DEVANDRA 15 - The Day Part 2

927 92 0
                                    

Gue mendongak denger teriakan yang manggil nama gue. "Lelet banget sih, lo!"

Gue mendengus. "Heh, lo nggak liat gue lagi ngiket tali sepatu?" balas gue pada Okta yang udah ngantri sama Yani.

Gue berdiri setelah selesai ngiket tali sepatu dan deg! Semua peserta menatap gue.

Gue menunduk liat seragam yang gue pake. Nggak ada yang aneh. Kenapa mereka semua menatap gue nggak kedip gitu?

"Woi, Ndra. Cepetan tanda tangan!" teriak Yani.

Gue menghela napas sebelum berjalan. Sumpah, gue malu banget diliatin kayak gitu. Ini perasaan gue aja apa emang bener kalau peserta yang cewek natap gue...kagum?

Setelah tanda tangan, gue dapet paper bag yang isinya botol minum kosong yang masih baru, notebook, pulpen, sama sticker.

"Ganteng banget yaa."

"Ihh, ganteng."

"Masih SMA badannya udah bagus banget."

"Jadi pengen peluk."

Itu hanya beberapa dari banyak celetukan yang gue denger.

Gue berhenti karena si Okta tiba-tiba berhenti jalan. Dia membalikkan badan.

"Nih," ucapnya sambil memberi gue botol minum punya dia. Apa Okta nggak mau botol minumnya terus dikasih ke gue?

"Gue udah punya kali," jawab gue.

Okta memutar bola matanya malas. "Gue nyuruh lo ngambilin minum buat gue. Tuh galonnya," Okta nunjuk galon yang di taroh di atas meja dengan dagunya.

"Heh, gue bukan babu lo. Ambil sendiri bisa kali. Tangan lo juga berfungsi dengan baik."

"Minta tolong elah," decak Okta.

"Ogah lah. Orang tangan lo nggak kenapa-napa. Kalo tangan lo patah, baru gue mau nolongin." Entah kenapa kalo gue ngomong sama Okta bawaannya emosi mulu.

Yani menengahi perdebatan kita. "Udahlah. Okta mending lo ambil sendiri."

"Iya udah deh. Ayo temenin gue, Yan."

Ya elah, emang nggak bisa gitu sendirian? Masa ngisi air aja minta ditemenin. Kalo kalian tahu ya, galonnya itu cuma dua langkah dari tempat gue berdiri. Deket banget kan?

Gue menyandarkan punggung ke tembok sambil nunggu mereka berdua. Gue mengedarkan pandangan. 

Tak sedikit yang ketahuan terang-terangan menatap gue. Entah itu panitia, guru pendamping, atau peserta yang cewek. Pada kenapa sihh?

Iseng, gue liat bet yang ada di seragam peserta lainnya. Woahh, ada yang dari Bali, Probolinggo, Semarang, Solo, dan masih banyak lagi.

Ya maklumlah, orang ini lomba tingkat nasional.

"Ehh, ehh, gimana nih caranya berhentiinnya?" Gue menoleh ke kiri. Si Okta sama Yani membuat keributan gaes!

"Ini gimana sihh?"

Gue nahan tawa liat mereka yang nggak bisa pake pompa galon. Entah alatnya yang terlalu canggih atau mereka yang memang nggak bisa gunainnya.

Sekarang semua pandangan mengarah kepada mereka berdua. Lantai udah rejek. Untung panitianya langsung matiin alat itu.

Baru juga dateng, udah malu-maluin aja. Haha.

Mereka berdua menghampiri gue setelah berulang kali minta maaf sama panitianya. Gue tersenyum meremehkan.

Kita bertiga berjalan masuk ke dalam ruangan. "Duduk dimana nih?"

"Duduk di paling depan aja."

"Jangan. Yang belakang sono aja."

Ahh ribet. Tinggal duduk aja pada ribet. "Udah duduk sini aja," ucap gue.

Belum sempat pantat gue mendarat di kursi, tangan gue udah ditarik Yani buat pindah. "Jangan di sini duduknya!"

Gue berdecak lalu melepaskan tangan gue dari Yani. Modus nih pegang-pegang tangan gue.

"Udah duduk sini aja masih kosong."

Woi, kursi yang tadi juga masih kosong kali.

Gue mendengus lalu duduk di sebelah Yani. Kita duduk di kursi barisan nomer empat dari depan.

Gue mengedarkan pandangan. Semua peserta pegang kertas materi. Kalo kita mah sama Bu Mila nggak boleh baca materi kalo udah sampai di tempat lomba.

Kata Bu Mila supaya peserta lain udah merasa kalah padahal lombanya belum mulai. Soalnya mereka bakal ngira kalo kita emang bener-bener udah mempersiapkan dengan matang buat lomba hari ini.

Di depan sana ada banner yang ukurannya menuhin satu sisi dinding. Tulisannya gedhe banget.

OLIMPIADE KOPERASI SISWA NASIONAL

Di sebelah kiri ada meja buat naruh piala. Gue tersenyum. Bisa nggak ya kita menang dan dapetin piala sebesar itu?

Doakan yaa supaya kita bisa menang














🌼🌼🌼

Selamat membaca cerita Mint
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

Devandra✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang