02. GooD RiCh BoY

49 4 0
                                    

"Sepertinya ini cukup." ujar Jimin menaruh Snack yang memenuhi Troli belanja kami. Aku melongo melihatnya yang asal mengambil cemilan sesuka hati. Jika satu Troli tak masalah, tapi sudah 3 Troli di belakang kami yang juga penuh dengan barang barang yang Jimin beli. Aku harap dia yang membayar semua ini.

Kami berjalan menuju kasir. Bahkan pelayan kasir pun melongo melihat barang belanja Tuan Jimin yang sangat banyak hingga 3 kasir sekaligus yang mengurus belanjaan kami.

"Nah, sekarang kau bayar." Aku Shock mendengar ucapan Jimin. Jantungku rasanya berhenti berdetak dan aliran darahku macet mendengar ucapan Jimin. Bisa se malu apa aku ketika mengeluarkan kartu ATM yang sama sekali kosong saldonya. Dia ingin menghina ku?

"Bodoh! Bagaimana aku membayarnya?! Saldo di ATM ku sudah habis! Dan kau membeli banyak sekali cemilan. Kau ingin kita malu?!." aku mencubit lengannya dan berbisik padanya. Dia berdecak dan mengambil paksa dompet ku lalu memberi kartu ATM kosong kepada sang kasir. Saat Kartu Itu di gosok kan... Jantung ku berdetak cepat, tanganku gemetar. Bagaimana tidak? Sang kasir terlihat kebingungan.

"Ah, maaf..." sang kasir membuka suara. dalam otak ku, aku memberi sumpah serapah pada Jimin karena pasti sang kasir akan mengatakan ATM itu kosong.

"Sandinya, tuan." suasana seketika menjadi hening. Jimin mengambil mesin *EDC dan memberinya kepadaku. Aku dengan ragu mengetik sandi di mesin itu lalu memberikan lagi ke kasir. Kasir itu mengetik sesuatu lagi dan membuat hatiku kacau tak karuan lagi memperharikan gerak gerik tangan sang kasir, sangking takutnya, aku memejamkan mata tak ingin melihat kejadian memalukan itu.

"Ini bon dan kartu ATM nya tuan. Jangan lupa untuk mampir lagi ke Cazia Mart." aku membuka mata dan melongo. Bagaimana ATM kosong itu bisa membayar banyak sekali cemilan hingga 4 troli?

Jimin mengangguk lalu mendorong troli troli itu menuju taksi yang sudah ia pesan. Saat berjalan ke luar aku berfikir, darimana asalnya uang itu? Apakah ayahku sudah mengirimkan uang? Dan uang itu di pakai? Aku melotot Shock lagi membayangkan hal itu. Uang bulanan Apartemen belum ku bayar, listrik, dan Wifi! Uang air juga uang saku untuk bulan depan! Sepertinya bukan ramen lagi yang aku makan akhir bulan. Mungkin makanan sisaan restoran? Dan juga mungkin aku akan di tendang dari gedung Apartemen karena menunggak.

"Hey, ayo kita pulang." Jimin menarik tubuhku masuk kedalam taksi. Aku masih melamun memikirkan nanti restoran mana saja yang aku kunjungi untuk meminta makanan sisa. Sedangkan orang di sampingku mulai heran dengan kelakuan diriku semenjak tadi.

"Apa yang kau pikirkan?" dia membuka suara. Aku menatapnya dengan sinis lalu mencubit lengannya hingga sang empu meringis kesakitan.

"Uang itu baru saja ayah ku kirimkan untuk biaya bulanan ku! Kenapa malah kau habiskan untuk membeli kebutuhan mu hah?" Dia mengelus tangannya yang sudah aku cubit lalu melihat ke luar jendela.

"Maaf," ah tidak. Apalagi ini? Aku membuka ponselku ingin meminta uang tambahan pada ayah, namun satu pesan di layar ponsel ku membuatku bingung.

"Syahra, Ayah hanya bisa ngirim uangnya besok. hari...."

Aku langsung membuka pesan itu dan membacanya pelan pelan.

Ayah♡

Syahra ayah hanya bisa ngirim uangnya besok. hari ini ayah sibuk. Besok kau masih punya makanan kan?
15.00

Iya tak apa. Sekarang masih ada uangnya.
16.09

Syahra menggaruk kepalanya bingung. Bagaimana bisa ada uang di ATM nya padahal ayah baru besok mengirim uangnya? Apakah?...

Aku menatap Jimin yang sedang menatap luar dengan rasa bersalah. Mungkin saja dia yang mengirim uang ke ATM ku?

"Hey.. Maaf, jika itu sangat sakit." ujar ku menyentuh lengan berotot-nya dengan pelan. Dia menoleh lalu tersenyum lebar. Ku rasa apa yang di katakan Faezma itu benar bahwa Jimin adalah orang paling soft diantara member BTS lainnya.

"Dan... Apakah kau yang mengirim uang ke kartu ATM ini?" Dia menaikan satu alisnya bingung. Jimin menggeleng dengan wajah datarnya

"Bagaimana bisa aku mengirim uang ke ATM mu sedangkan rekening mu saja aku tak tahu." ah iya benar juga. Kita bahkan baru bertemu kemarin dan tak mungkin juga.

Kami terdiam lagi. Saling menatap jendela mobil menikmati pemandangan luar kota Seoul yang basah karena air hujan. Awan mendung dengan rintik hujan dengan lagu Spring Day membuat diriku mengantuk. Hingga menyender ke pintu.

Untuk kali ini, rasanya tidurku sangat damai.









Semoga kau tak memakan makanan ringan lagi karena kehabisan uang di akhir bulan. -Jimin





.....TBC......
........
.....
...
.

Serendipity PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang