inilah akhirnya harus ku akhiri~ sebelum hutang ku semakin banyak, maaf kan diriku memilih berakhir, walaupun ku tau dirmu, pasti kecewaaaa
Oke mulai.
Syahra berjalan memandangi Negeri Arab Saudi yang sangat indah dan tenang. Dia rindu akan masa kecilnya yang berlari di tanah suci itu, terjatuh, menangis, mendapat teman, dn jutaan kenangan indah lainnya yang baru pertama ia temukan dari hidupnya.
Saat berjalan, dirinya melihat stadion besar dan tergambar spanduk BTS disana. Juga dengan tuan Park Jimin. Pacarnya, mungkin....
"Aishh selama koma aku terlalu banyak menghayal." ujarnya menggelengkan kepala lalu berjalan lagi. Saat sedang melihat lihat, ada seseorang yang menepuk pundaknya. Syahra menoleh dan sempat kaget, itu Sohee.
"Dokter? Senang bertemu dengan mu! Bagaimana kabarmu?" ujar Sohee semangat. Syahra tersenyum dan memeluk Juniornya itu. Hanya Sohee lah yang menemaninya selama menjadi dokter. Dan kini Sohee lah yang menjadi orang terakhir yang memanggilnya dokter. Aishh Syahra memang harus menerima kenyataan bahwa dirinya akan segera menikah.
"Aku tak menjadi dokter lagi, aku akan tinggal di Riyadh bersama keluarga ku." Sohee terkejut dan memeluk Syahra lagi. Berat rasanya meninggalkan guru sekaligus teman seperjuangan untuk pergi.
"Kalau begitu, mau makan siang bersama ku? Sebagai... Perpisahan mungkin?" Syahra mengangguk dan berjalan bersana Sohee. Saat di koridor, mereka berpapasan dengan segerombolan pria. Siapa lagi? BTS tentunya.
Mata Syahra fokus kearah Jimin yang juga menatapnya. Senyuman itu, bagaikan sapaan untuk orang yang tak di kenal dan kebetulan saling menatap. Memang, mereka tak pernah berkenalan bukan? Hanya dalam hayalan saja mereka bersama, menghabiskan waktu, membuat masalah, dan berdebat, hingga tertawa bersama lagi.
"Dokter, banyak hal yang akan ku ceritakan ketika menjadi dokter penggantim-- Dokter?" Syahra sadar dari lamunannya dan menatap Sohee bingung. Dia terlalu fokus pada pria yang sempat mengubrak abrik hatinya.
"A-ayo kita makan siang." ajak Syahra.
"Syahra?" Jungkook duduk di sebelah gadis itu yang sedang memandangi jalan raya di depan mini market. Syahra agak sedikit kaget, ini bukan ilusi lagi kan?
"Apa kabar?" Syahra masih diam tak berkutik memandangi wajah Jungkook, pria itu memiringkan kepala heran dengan sikap Syahra.
Tiba tiba gadis itu menepuk pipinya berkali kali sambil bergunam 'ayo sadarlah'. Hingga tangannya di pegang Jungkook yang masih menatapnya bingung.
"Aigoo! Ini bukan mimpi?! Lalu? Aish! Siapa yang berbohong!" Syahra semakin bingung dengan keadaan ini. Bukankah itu semua hanya mimpi? Dan keluarga bahkan Faezma berkata bahwa ia tak pernah jadi dokter utama untuk Tim medis BTS. Tapi... Kenapa Jungkook mengenalinya?
"Hey Jungkook-ah, siapa aku?" tanya Syahra.
"Eee Syahra Segaff? Mantan dokter utama tim medis di konser BTS?" jawab Jungkook tanpa ragu. Syahra menepuk Jidatnya frustasi. Tidak! Semua ini bukan mimpi, melainkan hanya tipu muslihat keluarganya. Tapi, kenapa mereka tega?
"Hum? Kau pasti bingung yah. Tidak, keluargamu tidak jahat. Kami yang jahat. Aku yang jahat." Jungkook menatap lurus Jalanan yang sudah mulai sepi. Tatapannya kosong namun seperti tersirat kebahagiaan disana.
"Apa.. Maksudnya?" Jungkook tertawa kecil lalu melepas topi yang menutupi hampir setengah wajahnya.
"Saat kau berlari ke jalan, kau tertabrak mobil yang di kendarai oleh pembunuh bayaran. Itu kami bertiga yang merencanakan. Awalnya aku tak terima, tapi... Aku hanya boneka bagi kedua Hyung ku. Aku menahan mu untuk tidak pergi karena aku tau Taehyung di bawah sana sudah bersiap menyuruh si pembunuh menabrak mu." Jungkook menarik nafas panjang.
"Kau tertabrak setelah pernyataan cinta bodohku itu. Aku langsung berlari kearahmu dan menggendong mu sambil berlari hingga ke rumah sakit Gyon ji yang dekat dengan kantor Big hit. Pakaian ku menjadi merah karena pendarahanmu. Dengan cepat aku menelfon Faezma hingga gadis itu datang dan langsung menghajarku. Namjoon Hyung datang bersamaan dengan orang tua mu, lalu kita membuat perjanjian, dimana ketika kau bangun, anggap bahwa saat kau menjadi dokter untuk BTS, itu hanya mimpi mu saat koma saja." Satu tetes airmata turun di pipi Jungkook.
"saat aku pulang, aku langsung masuk ke dalan kamar mandi menulikan telinga ketika Jimin Hyung menghajar Yoon Gi Hyung dan Tae- Hyung membabi buta dengan segala caci maki. Kenangan itu sangat kelam hingga kami saja tak berani untuk mengatakan yang sebenarnya ke Pd-nim. Tapi aku senang, kau tak koma terlalu lama. Yaa hanya... 7 bulan mungkin?" Syahra melotot kaget.
"7 BULAN!?!? BERATI FAEZMA TIDAK BERBOHONG! Sekarang bulan apa?!." Jungkook terperanjat kaget ketika Syahra langsung berteriak dekat telinganya.
"Awal desember. Dan.. Faezma apa?" Syahra menggeleng lalu meminum sprite nya lagi.
~.~
Syahra berjalan jalan ke taman. Ia berfikir..
"Kalau aku kembali pada Jimin.. Itu wajar saja kan?." dan mulai menghayal yang tidak tidak layaknya fans fans lainnya.
"Aaaaah! Aku harus sadar bahwa semua itu hanya masa lalu. Sebaiknya aku menjadi Army saja. Atau tidak? Aish! Si brengsek itu! Aku merindukannya." Syahra berbicara sendiri di jalanan sepi Riyadh. Rasa kesal, marah, dan bingung menyatu memenuhi otak Syahra. Apa yang akan dia lakukan? Menjadi gila karena khayalan selama koma? Atau pasrah saja karena akan menikah?
"Lebih baik aku menikah dan melupakan segalanya." ujar Syahra sambil menunduk dan duduk sendiri di kursi taman yang sudah sangat sepi. Ada sih beberapa orang, tapi mereka tak terlalu peduli pada atensi Syahra disana.
"Aigoo kejam sekali kau ingin melupakan ku begitu saja." Syahra menghela nafas. Ia seakan mendengar suara Jimin yang berkomentar jika tau dia putus asa begini.
"Kau tau, aku sangat senang ketika akan datang ke Arab. Banyak gadis cantik sepertimu yang akan aku temui. Tapi aku salah, ternyata kau berbeda dan tetap ada di hatiku." ujar Jimin dengan senyumnya. Syahra tersenyum miris. Ya, miris akan dirinya yang terlampau mencintai Jimin hingga menganggap pria itu sekarang sedang duduk dengannya.
"Itu cuman hayalan." Syahra menatap Jimin lagi yang perlahan menghilang. Tertanya itu memang hayalannya, tak mungkin Jimin asli kenal dengannya.
Syahra bangkit dari bangku itu dan berjalan. Berjalan dengan kesal sambil menendangi kerikil tak bersalah untuk meluapkan semua emosi nya.
"Aku benci Jimin."
"benci aku?" tanya seseorang yang tiba tiba ada di samping Syahra.
Gadis itu menoleh dan terdiam sejenak memandangi wajah Jimin dengan intens. Yang di pandangi pun tersenyum manis dan memeluk Syahra erat.
"Jahat sekali kau menatap ku saja saat kita berpapasan. Padahal selama 7 bulan kau koma, aku selalu menghubungi dokter pribadimu." Syahra memeluk Jimin dan terisak dalam pelukan pria itu, dirinya terlalu berat dan kaget menerima bahwa khayalan-nya selama Koma itu ternyata sebuah realita.
"Jimin, aku rindu..." Jimin tertawa dan mengelus rambut Syahra.
"Aku juga, sangaaaaat sekali." Syahra memukul pundak Jimin. Isakan Syahra berhenti, kepalanya menjauh menatap Jimin lalu memukul kepala pria itu hingga Jimin meringis kesakitan.
"Ka-kau Jimin asli? Kau? Asli? Hueeee." Syahra memeluk Jimin lagi, namun kali ini lebih erat di tambah pukulan kesal Syahra pada Jimin.
"Aku kira aku menghayal lagi... Hiks..." Jimin menangkup pipi Syahra. Ia pandangi terus si gadis yang ia rindukan itu bermata merah, suara serak, dan hidung besae merah yang sedikit mengeluarkan lendir hingga menempel di baju Jimin.
"Bersama ku lagi yah? Tapi ini hanya diantara kita... Oke?" Jimin memberikan kelingkingnya pada Syahra untuk membuat Janji
"Jangan menangis lagi." ujar Jimin mengecup hidung Syahra dan memeluknya lebih erat.
Dan dari kejauhan ada satu wanita melotot terdiam melihat mereka berdua.
"Astagfirullah, zina." dan itu author.
......T
Tamat or Tbc? Who knows?
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity PJM
FanfictionMemperjuangkan cinta kita itu sulit. Kalau kau memaksa, berjuang saja sendiri dan ku terima hasilnya. -Mrs. Segaff Antara DOkter dan iDOL. Juga serpihan bumbu drama ala sinetron di channel Iwak flying