Memperjuangkan cinta kita itu sulit. Kalau kau memaksa, berjuang saja sendiri dan ku terima hasilnya.
-Mrs. Segaff
Antara DOkter dan iDOL. Juga serpihan bumbu drama ala sinetron di channel Iwak flying
Jimin seperti enggan melepaskan tangan Syahra dari genggamannya. Terlalu rindu karena sudah 1 minggu mereka berpisah. Belum lagi lusa mereka harus berpisah lagi karena project lagu baru untuk BTS akan menyita banyak waktu Jimin.
Mereka tak melakukan banyak hal. Hanya berkeliling gedung bighit sambil berpegangan tangan, menaiki Lift paling atas lalu turun ke bawah dengan tangga. Karena hari ini ingin di habiskan hanya dengan berdua saja.
"Ini lantai 10 ya? Sudah 20 lantai kita lewati. Melelahkan juga yah?" ujar Syahra saat mereka sedang turun. Tangga memang sangat sepi, karena para staff lebih memilih menggunakan lift daripada tangga.
"mau duduk dulu?" tanya Jimin namun di jawab gelengan. Syahra ingin cepat menyelesaikannya lalu melakukan hal yang lain.
"oh iya Jim, bagaimana reaksi para member ketika tahu hubungan kita?" Jimin melirik Syahra lalu tertawa.
"Jin Hyung bilang bahwa aku tak boleh menyalip dirinya yang paling tua. Sedangkan Jungkook bilang, kita tak boleh menikah sebelum dia menikah." Syahra ikut tertawa mendengar itu. Juga dirinya ikut bahagia tatkala melihat senyum Jimin di siang itu.
"bagaimana kalau kita pergi ke Busan? Dan Besok kita pulang lagi." Jimin berfikir sebentar, mengenalkan Syahra ke orang tuanya mungkin terdengar bagus, mana lagi hanya memakai kereta, jarak tempuhnya hanya 3 jam saja.
"Aku akan meminta izin Pd-nim. Dan sekarang aku lapar, jadi ayo kita makan!" Jimin menarik tangan Syahra berlari kearah Lift menuju restaurant.
. . . . .
"Hanya bawa 2 baju?" Syahra mengangguk ketika Jimin bertanya di depan pintu apartemennya. Sang pria mengangguk lalu berjalan kearah luar apartemen dan memasuki mobil.
Jarang jarang sekali liburan tanpa member BTS atau dengan kamera. Hanya dengan orang yang di cintai, tak lebih.
Jimin mengambil tangan Syahra lalu mengecup punggung tangannya. Terlalu lembut dan harum, Jimin suka.
"Jim, apa saja yang ada di Busan?" Jimin terlihat berfikir lalu tersenyum memandangi Syahra.
"Ada rumah Ibuku, teman temanku, rumah tangga kita, dan teman hidupku." Syahra mencubit lengan Jimin hingga si empu kesakitan.
"Bukan itu! Maksudnya tempat wisatanya." Jimin tertawa lalu mengacak rambut Syahra gemas.
"Ada banyak sayangku, dari pantai, rumah warna warni, pemandangan tubuhku juga ada. Mau?" Syahra mencubit lengan Jimin lagi lalu membuat muka memandang jalanan.
"Jim, kita pakai mobil saja nih? Kenapa tidak naik kereta? Lebih cepat lho." Jimin tetap diam fokus pada jalanan dan menyalip mobil mobil lain.
"Jim..." tetap tidak menoleh dan membuat sang gadis kesal.
"Darling...." ucap Syahra pelan dan langsung di respon oleh Jimin dengan senyuman menjengkelkannya.
"kalau pakai mobil itu lama. Jadi bisa mengobrol dengan sayangku." Syahra menghela nafas lalu membuka ponselnya. Pesan dari Taehyung lagi.
Semenjak kejadian itu, Taehyung jadi suka mengiriminya pesan, Syahra sebenarnya ingin melaporkannya kepada Jimin, namun Taehyung mengancam akan membeberkan bukti Skandal Dating Syahra dengan Jimin.
Syahra selalu mengacuhkan pesan dari pria aneh itu, namun semakin di acuhkan, semakin banyak pesan pesan yang berdatangan
Devil
Sedang bersenang senang huh?
Syahra langsung mematikan handphonenya. Sudah berkali kali no itu di blokir oleh Syahra, namun no lain selalu datang lagi lagi dan lagi seperti teror.
"Kenapa?" Jimin melirik sekilas gelagat Syahra yang terlihat tak nyaman. Syahra menggeleng dan memilih tidur daripada terus membaca pesan orang aneh itu.
. . . . . . . .
Pemandangan indah kota Busan membuat Syahra terpana. Rasanya kota ini begitu sejuk dan damai, Jimin merangkul Syahra dan berjalan menuju suatu rumah megah dan mewah.
"Rumah siapa ini?" tanya Syahra.
"Rumah ayah dan ibuku." Syahra mengangguk mengerti. Ternyata hasil jerih payah Jimin selama ini tak sia sia. Dia berhasil membuat bangga orang tuanya dan memberikan kedua orang tuanya rumah super megah.
"Ayo, kau tungggu apa?" Syahra mengangguk dan mengikuti Jimin dari belakang. Di teras rumah itu sudah ada dua orang paruh baya dan satu anak laki laki menyambut Jimin dengan senyuman.
Jimin memeluk mereka dan menarik Syahra mendekat memberi tahu bahwa Syahra adalah pacarnya. Ibu Jimin tersenyum manis sama seperti Jimin, Ibu Jimin menggandeng Syahra dengan perasangan sangat bahagia tatkala mengetahui bahwa calon menantu adalah seorang Dokter pintar dan memiliki jabatan terpandang di rumah sakitnya.
"Kalian Istirahatlah. Besok akan ibu ajak jalan jalan ke tempat tempat indah." Syahra mengangguk. Jimin mencolek lengan Syahra ketika Ibu Jimin sudah melegang pergi.
"Hey, tidur satu kamar dengan ku mau?" Pundak Jimin di pukul oleh Syahra. Serta cacian 'orang cabul' terus terusan si layangkan untuk Jimin dari Syahra. Jimin tertawa dan menghindar dari pukulan itu lalu menarik tangan Syahra hingga gadis itu menabrak dada Jimin dan di peluk oleh sang pria.
"Kau makin lama makin gendut yah. Aku suka, jadi ketika di peluk empuk." Syahra tersenyum. Baru kali ini dia tak marah jika di sebut gendut. Bersyukur malah.
"Melihat Sunset mau? Belakang rumahku itu ladang gandum. Cukup indah sih untuk menikmati Sunset diatas Rooftop sambil menikmati secangkir kopi."
"Anak Indie." jimin tertawa sekali lagi mendengar jawaban Syahra.
.......
"Indah kan?" Syahra mengangguk sembari meminum kopinya dan mengayunkan kakinya di tepi Rooftop.
Ia baru tau, ladang gandum indah juga kalau di iringi dengan Sunset. Bersama pasangan juga tentunya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rumah Jimin berada di sekitar pedesaan yang cukup terpencil. Suasananya sangat asri dan tentram.
"Kau tau tidak? Aku pernah terjatuh disana ketika mengejar domba. Aku juga pernah di seruduk angsa, padahal adik ku yang melempar batu kearah mereka." Jimin bersemangat menceritakan banyak hal kepada Syahra. Baginya, Syahra tak perlu tau cerita sedihnya, cerita bahagia saja yang akan Jimin beri tahu kepada cintanya itu.
"Jim, bagaimana jika kita mengikuti jalan itu?"
"Itu jalan menuju air terjun. Besok kau mau kesana?" Syahra mengangguk, dan fokus lagi kearah matahari yang sudah akan tenggelam. Terlalu indah dan terlalu banyak bahagia.