Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Gue berdiri di depan pintu rumah Vania. Semoga hari ini gue bisa ketemu Melody dan meminta penjelasan kepadanya.
Pintu rumah Vania terbuka. Seseorang menatap terkejut gue. "Tante Rizka."
Tangan kanan gue terulur mencegah pintu ditutup. "Tante, tolong jelasin ke Devandra. Devandra mohon..."
Tante Rizka menghela napas setelah itu berkata pelan hampir berbisik. "Temui Tante di kafe 'Rian' jam tiga sore. Nanti akan tante jelaskan."
---
Menyeruput segelas kopi dan menikmati pemandangan luar kafe tetep aja tidak membuat hati gue tenang. Berbagai pertanyaan yang sama masih terus ada di kepala gue.
Udah sepuluh menit menunggu, Tante Rizka belum datang. Gue berpikir positif kalau Tante Rizka kejebak macet.
Lima menit kemudian, kursi yang ada di depan gue ditarik seseorang. Gue mendongak melihat orang itu. "Maaf, kejebak macet."
Gue tersenyum ke arah tante Rizka sebelum mengangguk. Gue langsung bertanya, "kenapa Melody sama Tante selama ini menghilang? Dan kenapa Melody nggak ingat sama Devandra?"
Tante Rizka menghela napas sebelum menjawab, "Melody amnesia."
"Amnesia?"
Tante Rizka menganggukkan kepalanya. "Kita mengalami kecelakaan sebelum sampai bandara. Kecelakaan itu membuat Papa Melody kehilangan nyawa dan membuat Melody kehilangan ingatannya."
Gue menyandarkan punggung. Mengusap wajah kasar menggunakan kedua telapak tangan. "Tapi kenapa Tante nggak kabarin Devandra?"
Menunduk, tangan tante Rizka mengusap air matanya. "Maafin Tante Devandra. Melody bahkan nggak ingat sama tante. Dan setiap tante mencoba mengingatkan Melody tentang semuanya, kondisi Melody tambah parah. Tante membawanya ke Paris setelah seminggu dirawat di rumah sakit. Maafin tante, Devandra. Maaf."
---
Tok, tok, tok!
Pintu kamar gue terbuka. Menampakkan Devano yang nyengir lebar. Dia berjalan masuk. Menghempaskan tubuh di samping gue. Melipat kedua tangan untuk dijadikan bantal.
Devano menoleh setelah beberapa detik menatap langit-langit kamar. "Gimana?"
Gue masih menatap langit-langit kamar. "Dia amnesia."
"Terus?"
Memejamkan mata untuk mencegah Devano tahu kalau kedua mata gue berkaca-kaca sebelum berkata, "gue akan berusaha mengembalikan ingatannya."
"Gue sama Vania akan bantu."
"Thanks."
Gue membuka mata ketika mendengar suara ponsel berdering. Devano mengambil ponsel yang ada di dalam saku celananya.
Dia tersenyum lebar. Gue mendengus. Udah tau gue siapa yang nelpon.
Devano mengangkat teleponnya. "Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Devano menoleh ke arah gue. Menjauhkan ponselnya lalu matanya menyipit menatap gue. "Gue lagi telepon."
"Iya gue tau," dengus gue. "Ya kan salam emang wajib dijawab."
"Ohh iya," Devano terkekeh. Setelah itu mendekatkan ponselnya ke telinga. "Kenapa?"
Samar-samar gue mendengar suara Vania. "Strawberry, anggur, apel, melon, jeruk, duku, kelengkeng, manggis, mangga, durian udah kamu kasih makan? Mereka udah tidur?"
Mulut gue terbuka. Vania ngasih nama kelincinya nama buah-buahan semua?
Devano menahan tawanya. "Ohh, nelpon aku cuma mau nanya kabar mereka? Nggak tanya kabar aku, hm?"
"Hehe. Aku mau bilang kangen malu." Elu udah bilang kangen Vania!
"Ya udah, aku ke sana."
"Kemana?"
"Rumah kamu."
"Ehh, udah malem. Nggak usah."
"Ya udah deh, tabung dulu ya rindunya. Besok kita pecahin bareng-bareng."
Gue mendengus. Bangun dan menarik paksa Devano keluar dari kamar. "Ehh, kenapa lo tarik-tarik tangan gue?"
Gue mendorong punggung Devano. "Kalo pacaran jangan di dalem kamar gue. Panas kuping gue denger kalian!"
Merebut ponsel Devano dan berteriak, "kalo lo nggak ganti nama kelinci-kelinci lo, kelincinya gue bikin sate!"
"Pandra jahat!"
"Makanya buruan diganti!"
Nah kan, gue jadi emosi.
Ehh, tapi gue juga nggak tega kelincinya dijadiin sate.
🌼🌼🌼
Iya, dia Melody yang buat Devandra jatuh hati
Melody amnesia? Dia nggak inget Devandra dong? Huhu, Devandra kasihan:(Selamat membaca bab berikutnya
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊14-05-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Devandra✔
Teen FictionCOMPLETED Alfian Series 2 Sebelum baca cerita Devandra, baca cerita Devano dulu yaa --- Nama gue Devandra Alfian Putra. Siapakah gue? Baca dulu gih ceritanya Devano yang sebelum baca cerita gue. Lah gue malah promosi. Baca cerita gue kalo kalian in...