WARNING... Ada konten ++++nya, hweheheh!
-----
Aku mengerjapkan mata, terbangun dari tidur nyenyakku karena tangan mungil yang memeluk leherku. Kutatap wajah yang kini tersenyum lebar padaku. Dia memegang wajahku dan menelusupkan wajahnya pada lekukan leherku. Aku terkikik geli dan mengelus rambut hitam kecoklatannya yang panjang. "Ayah... Bangun," ucapnya sambil menepuk pelan kedua pipiku.
"Ayah sudah bangun kok, sayang." Aku menggendongnya menuju ruang tengah, mengajaknya menonton televisi bersama. Saat aku sedang seru-serunya tertawa karena film kartun yang disuguhkan di televisi. Tiba-tiba saja, suara cempreng menginterupsi keasikanku bersama putriku.
"Sarapan sudah siaaaaaap!" teriak istriku, Anna. Putriku berlari ke kamar mandi agar bisa cepat sarapan.
Aku menghampiri Anna yang masih menggunakan celemek dengan keringat yang menetes dari dahinya. Dia mengusapnya dan menyibakkan poni panjangnya ke belakang telinga. Ah... Dia sangat cantik ketika melakukannya. Bahkan faktanya, dia cantik saat melakukan apapun dan dalam kondisi apapun. Terutama saat dia dalam kondisi naked. Hehehe, setan dalam diriku mulai beraksi.
"Bunda Ann," panggilku. "Iya, Yah?" jawabnya dengan mata melebar penasaran. Aku mendekatinya dan menariknya ke dalam pelukanku. Aku mengendus lehernya. Menghembuskan nafas hangat yang membuat tubuh Anna bereaksi gelisah di dalam pelukanku. Aroma vanilla bercampur cendana miliknya sungguh membuatku nyaman.
Dia memukul pundakku, "Jangan mulai, ya! Ini masih pagi!" ucapnya dengan tangan mengepal di depan wajahnya.
"Ya, justru karena ini pagi..." ujarku sambil mengerling nakal. "Jangan macem-macem, ya! Riri belum berangkat sekolah! Mandi sekarang dan antar Riri, atau nggak..." ancamannya kuhentikan dengan membungkam bibirnya menggunakan bibirku.
"Bunda sama Ayah ngapain?" sebuah suara di belakangku membuatku langsung melepaskan Anna. "Ayah, jangan makan Bunda. Hiks, hiks.." ujar Riana lirih. Anakku yang umurnya menginjak 4 tahun itu terisak dalam pelukan Anna. Aku meringis salah tingkah.
"A-Ah, itu tadi Ayah ngobatin Bunda karena lagi sariawan. Tuh nih," ucap Anna sambil menunjukkan ekspresi pura-pura kesakitan. Membuat Riana mengangguk mengerti. Ingatkan aku untuk tidak berbuat seperti itu lagi jika seorang anak kecil masih ada di sekitarku. Aku menghela nafas.
---
Aku membenarkan letak baret merahku dan bersiap untuk naik ke mobil. Aku menoleh dan mendapati Anna sedang menguncir rambut putriku, Riana Jasmine Setyasa. Putriku yang sangat cantik itu mewarisi sifat murah hati dan suka berbagi dari Anna. Oleh karenanya, dia selalu membawa permen banyak yang akan dibagikan pada temannya di TK.
Aku cukup sedih karena dia sangat ingin memiliki sahabat, sedangkan aku harus berpindah-pindah tempat bertugas yang membuatnya kehilangan kesempatan untuk memiliki teman dalam waktu yang lama. Mau bagaimana lagi, itulah pekerjaanku. Seorang prajurit pasukan khusus yang mengabdi pada Negara.
Tapi ada kesenangan tersendiri dengan memiliki keluarga kecil seperti ini. Jika aku pulang bertugas, mereka selalu ada tuk menyambutku dengan hangat. Selalu membuatku ingin cepat menyelesaikan tugas dan bergegas pulang ke rumah. Oleh sebab itu, jika aku diajak untuk menginap di salah satu mess setelah tugas usai, aku menolak dengan halus karena alasan istri dan anak sudah menunggu di rumah.
"Ayah, ayo berangkat!" ujar putriku dengan bersemangat. Dia sangat menggemaskan dengan seragam TK -nya. Ditambah lagi dengan tas koper berwarna merah jambu dengan gambar putri kerajaan favoritnya. "Sudah pamit Bunda?" tanyaku sambil menunduk. Riana hanya mengacungkan kedua jempolnya padaku.
YOU ARE READING
Cinta Kembali Datang
RomansaMengapa dia datang kembali setelah menorehkan luka yang mendalam di dalam hatiku? Seolah aku ditakdirkan untuknya, mengapa aku sering bertemu dengannya?