DEVANDRA 37 - Jatuh

810 83 1
                                    

Pernikahan Devano sama Vania kurang lima minggu lagi. Mereka semakin sibuk mempersiapkan acara pernikahannya.

Seperti sekarang, gue menemani mereka yang lagi fitting baju pernikahan di butik salah satu mall di kota.

Gue mendengus. Bosan menunggu mereka yang nggak selesai-selesai dari tadi. Gue menghampiri Melody yang sedang melihat-lihat baju.

"Mel?" panggil gue.

"Kenapa kak?"

"Jalan-jalan yuk!" ajak gue. "Gue bosen nunggu mereka." Gue tersenyum melihat Melody mengangguk.

Gue sama Melody menghampiri Devano dan Vania. "Gue bosen. Gue mau jalan-jalan sama Melody."

"Ya udah sana!"

Kok gue ngerasa diusir sama Devano ya? Bodo amat lah. Gue sama Melody juga nggak ngapa-ngapain di sini.

Gue sama Melody keluar dari butik. Kita udah jadi temen sekarang. Nggak masalah buat gue. Yang penting gue bisa deket sama dia.

Melody memang nggak ingat masa lalunya sama gue. Dan gue nggak mau memaksa dia untuk mengingatnya.

Gue nggak mau melihat Melody pusing--karena ingatan masa lalu kadang terlintas di kepalanya--atau membuat dia lebih parah lagi.

Gue menghentikan langkah membuat Melody juga menghentikan langkahnya. Dia menoleh dan bertanya, "kenapa Kak?"

Gue tersenyum. Menunjuk salah satu tempat bermain yang ada di dalam mall. "Main salju yuk!"

Kedua mata Melody berbinar. "Ayuk!"

Gue tertawa melihat dia melompat dan meninju udara saking senangnya. Entah sadar atau tidak, Melody menarik tangan gue untuk mengantri membeli tiket.

Kita dulu sering ke mall hanya untuk bermain salju. Dia emang suka bermain salju.

Setelah membeli tiket, gue sama Melody mengantri untuk mengganti sepatu yang kita pakai dengan sepatu boots.

Tidak lupa memakai jaket dan sarung tangan yang sebelumnya udah kita beli di sana sebelum masuk ke tempat bermain. Saking senangnya, Melody berlari meninggalkan gue dan meloncat-loncat di atas salju.

"Awas jatuh!"

Melody berhenti meloncat dan nyengir ke arah gue. Gue mengedarkan pandangan. Tempat ini tambah bagus setelah tiga tahun gue nggak ke sini.

Bugh!

"Aduh!"

Gue mengusap kepala bagian belakang. Ada yang melempar gue sesuatu.

Gue menoleh ke arah Melody yang nyengir lebar. Kedua tangannya menggenggam salju berbentuk bola.

Gue tersenyum. "Ohh, kamu ya yang lempar ke aku, hm?" Tak sadar, gue menggunakan aku-kamu.

Melody berlari ketika gue ingin menghampirinya. Gue berlari menyusulnya. Menghindar ketika dia melempar salju ke arah gue.

"Berhenti!"

"Nggak mau, wle!" Melody menjulurkan lidahnya mengejek.

Hap!

Gue berhasil menangkap Melody. Melingkarkan kedua tangan di perut Melody dan mengangkat tubuhnya. Membawanya berputar di bawah salju--buatan--yang turun.

"Kyaaa! Turunin Melody, Kak!"

Gue menurunkan Melody. Memejamkan mata ketika Melody melempar salju yang digenggamnya ke depan muka gue.

Melody berlari sebelum gue membalasnya. Gue tertawa kecil sambil membersihkan salju yang mengenai wajah.

Gue melihat Melody yang sedang asyik bermain salju. Kedua sudut bibir gue terus tertarik ke atas. Mata gue sampai berkaca-kaca. Gue seneng. Seneng banget.

Seneng bisa bersama Melody lagi. Dan gue berharap, bisa terus bersama Melody.

---

Gue menghampiri Melody yang masih asyik bermain salju sama anak kecil. "Mel?"

Melody menoleh, "ya?"

"Udah yuk. Bentar lagi waktu mainnya habis."

Melody mengangguk. Dia melambaikan tangannya pada anak-anak tadi. "Kakak duluan yaa!"

"Dahh kakak cantik!" sahut anak-anak itu. Gue tertawa kecil. Melody emang suka banget sama anak-anak.

Baru berjalan beberapa langkah, gue mencekal pergelangan tangan Melody. Dia berhenti berjalan dan membalikkan badan.

Melody yang sedang menempelkan kedua telapak tangannya ke pipi menatap gue bingung.

Gue menggosokkan kedua telapak tangan lalu menempelkan ke tangan Melody yang masih berada di pipi. Dia melebarkan matanya terkejut.

"Dingin kan?" Melody mengangguk. "Iyalah orang dari tadi main salju terus nggak mau istirahat dulu."

Melody memperlihatkan deretan giginya. "Hehe."

"Masih dingin nggak?"

"Masih."

"Ya udah, aku peluk gimana?"

"NGGAK!"

Melody menghempaskan tangan gue lalu berjalan cepat sambil menghentak-hentakkan kakinya. Gue tertawa. "Jangan cepet-cepet, Mel, jalannya. Nanti ja--"

Bruk!

"--tuh!" Baru mau bilang, ehh Melody udah jatuh duluan. Haha.

Gue tertawa melihat Melody yang sekarang tengkurap di atas salju. Dia menatap gue kesal. "Ishh malah diketawain!"

"Ya udah sini aku bantuin." Gue membungkuk membantunya berdiri.

Melody berdiri. Menatap gue sebentar sebelum berjongkok. Menenggelamkan wajahnya di lipatan kedua tangan. Lah, dia kenapa?

Gue berjongkok di depannya. Mengusap puncak kepalanya lalu bertanya, "kenapa, hm?"

Melody mendongakkan kepalanya. Wajahnya memerah seperti kepiting rebus. "Aku malu."

Ppfffttt

Gue menahan tawa. "Malu kenapa?"

"Jatuh diliatin banyak orang."

Gue mengusap puncak kepalanya. Tersenyum lalu berkata dengan lembut, "ada kok jatuh yang nggak malu kalau diliatin banyak orang."

Kedua mata bulatnya mengerjap. "Emang ada?"

Gue mengangguk. "Ada."

"Apa?"

"Jatuh hati."













🌼🌼🌼

Bisa ae tu sodara kembarnya Devano😂

Selamat membaca bab berikutnya
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

Devandra✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang