Kunjungan Pertama*

56 9 2
                                    

Syifa pov.

Setelah sampai dirumah,

"Ayo Syifa.." ucap mas Sadam setelah membukakan pintu mobil disebelahku.

"Oh iya mas, makasih ya mas.." balasku.

Lalu, kami pun segera memasuki rumah. Karena Ayah dan Ibu pasti sudah sampai dari tadi.

Saat aku membuka pintu, tiba-tiba adik kesayanganku sudah ada didepanku saat ini.

"Kejutan!....." ucapnya seraya melebarkan tangannya untuk memelukku.

"Lohhh, Ifa.. kok kamu udah pulang dek?, bukannya libur sekolahnya masih 2 bulan lagi?, kok udah disini dek?," tanyaku bertubi-tubi.

"Ih mbak ini, emangnya gak seneng apa adeknya yang paling cantik ini pulang?" Jawabnya.

"Ya bukan gitu sayang, tapi kan liburnya masih lama.. terus gak bilang sama mbak dulu kalo mau pulang" jelasku.

"Ya Allah mbak ku yang paling cantik. Ya mana mungkin to mbak Ifa tega gak pulang, sedangkan mbak disini lagi kena musibah.. Ifa khawatir banget tauk mbak, setelah dikabarin kalo mbak kecelakaan. Tapi Alhamdulillah, sekarang Ifa udah bisa disamping mbak" ucapnya seraya memelukku.

"Uhh maaf ya fa, gara-gara mbak.. kamu jadi absen sekolahnya." Balasku.

"Huss mbak ini, gapapa kali mbak. Ifa kan juga kangen sama mbak, sama Bunda, sama Ayah.. jadi kebetulan deh bisa pulang hehe." ucapnya.

"Hemm kamu ini, oh iya.. Bunda sama Ayah mana?" Tanyaku

Karena sedari tadi aku belum menjumpai Ayah dan Bunda.

"Lagi sholat mbak, tadi kan baru nyampe jadi baru sempet sholat." Jawabnya.

"Loh, la terus kamu pulang nya dijemput siapa dek?" Tanyaku.

"Gampang itu mah mbak, sekarang kan taksi online banyak to mbak.." ucapnya.

Ya.. karena sekolah Hanifa terletak dipusat kota Solo, yaitu di Banjarsari. Sedangkan rumah kami berada di Pasar Kliwon, yang dikenal dengan daerah perkampungan warga keturunan Arab-Indonesia. Namun tidak dengan kami. Keluarga kami murni keturunan Jawa asli, tidak ada keturunan Arab atau lainnya. Akan tetapi, banyak yang mengira jika aku ada darah blasteran Korea. Karena aku memiliki kulit yang putih dan mata yang sedikit sipit. Tapi hal itu tak terlalu ku fikirkan, nyatanya memang Bunda juga memiliki kulit yang putih hehe..

"udah yuk mbak.. Ifa antar kekamar.." ajak adik ku.

"mas Sadam mau ikut kekamar juga?" Lanjutnya sambil tersenyum jahil kearah mas Sadam.

"Husst,.. kamu ini dek" ucapku.

"Ahaha.. enggak usah Nif. mas langsung mau ke kedai ini, ga enak sama atasan soalnya mas minjem mobil dia tadi" jawab mas Sadam.

"Oh gitu, yaudah deh mas.. kalau gitu mas ipar hati-hati ya.." ledek Hanifa sembari tertawa kecil.

"Husst Ifa ini," tegurku seraya menatap tajam kearahnya. Dan hanya dibalas dengan senyum jahilnya.

'Dasar adek ku satu ini'batinku.

"Hemm mas, makasih banyak ya... mas hati-hati ya dijalan" ucapku sebelum mas Sadam pergi.

"Iya fa, kamu cepet pulih ya.. mas pergi dulu ya.. Nifa, jagain mbak mu ya" ucap mas Sadam.

"Siap mas ipar, hehe" balas Hanifa.

"Yaudah, mas pergi dulu ya.. Assalaamu'alaikum." Pamit mas Sadam.

"Wa'alaikumussalaam mas," jawab kami serempak.

Aku Ingin Halal UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang