01. StuPid

55 5 0
                                        

Andai saat pagi itu aku merelakan makanan ku yang terjatuh olehnya. Pasti saat sore ini hidupku akan bahagia seterusnya. Namun, diriku terlalu egois hingga hal ini yang terjadi.

"Tolong aku, Please!" dia terus memohon di depan apartemen ku dengan wajah gelisah dan ketakutan meminta pertolongan, dan jangan lupakan 1 bungkus penuh makanan cilok yang menjadi bahan untuk membujuk ku untuk membantunya.

"No." aku menolah sekali lagi. Tapi dia masih saja memohon dengan puppy eyes nya. Dia meminta untuk bersembunyi 1 hari di apartemen ku. Itu satu hal yang membuat ku kaget tentunya. Baru saja 5 detik kami bertemu. Kenapa malah jadi begini?!

"Hanya kau harapan terakhir ku Please!" mohon dia lagi dan sekarang berubah menjadi posisi berlutut. Oh! Ayolah! Aku bahkan takut jika di dekatnya. Di korea siapa sih yang tidak asing dengan sebutan sasaeng fans? Apalagi Idol yang ada di depan ku sekarang adalah orang yang di kenal oleh dunia. Aku sangat tak mau berurusan dengan fans fans gilanya itu.

"apa kau ingin melihat berita besok bahwa ada Idol yang mati di bunuh sasaeng? Kau pasti akan merasa penyesalan terdalam. Beneran deh, percaya padaku!." aku sih tak terlalu peduli dengan apa yang ia katakan. Tapi yang aku takut jika polisi mendatangi ku dan hujatan fans fans nya tentang kejamnya diriku tak mempedulikan Idol mereka.

"Oke. Tapi hanya 1 hari! Just one day!." dia mengangguk antusias saat aku membukakan pintu apartemen untuknya. Dirinya langsung masuk menabrak tubuhku dan duduk di sofa. Aku ragu Idol Idol yang perilaku sopan di Tv itu hanya acting di depan camera saja agar pamornya naik. Padahal yang di depan ku ini sangat jauh dari kata Sopan.

"Kau tau darimana ini apartemen ku?" tanya ku langsung tanpa basa basi. Dia menguap sebentar lalu melirik ku dan memalingkan pandangannya lagi kearah luar jendela.

"Aku... Asal mengetuk pintu." hah? Kalian dengar? Asal mengetuk pintu? Dan meminta menginap 1 hari? Entah keadaan psikis orang ini bagaimana. Aku menggeleng meninggalkannya dan meneruskan pekerjaan memasak ku yang tertunda akibat Idol tampan itu mengetuk pintu secara asal.

Pintu apartemen ku di ketuk lagi. Padahal ada bel. Apa yang terjadi pada orang orang hari ini? Aku mengelapkan tanganku pada celemek dan membuka pintu. Disana ada banyak gadis dengan gaya kekinian berdiri di depan apartemen ku. Inilah yang aku benci.

"Apa kau melihat Idol tampan Park Jimin BTS? " Puji kerang ajaib. Aku sudah mengiranya, para gadis ini pasti mencari Idol itu layaknya elang mencari anak ayam. Aku menggeleng polos seakan tak tau apa apa. Padahal dalam tubuh, jantung ku sudah menambah cepat detak 1000 kali lipat. Aku tak mau menjadi saah satu gadis yang tewas mengenaskan karena di serang oleh sasaeng fans di depan apartemennya sendiri karena menyelamatkan 1 Idol Tampan sialan.

"Kau tak berbohong kan?" aku menggeleng. Memang tidak, tidak salah lagi maksudnya. Mereka menghela nafas dan berdiskusi di depan apartemenku. Oh tidak! Ramen ku pasti gosong karena orang orang ini.

"Baiklah. Terimakasih atas waktunya." mereka pergi dan masih menengok ke belakang seakan menaruh curiga padaku. Hell, aku ingin segera mengakhiri ini.

Aku menutup pintu dan langsung berlari menuju dapur. Langkah ku terhenti melihat Tuan terhormat Park Jimin of BTS yang sedang menikmati ramen buatanku. Badanku rasanya lemas menghadapi hari ini. Aku berjalan lesu mendekati kompor dan memasak Ramen lagi. Padahal ini ramen untuk besok, dan orang tua ku belum mengirimkan uang lagi. Sial sekali karena awal bulan ini aku berfoya foya menghabiskan uang yang Ayahku kirim. StuPid.

"Ah maaf aku memakan Mie nya. Tadi hampir mengembang. Daripada kau tak suka dan membuangnya, jadi aku makan saja." alasan bodoh macam apa itu?! Tentu jika memgembang, aku masih akan memakannya karena itu persediaan hari ini. Tapi... Ah sudahlah.

"Syahra-ssi, kau bukan orang korea yah." aku menggeleng lalu menuang ramen ku ke dalam mangkok. Saat cipratan air panas mengenai tanganku, aku baru sadar. Dia tau namaku darimana?

"Apakah kau baik baik saja?" aku menoleh lagi ke belakang. Ternyata dia memperhatikan ku dari tadi. Aku menggeleng lalu membawa ramen ku ke meja dimana dia juga makan.

"Tapi... Kau tau nama ku darimana?" dia menaruh sendoknya lalu membuka topi hitam yang ia kenakan hingga aku bisa melihat rambut pirang. Yang pasti itu hasil di warnai.

"Aku lihat foto besar di atas Tv yang menggantung. Itu foto kelulusan mu dengan tulisan di bawahnya Dr. Syahra Segaf. Jadi ku pikir itu nama mu. Atau mungkin kau di panggil Segaf?" Aku menggeleng lalu mengambil sumpit dan memakan ramenku. Dia masih menatap ku dan memperhatikan bagaimana aku memakan mie itu perlahan.

Ku tatap wajahnya yang sedang menopang dagu dengan kepalan tangan memperhatikan ku. "Ada yang salah?" aku yang tak fokus akhirnya membuka suara karena tak nyaman terus terusan di perhatikan saat makan.

"Tidak. Hanya... Unik bisa melihat wanita Turki lebih dekat." ujarnya lalu melanjutkan makannya.

Sepertinya... Ada hal janggal yang baru ia katakan. Tapi... Apa?










Ups.. Aku keceplosan lagi. Sepertinya hari besok harus berhati hati. -Jimin.







.....TBC.....
.......
....
...
.

Serendipity PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang