06. GERA 2

2.5K 177 42
                                    

"Lo kenapa bisa ada di sini?" tanya Rania setelah hampir satu jam menghabiskan waktu bersama Gesang di taman. Tetapi sejak beberpaa saat tadi suasana hening.

Gesang menoleh sebentar dan tersenyum. Tangannya masih menggenggam tangan Rania. Kapan lagi Gesang bisa merasakan kenyamanan ini?

"Gue lagi liburan semester," kata Gesang.

Rania memandangi wajah Gesang dari samping. Setiap lekuk wajah Gesang, Rania amati. Laki-laki di sampingnya ini masih sama, tidak ada yang berubah dari sikap dan sifatnya. Bahkan, Gesang semakin tampan kelihatannya. Rania mengulum senyum tipis.

Gadis itu menunduk. Entah, Rania bingung harus bagaimana sekarang. Niatnya untuk melupakan Gesang dan mengubur semua kenangan yang pernah ia alami bersama Gesang pupus seketika. Rania tidak bisa melupakan Gesang. Segala cara sudah Rania lakukan. Satu tahun berusaha, hasilnya nol. Mulut Rania memang sering menjawab dirinya sudah move on setiap ada pertanyaan tentang Gesang, tetapi mulut dan hati Rania ternyata tidak sejalan.

"Ran," panggil Gesang memecah keheningan sekaligus lamunan Rania. Rania menoleh dan berdehem pelan.

"Lo nggak bener-bener lupain gue, kan?" tanya Gesang dengan raut wajah yang susah Rania jabarkan.

"Jangan lupain gue, Ran, gue tau lo nggak pernah bahagia sama gue. Tapi tolong jangan lupain gue," pinta Gesang serius dengan ucapannya. Laki-laki itu menatap kedua manik mata Rania yang selalu membuatnya candu.

"Selama satu tahun ini, gue berusaha buat lupain lo. Lupain lo emang nggak semudah gue kenal sama lo, Sang, tapi gue tetep berusaha. Apa pun gue lakuin buat lupa sama lo. Tapi hari ini ..." ucap Rania sengaja memutus ucapannya. "Hari ini lo sukses gagalin usaha gue. Lo sukses hancurin benteng gue," ucap Rania meneruskan.

Gesang memposisikan tubuhnya agar menghadap ke arah Rania. Gesang menyelipkan rambut Rania ke belakang telinga gadis itu. Gesang menangkup pipi kiri Rania menggunakan tangan kanannya.

"Gue nggak bakal biarin lo lepas dari genggaman gue lagi, Ran." Gesang bersungguh-sungguh saat mengucapkan itu.

"Kalo emang kita udah nggak bisa kayak dulu, seenggaknya kita tetep jalin komunikasi. Kita bisa sahabatan, Ran. Kalo pun lo mau, izinin gue buat memperbaiki semuanya," ucap Gesang lagi.

Rania menatap kedua manik mata hitam legam milik Gesang. Rania mencari celah kebohongan dari sorot mata itu, namun nihil, Rania tidak menemukan. Hanya keseriusan yang Rania tangkap.

"Lo tau kan gue nggak pernah main-main sama ucapan gue?"

Rania mengangguk.

"Dari awal gue kenal sama lo, gue udsh tertarik, Ran. Mata lo yang bikin gue tertarik pertama kali. Setelah kita kenal, sering bareng-bareng gue mulai ngerasain sayang sama perempuan selain mama. Di hari-hari selanjutnya gue mulai yakin kalo gue jatuh cinta sama lo. Gue ikhlas sayang sama lo waktu lo masih punya Galvan dulu," papar Gesang sejujur-jujurnya.

Rania masih senantiasa menyimak apa yang Gesang utarakan padanya. Rania cukup bawa perasaan dengan situasi seperti ini.

"Rasa sayang dan cinta gue buat lo ada sampai detik ini, Ran."

Gesang tersenyum, tangannya yang menangkup pipi Rania bergerak ke atas dan mengusap puncak kepala Rania lembut.

"Cuma lo yang bisa bolak-balikin perasaan gue sejak saat itu," ungkap Gesang. "Waktu lo masih ada di Babel dan gue ada di Jogja, setiap hari gue mikirin lo. Sebucin itu gue sama lo, Ran."

"Gue pengin banget nyamperin lo, tapi kayaknya kalo gue nyamperin lo malah memperburuk suasana. Ayah lo marah banget kan sama gue pas tau putri kesayangannya gue sakitin?" Gesang tersenyum tipis.

GERA 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang