03. ReAsoN

46 4 0
                                    

Hari Minggu ini harusnya Jimin sudah pergi dari apartemennya. Tapi sesuatu hal membuat pria Tampan itu harus menetap lebih lama di apartemen Syahra.

Yaa... Photo mereka di Cazia mart tersebar luas di internet. Jadi, pria itu dengan santai menonton Tv dan melihat berita baru tentang kabar kencannya. Bodoh.

Syahra menghela nafas lelah setelah memotong motong sayuran. Dan lagi dia harus mencuci baju, membersihkan rumah, dan juga harus mendata ulang hasil periksa para pasiennya. Syahra juga sekarang memiliki tugas double dimana harus mengurus sang Idol juga. Mengapa ini sangat merepotkan?

Suara mesin cuci terdengar menyala membuat Syahra langsung menengok. Dilihatnya se ekor anak ayam yang sedang memasukan pakaian pakaian kotor kedalam mesin cuci. Di lihatnya oleh Syahra betapa telaten sang Idol memakai mesin cuci dengan baik. Bahkan lebih dari sang gadis sendiri.

"Kamar dan ruang Tv sudah ku bereskan! Tinggal kamar mu dan tempat tempat lain." ujar Jimin dengan senyum lebar. Syahra ikut tersenyum karena beban yang tadi menghantuinya kini menjadi ringan. Syahra melanjutkan masakannya dan mencampur semua bahan menjadi satu.

"Aku lapar! Lapar! Lapar!" seru Jimin sambil menghentak sendok dan garpu di tangannya ke meja makan. Syahra menghidangkan masakan itu ke piring lalu memberikannya ke Jimin. Yang memakan seperti menikmati hingga bumbunya saja yang tersisa di makanan itu.

"Kau yang terbaik." ujarnya. Setelah makan, Jimin beranjak dari duduknya dan menuju wastafel untuk mencuci piringnya sendiri.

"Hey Syahra-ssi, apakah kau tak berfikir untuk menulis 'cuci piringmu sendiri sehabis makan!' ku pikir itu sebagai pengingat agar aku terbiasa mencuci piring ku sendiri."

"Itu akan ku tulis jika kau suami ku. Tapi... Tidak." senyum lebar di wajah Jimin pudar. Ia baru sadar bahwa waktunya dengan Syahra terbatas. Ia juga tak memiliki hak penuh atas Syahra. Lantas? Mengapa rasanya sulit untuk pergi menjauh dari gadis ini?

Jimin langsung pergi menuju kamarnya dengan wajah datar dan helaan nafas di setiap langkahnya untuk menahan emosi. Jimin memang harus menerimanya bukan? Bahwa memang dia bukan siapa siapa.

Jimin menutup pintu pelan lalu membuka ponselnya. Di lihat layar ponsel itu sangat penuh pesan bahkan email dari orang orang terdekatnya. Bahkan PD-nim langsung men chatnya.

Beritahu aku sekarang dimana lokasi mu. Pd-nim.

Jimin melempar ponsel itu ke kasur dan mengacak rambutnya frustasi. Mengapa ia selalu mengacaukan rencananya sendiri? Rasanya benar benar muak menjadi artist. Tapi juga menjadi Idol itu adalah impian.

Ponsel Jimin berbunyi. Tertera nama BTS Alien di layar ponsel itu. Ah, itu Taehyung. Jimin langsung mengangkat panggilan itu dan mendengar pekikan keras dari sebrang. Tentu para member yang sedang memberinya sumpah serapah karena aksinya yang sangat bodoh di depan publik.

"Pulang lah atau ku bunuh." ujar Min Yoon Gi dengan dingin dari sebrang sana. Dirinya menghela nafas memandangi langit langit kamar di apartemen Syahra. Gadis itu akan kehilangan beban jika dirinya pergi dan tak akan datang lagi. Tapi bisakah Jimin merasa puas untuk sekali seumur hidup? 45 jam tak cukup untuk dirinya memuaskan diri dekat dengan Syahra.

Hey ayolah! 3 tahun usaha mencari gadis itu sia sia gara gara media menciduk mereka? Lalu permainan selesai? Itu sangat singkat.

