8. HAECHAN FAMILY

489 62 10
                                    

Renjun masih berada dibalkon kamarnya. sekilas dia melirik jam yang terpasang di dindingnya.

Ah, sudah setengah dua pagi. gumamnya.

Renjun tidak bisa tidur sama sekali. Takut kalau mimpi itu datang terus, karena akhir-akhir dirinya selalu memimpikan hal yang sama berulang kali.

Renjun masuk kedalam galeri kecilnya, ada banyak lukisan tentang Bunda yang dia buat. matanya terhenti ketika sebuah lukisan keluarga utuh membuatnya seakan terhipnotis dan tidak berkedip. Renjun ingin seperti dalam lukisannya, memiliki... keluarga yang utuh.

Tak terasa airmatanya mengalir tanpa bisa ditahan. bertahun-tahun dia hidup dikelilingi rasa bersalah karena telah meninggalkan Bunda dan juga adiknya. Renjun sudah mencari Bundanya tapi tetap pencariannya selalu saja berujung ketiadaan.

Renjun terisak, begitu perih rasanya merindukan seseorang yang sama sekali tidak pernah nampak secara nyata. muncul hanya sebagai mimpi dan begitu menyakitkan dirinya. Renjun bahkan sangat sulit memejamkan matanya, ketakutannya begitu besar kala memimpikan Bundanya yang menangis karena kepergiannya.

Ada banyak orang yang bersalah atas kejadian ini. Papa dan juga keluarga besar Papanya, mereka semua adalah orang-orang jahat yang sudah mengarang karangan cerita seolah-olah Bundanya sudah tiada. Renjun sangat yakin, Bunda masih hidup. hanya saja tuhan masih belum mengizinkannya bertemu.

Suara dentingan piano terdengar di indra pendengarannya. Renjun sangat yakin kalau dentingan itu berasal dari Kamar Chenle yang berada di ujung. Renjun mengusap wajahnya, menutup pintu balkon, dan keluar dari kamarnya. Renjun bersyukur hari ini karena Papa sama sekali tidak pulang kerumah.

Renjun mengetuk pintu kamar Chenle.

"Siapa?!"

"Gue"

Chenle membuka pintu kamarnya dan melihat Renjun yang tengah berada di depan pintunya.

"Ngapain lo kesini, Kak?! mau ceramahin gue?!" Kata Chenle agak sedikit ketus.

"Nggak"

Renjun masuk begitu saja, tanpa memperdulikan sang punya kamar.

"Terus mau apa lo kesini?!"

"Mau tidur, gue nggak bisa tidur dikamar"

"Oh"

"Lo bolos kan tadi?"

"Hm"

"Oh"

"Lo kalau mau main piano liat jam, orang udah pada tidur lo malah berisik"

"Suka-suka gue!"

"Sini tidur gue temanin, gue tau lo nggak bisa tidur nyenyak kalau sendiri"

Chenle menurut dan merebahkan dirinya kekasur.

"Kak--lo selalu mimpi buruk, kan?!"

"Sok tau"

"Setiap kali gue tidur bareng sama lo, Kak. pasti ada aja mimpi yang bikin lo kebangun. dan setiap kali gue tanya, lo jawab nggak apa-apa"

"Karena gue emang nggak apa-apa"

"Gue tau lo bohong, Kak"

Hanya satu kalimat yang dilontarkan Chenle membuat Renjun menegang.

"Lo nggak jawab, gue anggap iya"

Chenle memunggungi Renjun, dan menutup matanya.

"Tolong jangan sembunyikan apapun sama gue, Kak" Chenle bergumam.

SeparatelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang