Melody membuka sedikit korden jendela kamarnya untuk bisa melihat Devandra yang masih setia di bawah sana menunggunya keluar.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Cowok itu dari tadi terus menelpon dan mengirimkan pesan padanya. Tapi hanya ia diamkan.
Melody semakin merasa bersalah ketika hujan turun di luar sana. Ia hampir menangis melihat Devandra yang tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya.
"Kak, jangan buat aku merasa bersalah."
Tidak. Ia tidak tega melihat Devandra yang memeluk tubuhnya sendiri karena kedinginan.
Melody beranjak berdiri. Keluar dari kamarnya dan melihat sang Mama berdiri di depan kamarnya.
"Kamu mau kemana?" tanya Rizka.
Kedua matanya berkaca-kaca. "Melody mohon, Ma. Melody nggak mau kak Devandra sakit."
"Tapi, Mel..." Ada nada khawatir ketika Rizka mengucapkan itu.
"Biarin Melody ketemu Kak Devandra..." Melody menghela napas sebelum berkata, "untuk terakhir kalinya."
Rizka mengusap bahu anaknya lalu mengangguk.
Melody berlari menuruni tangga. Mengambil payung di dekat pintu lalu keluar rumah.
Melody membuka pagar. Menimbulkan suara decitan yang membuat Devandra menoleh.
Devandra tersenyum. Senyumnya seketika luntur ketika Melody berkata, "pulang, kak!"
Devandra turun dari motornya lalu menghampiri Melody. "Baru juga ketemu."
"Udah malem."
Devandra mengusap wajahnya yang terkena air hujan. "Bentar lagi, ya?"
Melody memberanikan diri menatap kedua mata Devandra. "Jangan temuin aku lagi. Ini terakhir kalinya."
Devandra tersentak. "Kenapa?"
"Aku nggak mau ketemu Kakak."
"Alasannya?"
"Karena aku nggak mau ketemu kakak! Aku nggak mau tiba-tiba pusing ketika ingatan yang nggak pernah aku alami muncul di kepalaku!"
"Ingatan itu pernah kamu alami, Mel."
"Nggak! Aku nggak pernah mengalaminya! Aku nggak mau ingatan itu terus muncul!"
"Kenapa?" Devandra memaksakan untuk tersenyum. "Kamu nggak mau inget aku?"
"Emang kakak siapa?" Melody tertawa renyah. "Kakak hanya orang yang baru aku temui beberapa hari yang lalu. Bukan seseorang yang penting!"
"Aku bukan seseorang yang penting ya?" Devandra tersenyum miris. "Tapi kamu seseorang yang penting buat aku, Mel."
Melody menatap kedua mata Devandra sekilas lalu membalikkan badan hendak masuk tapi cowok itu mencekal pergelangan tangannya.
"Aku sayang kamu, Mel."
Melody menunduk. Menyeka cepat air matanya menggunakan bahu lalu menghempaskan tangan Devandra kasar.
Melody membalikkan badan. Menatap kedua mata Devandra yang memerah. Melody mendorong bahu Devandra membuat cowok itu mundur beberapa langkah.
"Aku benci sama kakak! Aku nggak mau ketemu kakak lagi! Pergi dari sini!" bentak Melody.
Melody berjalan masuk lalu menutup pagar. Meninggalkan Devandra yang berdiri mematung di bawah derasnya hujan.
Devandra mengepalkan tangannya. Setetes air matanya turun. Kata 'benci' yang keluar dari bibir Melody membuat jantungnya seperti mencelos dari tempatnya.
Seseorang yang ia sayang membencinya?
Devandra menyeka air matanya kasar menggunakan punggung tangan. Ia membalikkan badan. Berjalan cepat menuju motornya.
Cowok itu duduk di atas jok motor. Memakai helm full face-nya lalu melajukan motor dengan kecepatan tinggi.
Hatinya hancur. Bukan kata 'benci' yang ia harapkan keluar dari mulut cewek yang ia sayang.
Devandra menambah kecepatan motornya. Tak peduli dengan jalanan licin karena hujan malam ini.
Kedua matanya menyipit ketika cahaya lampu mobil dari arah yang berlawanan menyilaukan kedua matanya.
Brak!
Tubuh Devandra terpental dan berguling di aspal. Cowok itu membuka sedikit matanya.
Melihat mobil yang menabraknya terbalik sebelum kedua matanya kembali terpejam.
"To-tolong..."
---
Bruk!
Melody jatuh terduduk. Payung yang menghalangi air hujan agar tidak mengenai tubuhnya terjatuh tak jauh darinya.
Kedua tangan yang menopang tubuhnya mengepal. Bahunya bergetar. Baru saja ia menyakiti hati seorang yang ia sayang.
"Maaf, Kak. Maafin Melody."
Rizka menghampiri Melody. Mendekap tubuh anaknya dengan sebelah tangan yang tidak memegangi payung. Mengusap punggung Melody, menenangkannya.
Melody menangis di dekapan Mamanya. "Melody udah jahat, Maaa. Melody jahat sama Kak Devandra..."
Rizka semakin mempererat dekapannya. "Ini semua demi kebaikan kalian."
Melody membuka matanya. Cewek itu menggeleng. Tidak. Ia tidak mau kehilangan Devandra lagi. Ia tidak mau jauh dari orang yang ia sayangi lagi.
Ia harus berhenti berpura-pura hilang ingatan. Biarkan nyawanya terancam, ia tidak peduli. Yang penting ia bisa bersama Devandra lagi. Orang yang ia sayang sejak dulu.
Melody melepaskan pelukan Rizka. Cewek itu berjalan cepat membuka pagar. Ia tidak menemukan Devandra. Orang yang ia sayang sudah pergi.
Melody berlari. Mengejar Devandra meskipun ia tahu, pasti Devandra sudah jauh. Teriakan Rizka yang memanggil namanya tidak ia pedulikan.
Cewek itu terus berlari. Ia harus segera bertemu Devandra. Meminta maaf kepada cowok itu dan mengatakan kalau ia juga sayang pada Devandra.
🌼🌼🌼
Gimana keadaannya Devandra?
Melody cuma pura-pura hilang ingatan? Kenapa? Apa alasannya?Up lagi kapan nih? Besok Senin ya? Hehe
Selamat membaca bab berikutnya
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊17-05-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Devandra✔
Teen FictionCOMPLETED Alfian Series 2 Sebelum baca cerita Devandra, baca cerita Devano dulu yaa --- Nama gue Devandra Alfian Putra. Siapakah gue? Baca dulu gih ceritanya Devano yang sebelum baca cerita gue. Lah gue malah promosi. Baca cerita gue kalo kalian in...