Happy Reading!
🌼🌼🌼
"Ya, kenapa manggil nama saya?"
Gue melirik Devano yang juga terkejut. Kita berdua langsung turun dari kasur. Berjalan cepat keluar kamar.
Bukannya melihat Om Bambang, kita melihat Dimas yang berdiri di samping pintu. Tubuhnya menempel tembok.
Kita saling tatap cukup lama. Mencerna apa yang terjadi. Ibu jari Dimas menyentuh layar ponsel yang digenggamnya. Lalu terdengar suara, "Ya, kenapa manggil nama saya?"
Dimas menaik turunkan kedua alisnya. Dia tersenyum lebar. Dia berhasil nge-prank gue sama Devano. Iya, prank. Itu rekaman suaranya Om Bambang.
Satu kata buat Dimas? Tolong kasih tau gue ya. Gue lagi puasa buat ngumpat nih.
Sebelum gue sama Devano menangkap Dimas, dia udah lari. Tapi, Devano bisa mengejarnya. Sodara kembar gue itu memiting leher Dimas.
"Gue kira Om Bambang yang dateng!" kesal Devano.
Gue tau, dia juga kaget banget tadi. Mukanya langsung pucet. Takut batal direstuin nikah sama Vania mungkin? Haha.
Gue mendekat ke arah mereka. "Gue aduin lo ke Om Bambang!"
"Gue aduin balik lo!" Dimas tertawa.
Gue sama Devano bingung. Devano melepaskan pitingannya pada leher Dimas. Kasihan ya Dimas. Gue sama Devano sering banget memiting lehernya. Haha.
"Nih denger!"
Dimas mendekatkan ponselnya ke arah gue sama Devano. Tak lama suara seseorang terdengar dari ponsel Dimas.
"Bambang, Bambang, Bambang!"
Gue melotot. Itu suara gue!
Dimas tersenyum mengejek. "Kalo gue kasih rekaman ini, lo nggak bakal direstuin sama Melody. Hahaha." Dimas ketawanya serem banget. Beneran.
Jangan sampe rekaman itu sampe ke tangan Om Bambang. Bisa nggak direstuin gue sama Melody.
"Dim, lo ganteng deh!" Tolong siapin kresek buat gue.
Ehh, jangan deh. Jangan muntah sekarang, Devandra. Lo harus pura-pura muji dia.
Gue melirik sekilas Devano. Mengedipkan kedua mata cepat. Memberi kode.
"Dimas Adi Pranata. Siapa sih yang nggak kenal Dimas Adi Pranata? Udah ganteeeeng, baiiiiik, sholeeeeh."
Dimas tersenyum bangga.
"Tapi sayang..." Gue menggantungkan ucapan lalu menggelengkan kepala.
Dimas mengerutkan dahi. "Apa?"
Sret!
Devano mengambil ponsel Dimas lalu berlari menuruni tangga. Dimas membelalakkan matanya, terkejut.
"Tapi sayang, lo bego!" Gue menyusul Devano sambil tertawa.
"Woi, hape gue!"
Dimas berlari mengejar gue dan Devano. "Lo berdua kalo pengen hape gue itu bilang. Dari dulu ambil hape gue terus. Biar gue beliin selusin sekalian!"
Nah, tu anak mulai sombong.
"Katanya nyicil. Gimana sih?" heran Devano.
"Ya kali seorang putra tunggal keluarga Adi Pranata nyicil beli hape kayak gitu," ucap Dimas. Sombong amat!
"Ohh, gitu?" Sebuah ide terlintas di kepala gue. "Van, cemplungin hapenya ke kolam renang aja!"
"Nah, ide bagus!" Devano menyetujui.
Kedua mata Dimas membelalak. "Jangan!"
Kadang gue bingung sama ni anak. Tadi aja bilang bisa beli hape merek yang sama selusin. Lah ini sekarang malah mohon-mohon sama Devano buat ngembaliin hapenya.
"Please, jangan cemplungin hape gue ke kolam renang yaa. Hape gue nggak bisa berenang. Nggak punya ekor buat berenang."
"Bodo amat!" balas Devano.
Dimas mengusap dada. "Ya Allah, punya sahabat gini amat yak?" ucapnya dramatis.
Yang harusnya nyebut itu kayaknya gue sama Devano deh. Kok malah Dimas?
Tawa gue reda melihat seseorang yang sedang membantu Bunda di dapur. Duh, calon istri udah pinter ambil hati mertuanya nih.
"Aaa-aduuuuh!"
Gue tersenyum miring. Akting dimulai.
Devano sama Dimas berhenti berlarian di dalam rumah. Bunda sama Melody berlari menghampiri gue.
"Devandra kenapa?" tanya Bunda khawatir.
"Kak, kenapa?" Gue sedikit membuka mata. Tersenyum melihat raut wajah khawatir Melody.
Gue menatap Melody. "Sakiiiit." rengek gue.
Plak!
"Aw!"
Gue meringis. Mengusap tangan gue yang di gips. Bunda tega banget deh. Masa tangan gue ditabok.
"Sakit beneran tau rasa!" ucap Bunda kesal lalu kembali ke dapur. Iya Bun. Habis Bunda tabok, tangan Devandra jadi sakit beneran nih.
Gue melirik Melody. Menahan tawa melihat Melody yang menganga liat apa yang dilakuin Bunda barusan.
Melody kembali menatap gue. "Sakit kak?"
Gue menampilkan raut wajah memelas sambil mengangguk-angguk. "Iya, sakiiiit."
"Yang mana?" tanya Melody khawatir.
Gue menunjuk tangan kanan yang di gips lalu menunjuk kepala yang diperban. "Ini sama ini."
Melody menarik gue untuk duduk di sofa ruang keluarga. "Kakak udah makan?" Gue menggeleng.
"Aku ambilin ya?" Gue mengangguk-anggukan kepala sambil tersenyum manis.
"Dim, kasih gue kresek!" teriak Devano.
Gue yang sebelumnya melihat Melody lagi ngomong sama Bunda menoleh ke kiri. Ke arah Devano sama Dimas yang lagi duduk di lantai sambil main PS.
Dimas ikutan berteriak. "Buat apa?!"
Plak!
Devano memukul kepala Dimas karena teriak tepat di samping telinganya. "Aduh kepala gue!"
"Mau muntah gue liat wajah sok melas sodara kembar gue itu!" sindir Devano sambil melirik gue.
"Maklum lah, Van. Caper itu mah!"
"Ohh iya, ya."
Pengen banget gue pukul kepala mereka pake sepatu.
🌼🌼🌼
Devandra kenapa sering kena prank sih? 😂
Selamat membaca bab berikutnya
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Devandra✔
Novela JuvenilCOMPLETED Alfian Series 2 Sebelum baca cerita Devandra, baca cerita Devano dulu yaa --- Nama gue Devandra Alfian Putra. Siapakah gue? Baca dulu gih ceritanya Devano yang sebelum baca cerita gue. Lah gue malah promosi. Baca cerita gue kalo kalian in...