02. GERA 2

2.8K 191 18
                                    

Sore ini Rania berada di taman yang dulu sering ia kunjungi. Rania sebenarnya tidak ingin lagi datang ke taman ini, namun hatinya terus saja mendesak agar ia datang ke taman ini, entah karena apa. Rania melihat ke sekumpulan anak-anak kecil yang bermain ayunan dan perosotan, senyum Rania mengembang sempurna.

"Rania."

Kontan Rania menoleh ke sumber suara, matanya mendelik sempurna. Wajahnya terlihat sangat terkejut ketika melihat siapa yang telah memanggil namanya.

"Dre—Drena," cicit Rania terbata.

Drena, wanita itu tersenyum. "Boleh duduk di sini?"

Rania menganggukkan kepalanya dan sedikit bergeser agar Drena dapat duduk dengan nyaman di dekatnya. Rania terkejut sekali bisa bertemu Drena di taman ini. Mata Rania menjelajahi sekitar taman, mencari keberadaan Galvan dan juga Alrena, anak Galvan.

"Aku nggak nyangka kita bisa ketemu lagi," ucap Drena sembari menolehkan kepalanya ke arah Rania. Rania mengulum tipis senyumnya.

"Apa kabar, Ran?" tanya Drena.

Rania kembali menoleh dan menganggukkan kepalanya pelan. "Alhamdulillah baik, kamu sendiri gimana?"

"Baik juga."

Rania memilin tangannya. Rania tidak tahu harus berbuat apa dan mengobrol tentang apa kepada Drena.

"Itu Galvan sama Alrena," kata Drena sembari menunjuk laki-laki yang sedang mendorong troli anak ke arah Drena dan Rania.

Rania pun mengikuti arah yang ditunjuk Drena dan tersenyum simpul. "Best dad?" celetuknya.

Drena terkekeh dan menganggukkan kepalanya—membenarkan celetukkan Rania.

"Rania ..." gumam Galvan sedikit terkejut melihat gadis yang duduk di sebelah istrinya. Galvan menoleh ke arah Drena, melayangkan tatapan tanda meminta penjelasan.

"Aku nggak sengaja lihat Rania duduk sendiri di sini, ya udah aku samperin deh," kata Drena bangkit dari tempat ia duduk dan menggendong putri kecilnya. Alrena Putri Renanda.

Rania tersenyum simpul melihat Drena menggendong anaknya bersama Galvan. Hati terdalam Rania sangat kecewa, tetapi mau bagaimana lagi sepahit apa pun kenyataan itu harus Rania terima.

"Apa kabar, Rania?" tanya Galvan sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Rania.

Rania tersenyum, kemudian melepaskan jabat tangan itu. "Alhamdulillah aku baik, Van. Kamu apa kabar?"

"Alhamdulillah baik juga," balas Galvan. "Kamu ngapain di sini, Ran?" tanyanya.

"Aku lanjut sekolah di sini lagi, Van," kata Rania dengan senyum miris, karena teringat alasannya untuk kembali ke kota ini.

"Udah sebulanan ini aku di sini. Kamu sama Drena lagi liburan di sini?" Rania balik bertanya untuk menghangatkan suasana. Rania tidak ingin suasana menjadi canggung ketika bertemu mantan kekasih bersama istri dan anaknya.

"Aku sama Drena menetap di sini. Kami berdua cari suasana baru," jawab Galvan.

Rania tersenyum dan mengangguk paham. Kemudian menoleh ke arah Drena yang sedang menggendong Alrena.

"Cantik banget kayak Mamanya," puji Rania mengusap pelan pipi Alrena yang terlihat menggemaskan sekali. Rania tersenyum ketika melihat pergerakan kecil yang Alrena tunjukkan.

"Kamu jauh lebih cantik dari aku, Ran," balas Drena.

Rania tersenyum. Rania beralih menoleh ke arah Galvan yang masih senantiasa berdiri di depannya. Dulu laki-laki di depannya ini memenuhi ruang di hatinya, tetapi sekarang sudah tidak lagi. Begitu cepat semua ini berlalu.

GERA 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang