5. Kereta Kencana

88 8 2
                                    

Fadil pulang dari masjid usai sholat subuh ia masuk ke kamar untuk bersiap-siap berangkat sekolah, setelah itu turun dari tangga. Fadil mau ke dapur untuk masak. Ia berniat untuk membawakan bekal roti keju untuk Najma. Ketika sampai di dapur ia melihat ibunya sedang memasak untuk sarapan.

"Selamat pagi Bunda," ujar Fadil sambil mengecup pipi ibunya.

"Pagi juga, tumben langsung pulang? Biasanya langsung berangkat!" tanya Bu Farah heran karena Fadil pulang dari masjid selalu langsung berangkat sekolah.

"Lagi pengen mau bekel."

"Oh." jawab bunda singkat.

"Bun, Fadil aja ya yang masak, Bunda duduk aja yang manis di meja makan," ucap Fadil sambil memohon.

"Kamu kan nggak biasa sarapan nasi goreng buat apa juga masak, kalo cuma nyiapin roti bakar atau roti goreng bunda juga udah bisa."

"Bukan bikin nasi goreng tapi bekel Bento," ucap Fadil cengengesan.

"Emangnya kamu anak TK bawa bekel begitu," ujar Bu Farah tidak habis pikir kelakuan putranya yang tidak berubah.

"Bukan buat Fadil Bunda tapi, buat pujaan hati ku dong," ucap Fadil sambil menaik turunkan alisnya.

"Oh cewek yang sering kamu ceritain itu?" tanya Bu Farah.

"Iya, dia mah makanannya harus yang 4 sehat 5 sempurna Bunda,' ujar Fadil berlebihan.

"Hahaha ada-ada kamu," ketawa Bu Farah mendengar ucapan anaknya.
"Mau dibantu nggak?" tanya Bu Farah menawarkan diri.

"Nggak Fadil ingin membuat bekel dengan kreasi Fadil sendiri."

Bu Farah menghela napas panjang ia lalu menanggalkan celemeknya lalu mencuci tangan.

"Ya udah bunda tunggu makanan di meja, makanannya harus enak. masak calon mantu makan masakan nggak enak," ucap Bu Farah langsung keluar dari dapur.

"BUNDA, MASAKAN FADIL ENAK," teriak Fadil tidak terima.

****

"Gimana enak nggak?"

"Lumayan," Bu Farah mengangguk memuji masakan anak lelakinya ini.

Fadil memang hobi memasak ia pun lagi punya cita-cita membuat restoran khas Indonesia tetapi karena usianya masih di bawah umur jadi ia belum berani ditambah modalnya juga harus banyak.

"Motor kamu  ke mana? Bunda jarang liat," tanya Bu Farah tiba-tiba.

"Ada, kenapa?"

"Kamu nggak pernah bawa motor setiap sekolah, kenapa?"

"Nggak ada papa, enakan jalan kaki lebih sehat," ucap Fadil dengan nyengir.

Bu Farah menghela napas berat.
"Kamu itu ada-ada aja, orang zaman sekarang kan itu banyak yang bawa motor, anak SD juga ada yang bawa motor."

"Fadil nggak mau mencemarkan lingkungan Bunda, lagian nggak ada yang merhatiin ini," ujar Fadil membela diri.

"Ya tapi jaraknya kan jauh banget sekolah kamu, terus sekolah kamu belnya kan jam setengah tujuh."

"Yang penting Fadil pergi dengan selamat terus sampe sekolah juga nggak kesiangan."

"Terserah kamu," ucap Farah lelah.

"Bun, berangkat dulu ya!"

"Hati-hati." Farah mengangguk.

Fadil bangkit dari kursinya tiba-tiba bersimpuh dihadapan sang bunda.

"Mau ngapain?" tanya Farah heran.

"Bun doain Fadil biar belajarnya lancar terus ilmunya bisa diterapkan untuk masa depan Fadil," ucap Fadil meminta restu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear NajmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang