sepuluh.

27 8 6
                                        

Sider bisulan

_-Happy Reading-_

🕊🕊🕊

Esoknya...

"Eh, yang belum datang tinggal si Rara?" Difa tiba-tiba datang terus meluk punggung Meta.

Mereka lagi ngumpul di satu meja sambil nunggu satu member yang datangnya siang banget. Kebiasaan Rara nyepelein waktu, nggak tanggung-tanggung datang udah jam setengah tujuh dan gerbang hampir ditutup.

"Hm." jawab Yuna dengan deheman.

"Si Meta gak risih apa dipeluk-peluk kek gitu?" Ucap Sasha sambil bergidik, dan terdengar oleh Difa.

"Meta itu kasur gue, enak tahu buat jadiin senderan kek gini," Difa memperkuat pelukannya, "Nah, Sasha jadi bantalnya. Yuna itu seprei sama Ivy gulingnya." kesukaan Difa nganggap body itu benda padat yang bisa dia atur sesukanya.

"Serah ketua dah lah." Sasha menghela napas berat, punya temen gitu amat ya?.

"Lo pada jangan buat zina mata. Entar dikira gak normal sama cewek gituan,"  Yuna berbijak dijawab tertawaan kecil sama Difa yang justru minta ditampar.

Difa berdiri tegap menatap tajam Yuna, "Peduli apa, hah? Bodo amat gue sama omongan orang. Hidup-hidup gue."

"Yoyoy, kan?" Tambah Meta bikin gemes orang. Mereka tidak peduli lagi dengan keberadaan siswa lain yang sempet ngelirik geli kearah mereka.

Yuna menggeleng lalu mengelus dada. Sabar! Tuhan maha adil. Harus sadar kalau temennya itu memiliki kewarasan yang dibawah rata-rata.

Ivy mendekat terus menepuk pundak Yuna pelan. "Yun, jangan ajak ngomong ketua. Kalau kalah lo bisa malu. Sekali marah si Difa suka nyakar." Yuna mengangguk.

Gak lama Rara datang terus gabung. Tapi, ya gak banyak omong kek biasa. Kan kemarin udah sepakat buat ngerjain balik tuh anak. So, cuman ngangguk sama berdehem doang kalau dia ngomong.

Kasian?

Sayangnya gak ada yang peduli. Malah Difa ngakak sama Sasha. Ngomongnya pake kode lagi, lah buat Rara curiga. Jawabnya harus excited banget kayak Meta kalau ngerjain orang gak main-main.

Sama kayak Ivy ikut-ikutan malah dia suka memperburuk keadaan. Yuna kalau bicara itu pedit susah diajak kompromi.

***

Seperti hari-hari biasanya kelakuan geng gibah kalau udah kumpul lupa waktu. Sudah menjadi kebiasaan rutin setiap hari.

Normal gak sih?

Sekarang aja udah masuk jam terakhir. Dan yang dipikiran mereka, "Cepet amat ya udah mau pulang."

Keren!

Tapi, ada yang lebih keren lagi. Ketika geng mereka itu sudah disalah-salahin sama temen sekelasnya lagi.

Sudah beberapa kali geng gibah dapat kejutan dari teman sekelasnya yang julid terhadap mereka. Banyak yang bilang kalau mereka ber-enam itu gak mau gabung sama yang lain.

What that is?

Kesabaran itu ada batasnya.

Untungnya Difa selalu positif thinking meredakan panas yang menimpa telinga para anak buah. Kalau enggak dari dulu kelas udah pecah mereka serang.

Yah, mereka bersyukur punya sahabat yang tahu diri. Apalagi kalau sudah menutupi keburukan yang pernah mereka lakukan. Walaupun omongan mereka yang kurang ber-attitude itu.

Maka... Euphoria apa lagi yang belum pernah mereka rasakan?

"Guys, guys entar pulang kita jalan aja. Biasa agak jauhan dikit," ucap Sasha yang datang ke meja Difa sambil menenteng tasnya. Dan diikuti Ivy dibelakang.

"Gue ikut aja, dah!" Meta ngangguk.

Sampai gerbang sekolah mereka nunggu orang-orang lewat dulu. Gak mungkin enam langsung lewat aja, orang gerbang penuh sama human semua yang pengen go home. Kalua nekat lewat malah nyari masalah lagi karena nubruk orang lain terus julid dikira sengaja nyenggol. Haih..

Rese emang!

"Sha, cowok yang rambutnya cepak nempel gitu siapa sih?" Cicit Ivy sambil nunjuk kearah cowok yang lumayan tinggi kulit gelap dengan tatapan mata yang dingin gak berekspresi.

"Oh, itu namanya Mulyadi. Tapi, pas SD sering dibilang Emulk" jawab Sasha yakin, yah ngucapinnya agak aneh sih.

"Buset, dah! Nama apaan tuh? Emulk? Kok ngakak ya?" Ivy terus ngeliatin tuh cowok yang namanya Emulk. Lama-lama dia merasakan gelitikan kecil diperutnya.

"Pfft, bhahahaha... Emulk?" Sedetik kemudian Ivy tertawa menarik perhatian orang-orang yang lewat bahkan Emulk juga ngelirik dari ujung ekor matanya.

Ivy ngga sadar kalau dirinya sedang diliatin. Malah enak-enakan tertawa dan nyaris terjatuh karena tidak berjalan dengan benar. Matanya saja sampai berair karena tertawaanya yang terlalu lepas.

"Emulk!" teriak Sasha, Mulyadi tidak menghiraukan teriakan itu. Dia mengabaikan teriakan Sasha.

"Emulk, woy! Set dah, dosa apa gue sama lo nyampe dipanggil gak nengok sama sekali." teriak Sasha makin menjadi. Beberapa orang yang lewat ngelirik sekejap lalu menggeleng pelan.

Mereka pikir Sasha udah gak waras kali ya teriak-teriak kek gitu?

"Emulk, woy kenelan yok!" kali ini Ivy Yang teriak terus tertawa lepas sampai perutnya keram.

Cowok bernama Mulyadi pun berbalik lalu melemparkan tatapan tajam memberikan peringatan namun tidak dihiraukan oleh Ivy.

Yang lebih menjengkelkan lagi, Ivy sampai melambai-lambai ngga tahu malu kearah Mulyadi yang sudah berjalan jauh bersama dua temannya. Sasha aja sampai ngumpet dibelakang Ivy takut malah dia yang kena semprot Mulyadi.

Pasalnya rumah mereka itu deket. Emang si Ivy nyari perkara aja!

🕊🕊🕊

Hayyy, author balik lagi nih setelah lama gak pegang wp;v.

Jangan lupa vote commentnya ya♥️.

Follow
naeidaRa

Girls Squad [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang