Bunda selalu bilang kalau ada orang yang jahat sama kita, jangan dibalas. untuk apa ada Tuhan yang maha menghakimi kalau kita ikut turut andil menghakimi orang tersebut. - Kim Jisung.
🐣🐣🐣🐣🐣
Tatapan murid-murid yang ada di koridor tertuju pada seorang anak laki-laki yang berjalan di belakang Pak Guru Cha. Anak laki-laki itu tertunduk malu karena tidak biasa menjadi pusat perhatian. Degup jantung yang kian berdetak membuatnya semakin di telan oleh kegugupannya.
"Kim Jisung, kamu tunggu sebentar disini. Saya akan memanggilkan Pak Junho untuk membawamu ke ruang kelas"
Kim Jisung atau biasa dipanggil dengan Jisung itu hanya mengangguk sekaligus bernapas lega, karena sekarang ia sudah berada di depan ruang tata usaha dan tidak ada murid lain yang melihatnya dengan tatapan aneh. Sambil menunggu, Jisung mengedarkan pandangannya untuk melihat lebih jelas lagi sekolah barunya ini.
Menurut apa yang dilihatnya sekolah ini memang sempurna. Mulai dari desain interior sampai ke hiasan sekolah ini memang luar biasa, bagaimanapun ini adalah sekolah mehong yang bisa membuat kaum sepertinya melarat jika tidak ada bantuan dari beasiswa yang di terimanya.
Sejujurnya Jisung tidak pernah bermimpi untuk bersekolah di tempat semewah ini karena baginya sekolah lamanya jauh lebih nyaman walaupun bedanya antara bumi dan langit, jika bukan karena kepala sekolah dan Bunda yang mendukungnya untuk pindah sekolah, Jisung tidak akan pernah mau. Kepala sekolah yang mengurus segalanya mulai dari beasiswa dan keperluan lainnya. karena menurut Kepala sekolah, Jisung termasuk anak yang cerdas jadi jikalau hanya mengharapkan sekolah yang ia pegang untuk membuat kesuksesan Jisung itu sangat mustahil karena sekolah itu sampai kapanpun tidak bisa menjadi sekolah unggulan yang akan dilirik. oleh sebab itu, Kepala sekolah tidak bisa membiarkan Jisung untuk tetap berada disana dan ngestak saja tanpa berkembang ataupun maju selangkah.
"Kamu... Kim Jisung?"
Jisung refleks menoleh dan mengangguk.
"Oke, baiklah. Saya Pak Junho, mari ikut saya ke kelas"
Lagi-lagi Jisung hanya mengangguk dan mengikuti Pak Junho dari belakang. Jisung bersyukur koridor sudah sepi karena berapa menit yang lalu bel telah berbunyi.
Jisung mengangkat kepala setelah berada di depan kelas 2-1, jantungnya terus berdegup mendengar sorak sorai teman barunya tapi ia tidak boleh memperlihatkan kegugupannya di depan teman barunya.
"Perhatian" intruksi Pak Junho membuat seisi kelas langsung terdiam.
Semua murid yang berada di dalam kelas menatap Jisung dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Anak-anak, Jisung teman baru kalian di kelas ini, jadi mohon kalian membimbing dia dengan baik. Baiklah, Jisung silahkan perkenalkan dirimu terlebih dahulu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Separately
FanfictionKisah Kim bersaudara yang harus terpisah karena keegoisan dari salah satu orang tuanya. bertahun-tahun mereka terpisah, sampai pada akhirnya mereka dipertemukan dalam satu tempat, tapi tidak saling mengenal(?) akankah takdir berhasil menyatukan Kim...