«16»

4.6K 436 58
                                    

🍃

Decitan roda yang bergesekan dengan lantai memecah keheningan, kemudian berhenti setelah beberapa saat. Keduanya sudah sampai di rumah setelah menghabiskan waktu beberapa hari di rumah sakit.

"Nah ini rumah kita, rumah kamu dan saya." Chan mensejajarkan tubuhnya dengan Seungmin yang kini duduk di kursi roda. Kakinya sudah sangat sulit untuk bergerak, sehingga mulai hari ini seluruh kegiatan Seungmin akan ditemani oleh kursi roda berwarna hitam itu.

Mata Seungmin melihat sekeliling, merasa asing dengan tempat yang disebut Chan sebagai rumah mereka. Dan pada akhirnya Seungmin memilih untuk tidak merespon.

Chan mengusap puncak kepala Seungmin, kejadian seperti ini sudah bukan barang baru baginya. Selama di rumah sakit, kondisi Seungmin tidak membaik, malah semakin memburuk. Kini Seungmin sudah tak se-responsif dulu, lebih banyak diam, melamun.

Tapi satu hal yang terus membuat dada Chan berdenyut nyeri, tatapan asing yang diberikan Seungmin padanya.

Seungmin sudah benar-benar tidak bisa mengenali Chan, bahkan tidak bisa mengenali dirinya sendiri.

Setiap pagi, tatapan ketakutan yang ditunjukkan Seungmin. Pria itu merasa terancam karena tak bisa mengenali lingkungan sekitarnya dan tak bisa mengenali Chan yang selalu menemaninya. Ia selalu merasa sedang bersama orang asing.

Tapi seburuk apapun keadaan Seungmin saat ini atau di masa depan nanti, Chan akan terus bersama Seungmin.

"Saya yakin suatu saat nanti semua ingatan kamu soal kita akan kembali. Kamu akan jadi Seungmin yang dulu, Kim Seungmin yang ceria dan kuat."

Chan kembali berdiri dan mulai mendorong kursi roda Seungmin menuju kamar, "Sekarang kita istirahat, ya?"

.
.
.
.
.

Chan baru saja selesai membereskan sisa makan malamnya bersama Seungmin tadi. Setelah sebelumnya mengantar Seungmin ke kamar dan menemaninya hingga ia tertidur.

Baru saja Chan akan beranjak ke kamar, suara bel menahan langkahnya, membuatnya harus berputar arah menuju pintu depan.

Satu tangannya membuka pintu, sementara pikirannya berusaha menebak siapa orang yang bertamu semalam ini.

"Chris."

Rahang Chan mengeras begitu melihat siapa sosok yang berdiri di depan pintu rumahnya. Tersenyum seolah tak memiliki dosa apa pun.

Belum sempat Chan buka suara, pria itu sudah berjalan melewati Chan dan masuk ke dalam rumah.

"What the hell are you doing here, Felix?" dengan cepat tangan Chan menahan lengan Felix agar tak berjalan lebih jauh lagi.

"Why? Any problem, Mr.Bang?"

Jawaban yang diberikan Felix benar-benar menyulut emosi Chan. Ia benar-benar tak habis pikir dengan sikap Felix saat ini.

"Jelas. You are the problem here. Menurut kamu apa yang kamu lakuin disini? Seenaknya datang dan masuk ke dalam rumah saya."

Felix tertawa menanggapi perkataan Chan, "Kenapa? Dulu aku selalu datang kesini tanpa harus ada izin dari kamu. Lagipula, aku rindu kamu, Chris."

"Itu dulu, Felix. Tolong berhenti bersikap seolah hubungan kita baik-baik aja, kita sudah selesai sejak lama"

"Selalu ada kesempatan kedua kan? Aku udah bilang aku menyesal, Chris. Ah– dan aku yakin saat ini kamu ngga bahagia."

100 Days To The End - ChanMin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang