Dua.

74 27 21
                                    

Sider bisulan

Happy Reading!!!

🕊🕊🕊

Pukul enam pagi, sekolah sudah ramai. Murid-murid dan guru baru datang ke sekolah. Meskipun jam enam pagi terbilang masih agak berembun, para murid di sekolah SMA Angkasa terbilang sangat rajin. Masuk jam tujuh tepat, dimana kebanyakan anak-anak masih santuy di rumahnya.

Kayak Ivy, jam enam lebih tiga puluh baru berangkat. Anak yang terlalu kerad. Entah apa yang ada diotaknya itu, sudah biasa berangkat sesiang ini.

Jarak sekolah SMA Angkasa lumayan jauh, dia naik angkutan umum. Seperti biasa juga, ngga sengaja atau emang dasarnya disengaja. Ivy berangkat bareng sama Sasha dan juga Difa. Rumahnya sejalur dengan Ivy.

Dan Meta. Cewek hitam manis ini juga berangkat bareng dengan tiga squad itu. Hanya beberapa meter rumahnya dari rumah Difa. Satu lagi, Rara.

Nggak beda jauh juga, rumah anak itu juga berjarak beberapa meter dari rumah Meta. Sungguh kebetulan yang beruntung.

"Woyy, tadi malam liat gak konser EXO di VLive?" ucap Meta membuka suara. Angkutan sudah penuh, untung saja mereka semobil bisa ganggu penumpang lain dengan humor mereka.

"Ihh! jangan tanya. Gue mah gak pernah absen." ujar Difa. Sasha yang di sebelahnya cuma diem meratapi nasib.

"Apaan?" Ivy narik atensi. Emang ya tuh anak terkadang lemot.

"Lo nonton konser EXO di VLive gak semalem?" Meta mengulang lagi. Ivy menggosok dagunya pelan. Berpikir keras.

"Kapan?"

"Semalem onta. Ihh ni anak bener-bener" Meta geram. Yang lain hanya bisa ngelus dada, sabar!

"Ohh, bilang dong Met! Kamu sih ngomongnya kepanjangan. Jadi pusing kan saya," ucap Ivy menirukan gaya salah satu film kesukaannya ditv.

"Dasar idoy." Difa memutar bola matanya jengah.

Rara ngga tahu apa-apa, dia army sendirian. So, kalau semua sahabat nya ngomongin bias di EXO. Dia hanya bisa ngitung bakteri diudara.

****

Jam tujuh tepat, bel masuk berbunyi. Seperti biasa kalau belum ada guru, gibah squad berkumpul disalah satu meja buat ngomongin bias. Kali ini korbannya meja Meta.

"Ehh, si supir Lucas tumben belum dateng." ucap Meta. Dia ini spesialis dalam mengganti nama guru. Untung aja gak diajab. Awok.

"Lagi nganter emaknya Mark ke Jepang" balas Rara. Mereka tuh ibaratkan 'Buah jatuh tak jauh dari pohonnya.' dimana yang satu bego yang satunya lagi ogeb.

"Parah lo pada. Nama guru diganti begitu." ucap Difa.

Meta dan Rara saling berhadapan dengan Difa sama Yuna.

"Udah jadi Hobby." Ucap Meta enteng. Mereka berempat lagi sibuk nontonin konser.

Yah, gini kesehariannya. Gibah, belajar, nonton, Istirahat, gibah lagi, belajar lagi terus pulang.

"Si Sasha lagi dikurung sama Ivy, ngga bisa kita bully." Difa membuka suara. Mereka semua mengangguk.

"Ivy terlalu posesif. Monopoli Sasha gitu aja." Kali ini Yuna yang ngomong. Emang jarang banget dia nimbrung. Sekilas cuman bisa ngomong garing.

"Muehehe.... Gue punya ide!" Difa tersenyum horor. Kalau akal buluk si Difa udah keluar. Hidup Sasha bakal kelar. Kasian juga Sasha suka jadi bahan buat guyonan mereka. Selain Yuna.

***

Jam pelajaran pertama sudah berlalu, sekarang bagian pelajaran bahasa Indonesia yang gurunya emang lalai banget kayak ngga ada semangat ngajar.

Tapi enaknya, suka ada satu jam tersisa dari pelajaran tersebut.

"Udah mengerjakan tugas yang kemarin?" Tanya Ibu.

"SUDAH..." Jawab sekelas. Mereka semua langsung berdiri dan mengumpulkan buku tugasnya. Setelah mengumpulkan, ibu guru keluar kelas. Seperti dugaan, tersisa satu jam pelajaran.

"Hahai, tuh guru the best banget." girang Sasha.

"Sa! Sini dengerin lagu." Sasha menghampiri Difa. Difa memasang headset ke telinga Sasha dengan kasar lalu...

"Anjay, astagfirullah! Lo mau bunuh gue?" Cerca Sasha ketika Difa dengan sengaja menyalakan volumenya full abis. Difa hanya bisa cekikikan melihat reaksi wajah Sasha.

"Vy! Lo bawa masker kan?" Tanya Difa yang diangguki Ivy. Lalu dia berbalik kearah tasnya mengambil masker yang dimaksud Difa.

"Nih, buat apaan?" Ivy mengernyit. Difa hanya bisa tersenyum devil yang membuat Ivy merinding.

Dengan gerakan mata Difa, Meta mengangguk lalu menyeret Sasha ke depan kelas lalu dipakaikan masker dimatanya. Tas Sasha diobrak-abrik oleh Rara. Yuna sama Ivy hanya bisa tertawa dan membantu menyembunyikan barang-barang Sasha.

Seketika kelas ramai oleh mereka berenam. Mereka tidak benar membully. Mereka hanya tengah memastikan bahwa persahabatan ini tidak sekedar persahabatan. Rasa susah senang bersama bukan diucapkan hanya dimulut.

Tingkah laku mereka memang selalu tidak ber-attitide, tetapi mereka masih sadar diri. Tahu batasan dan juga tahu sampai mana mereka berulah.

"Woy, berisik banget. Sih! Bisa diem gak?" Teriak si ketua. Sejenak aktivitas mereka terhenti.

"Kalau engga? Lo mau apa?" Jawab mereka kompak.

🕊🕊🕊


Sebelum keluar harap meninggalkan jejak ya readers⭐️.

Jangan sider okeyy:)

See you in next part.

Typo tandai*

naeidaRa

Girls Squad [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang