuhi dengan haru keluarga kedua mempelai, mereka meminta izin pada keluarga untuk dilepas dan membangun keluarga baru. Air mata Anna menetes dengan deras, dia membayangkan betapa bahagianya Mamanya jika mengetahui anak perempuan kesayangannya sudah besar dan berkeluarga saat ini.
-----
Keesokan harinya, Anna bangun kesiangan, kalian tau sendiri alasannya. Setelah sarapan, Anna heran dengan pakaian Ryan yang serba rapi menggunakan kemeja putih dengan garis biru serta celana kain berwarna hitam. Anna menahan lengan Ryan yang hendak pergi, “Mau kemana, Kak?” tanya Anna dengan cemberut.
“Aku mau pergi gladi bersih pedang pora buat besok resepsi pernikahan kita,” jawab Ryan dengan tatapan yang sangat lembut, membuat pipi Anna merah merona.
“Oh gitu, jangan lama-lama, ya.” Ujar Anna.
----
Gedung Bumimoro sudah ramai oleh para undangan yang menghadiri resepsi pernikahan Ryan dan Anna. Bahkan di depan gedung sudah banyak bunga rangkaian yang berjejer untuk mengucapkan selamat kepada Ryan dan Anna. Semua sudah siap menantikan kehadiran kedua orang yang akan menjadi tuan di acara ini.
Gedung tersebut telah disulap menjadi se-mewah mungkin, dengan berbagai hiasan yang berkilau serta gapura buatan di depan untuk menyambut mempelai. Karpet merah telah digelar untuk menjadi tempat pijakan pengantin. Pelaminan juga terlihat sangat megah, hiasan bunga-bunga, air mancur, dan pohon sakura replika turut serta menghiasi pelaminan.
Mobil yang ditumpangi oleh pengantin sudah datang, Ryan membukakan pintu untuk Anna dan membantu Anna yang kesusahan turun dari mobil. Ryan memberi aba-aba kepada para Pasukan Pedang Pora untuk segera menghadap. Dengan pelan, Ryan memasuki gedung dengan mengapit lengan Anna.
Anna terlihat sangat mempesona menggunakan kebayanya dengan perpaduan warna merah, emas dan hijau yang menjuntai panjang di belakangnya. Ryan juga tak kalah menarik perhatian dengan setelan pakaian khasnya yang serba hijau dan baret hijau, serta pangkat Letnan Dua yang tersemat di pundaknya. Setelah Anna diberi buket bunga mawar putih untuk digenggam, dia menarik nafas sesaat karena gugup. Ryan mengeratkan lengannya yang mengamit lengan Anna, memberi pertanda agar istrinya tidak gugup.
Komandan dari Pasukan Pedang Pora menghampiri Ryan untuk memberi laporan bahwa pasukannya siap. Ryan memperintahkan Komandan tersebut untuk kembali. Bunyi pedang yang bergesekan menandakan bahwa kedua mempelai akan melewati pedang-pedang tersebut.
Dengan langkah pelan, Ryan dan Anna melewati pedang-pedang yang terhunus tersebut, dengan iringan tambur yang memberi semangat kepada kedua mempelai. Protokol memberi penjelasan, “Pedang terhunus melambangkan bahwa dengan bersikap dan berjiwa ksatria, kedua mempelai akan selalu siap untuk mengatasi segala rintangan yang akan menghalangi mereka.”
Pasukan Pedang Pora mengikuti kedua mempelai dengan langkah tegap di belakangnya, pedang yang mereka gunakan ditaruh di hadapan muka mereka. Pasukan menyebar ke segala penjuru untuk mengitari kedua mempelai yang berdiri di tengah-tengah. Pasukan Pedang Pora yang telah diberi perintahpun menghunus pedang ke atas dan membentuk payung. “Pedang terhunus ke atas melambangkan bahwa, Tuhan Yang Maha Esa akan selalu melindungi kedua mempelai.”
Bersamaan dengan pedang yang terhunus di atas itu, Komandan Batalyon Ryan, Bapak Yusuf membawa sepasang cincin, diikuti dengan istrinya yang membawa setelan pakaian Persit Kartika Chandra Kirana. Ryan memberi hormat sebentar kepada Komandannya dan kemudian Yusuf menyematkan cincin kepada Ryan dan Anna. Istri dari Yusuf yang bernama Wina menyerahkan setelan baju persit untuk Anna, memberi makna bahwa Anna telah diterima menjadi bagian dari Persatuan Istri Prajurit.
Pasukan yang dibubarkan mengelilingi tempat yang mereka tempati sebelumnya, kemudian mereka menyebar dari segala sisi untuk naik ke atas pelaminan. Ryan dengan tegap menuntun Anna menaiki pelaminan, dia membantu Anna yang merasa rumit karena kebayanya. Dan mereka pun menyambut serta menyalami satu-persatu undangan yang hadir.
Di sesi kedua resepsi pernikahan, hanya tinggal beberapa orang saja yang tersisa yaitu keluarga terdekat dari Ryan dan Anna. Ryan dan Anna berbalik menghadap ke belakang, mengayunkan buket bunga mawar putih bersamaan, dan dalam hitungan ketiga, buket bunga tersebut berhasil ditangkap oleh sepupu Ryan yang bernama Eveline.
-----
Sore hari, keluarga Ryan dan Anna berkumpul di rumah orang tua Ryan. Anna yang kelelahan karena resepsi dengan empat ribu undangan hanya bersandar di sofa sambil memainkan handphone, membalas ucapan selamat dari sosial media dari temannya yang tidak bisa datang. Ryan menghampiri Anna dengan membawa camilan.
“Sayang,” panggil Ryan dengan mencolek dagu Anna.
“Apa?” sahut Anna dengan nada kelelahan, Ryan menarik kepala Anna untuk bersandar di dadanya. “Nggak apa-apa.” Jawab Ryan dengan cengengesan.
“Nih, buat kamu.” Ryan menyerahkan dua lembar tiket pada Anna, Anna menegakkan tubuhnya dan menatap Ryan, “Apa ini, Kak?” Ryan hanya menjawab dengan menunjukkan dagu pada tiket tersebut, seolah mengatakan agar Anna membaca tiket tersebut.
Anna kaget, menatap Ryan tak percaya. “Trip to West Europe? Honeymoon?” tanya Anna, dibalas dengan anggukan dan senyuman lebar oleh Ryan.
Anna melompat kesenangan, “Yaaaay! Thank you, thank you, thank you!” dia mencubit pipi Ryan dan menghadiahi ciuman bertubi-tubi di pipi Ryan, membuat Ryan tertawa terbahak-bahak melihat tingkah istrinya tersebut.
YOU ARE READING
Cinta Kembali Datang
RomanceMengapa dia datang kembali setelah menorehkan luka yang mendalam di dalam hatiku? Seolah aku ditakdirkan untuknya, mengapa aku sering bertemu dengannya?