Semua ocehan para member seakan tuli di telinga Jimin. Otaknya terlalu sibuk memikirkan perjuangannya sebagai stalker selama 3 tahun mencari sang gadis.

Awal pertemuan mereka dimana Syahra yang ada di tempat syuting Hwarang dimana dia menjenguk Taehyung juga mendapat bonus melihat gadis kulit putih dengan rambut bergelombang seperti orang timur tengah.

Dia langsung mencari alamat serta identitas gadis itu dari salah satu Staff di Film itu.

~~Jimin Pov~~

Namanya Syahra Segaf. Asal Turki, mahasiswa kedokteran di Korean National Univercity. Ia adalah anak dari sekertaris pemilik perusahaan Hyundai Motor Group yang sangat besar di Korea selatan. Dia berteman baik dengan Faezma yaitu salah satu Staff di film Hwarang. Tentu gadis itu lah yang menjadi tempat aku bertanya bagaimana Syahra dan hari hari yang di jalaninya.

Syahra datang ke tempat syuting Hwarang waktu itu karena menunggu temannya yang pasti Faezma untuk bersenang senang pergi ke Lotte world. Aku tak fokus karena sangat penasaran pada gadis berparas Turki itu.

Hingga akhirnya aku nekat membuat Fake account Instagram dan mencari Instagram Faezma lewat Instagram Hwarang. Setelah menemukannya, aku langsung mengirim DM padanya hingga saat ini dia memberi tahu dimana tempat tinggal Syahra.

Aku juga yang memberikan uang 700.000.00 ₩ di rekening Syahra. Dari mana aku tau Rekeningnya? Tentu jawabannya adalah Faezma lagi

2 hari kemarin Pd-nim memberi libur dan aku rencanakan untuk menengok apakah benar ini apartemen Syahra. Dan seperti itulah yang terjadi.

"Dan jika kau tidak pulang malam ini, world tour kita hancur Jim." aku tersadar akan lamunan ku ketika mendengar kata world tour. Aku tak boleh egois dimana perasaan ku tak bisa aku bandingkan dengan karir BTS. Aku lupa memiliki mereka. Hingga memang harus aku putuskan untuk pergi mengakhiri ini semua.

Aku bangun dari tempat tidur dan memakai jaket juga topi ku. Tak lupa membawa kacamata dan masker hitam lalu keluar menemui Syahra di meja makan.

"Syahra-ssi." panggil ku pelan. Wanita yang sedang fokus pada ponselnya itu menoleh dengan tatapan bingung kearah ku.

"Maaf jika merepotkan mu 3 hari ini. Aku akan pergi agar ini tak menjadi semakin buruk. Akan ku urus berita berita yang membuatmu tak nyaman itu." aku menundukan badanku meminta maaf. Dirinya berdiri dari tempat duduk itu dan membungkukan juga badannya.

"Dan terima kasih juga untuk 700.000. ₩ yang sudah kau berikan. Faezma yang memberi tahu bahwa kau yang mengirim untuk biaya hidup mu ketika bersama ku. Karena kau, jadi uang yang akan ayah ku kirim pasti akan ada sisa. Dan ini uang lebih dari transfer yang kau berikan." Syahra menyodorkan sejumlah amplop dan itu pasti isinya adalah uang.

"Kau simpan saja."ujar ku menolak uang itu. Aku tak membutuhkannya. Hanya waktu dengan Syahra yang aku butuhkan.

"Tapi--

"Aku bilang simpan, tapi jangan kau pakai kecuali darurat. Anggap saja benda kenang kenangan dariku setelah 2 hari merepotkan mu." Syahra mengangguk paham lalu memasukan amplop itu ke saku celananya.

"Kalau begitu aku pamit. Terimakasih Syahra-ssi." Ku langkah kan kaki ku pelan menuju pintu keluar dari apartemen itu. Tak ada pelukan atau sekedar kecupan selamat tinggal. Hanya lambaian dan tatapan sendu yang di berikan Syahra melihat ku pergi.

Bruk! Suara pintu tertutup. Rasanya aneh. Tapi... Ah, sudah lah.




Faezma? Jimin? Apa yang janggal ya? Mengapa belakangan ini rasanya banyak hal yang janggal. -Syahra



......TBC......
........
....
...
.

Serendipity PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang