Janji(?)

26 4 0
                                    

Syifa pov.

Tak terasa hari ini aku sudah bisa berangkat ke sekolah lagi..

Alhamdulillah..

Setelah delapan hari kemarin, aku benar-benar merasa terkurung di rumah. Untung saja ada adik tercintaku yang setia menemani..
Walaupun sekarang dia sudah tidak disini lagi..

Ya.. Hanifa telah berangkat ke asramanya kemarin lusa, karena ia hanya izin satu minggu. Dan dia memilih untuk kembali ke asrama satu hari sebelum masuk sekolah.

Dan sekarang, aku kembali seperti diriku kemarin.. menjadi anak tunggal Ayah dan Bunda, hehe.

Hufffttt... akhirnya aku bisa sekolah lagi, tapi.. entah kenapa hatiku merasa gelisah,

Aku masih saja memikirkan tentang hal apa yang telah dilakukan pak Christof dengan geng Hanum.

Karena semenjak hari dimana Vedrika mengatakan hal itu, pak Christof tidak pernah menghubungi aku lagi..

Aku sampai heran, pak Christof bagai hilang ditelan bumi. Tidak pernah lagi mengirim pesan, melepon apalagi datang kerumah.

Ya.. seharusnya aku tidak perlu heran dan bingung. Seharusnya aku sadar bahwa sikap dan perhatian pak Christof kemarin hanya sebagai penebus rasa bersalahnya..

Mengapa hati wanita begitu rapuh ya Allah..

Mengapa hati wanita terlalu perasa?..

Hufftt.. bismillah..
Aku harus siap menghadapi apapun yang terjadi hari ini.

***

"Syifa?.." panggil Bunda yang seketika membuyarkan lamunanku.

"Eh iya Bun, ada apa?"

"Udah selesai belum?, ayo sarapan dulu.. nanti kesiangan lo nduk"

"Oh iya Bun, ini bentar lagi."

Setelah selesai, aku langsung menuju ke meja makan untuk sarapan bersama Ayah dan Bunda.

"Fa, hari ini Ayah anter aja ya.. kamu kan baru pulih nduk, nanti capek kalo harus naik sepeda" ucap Ayahku.

"Iya yah" jawabku.

"Yaudah cepet, nanti kesiangan" ujar Bunda.

"Iya Bun ini udah selesai kok, ayok yah.."

"Ayok.."

"Bunda.. Syifa berangkat dulu ya, Assalaamu'alaikum.." pamitku sembari mengecum punggung tangan Bundaku.

"Wa'alaikumussalaam" jawab Bunda.

***

Sesampainya di sekolah,

"Syifa sekolah dulu ya yah, Ayah hati-hati ya yah di jalan. Assalaamu'alaikum" ucapku sembari mengecup punggung tangan Ayahku.

"Wa'alaikumussalaam.. Iya nduk kamu juga di sekolah jangan banyak aktivitas diluar dulu ya.. jangan capek-capek ya nduk,"

"Iya yah,"

Lalu Ayahku pun pergi meninggalkanku yang masih setia menatap punggung Ayahku yang semakin lama semakin tak terlihat.

"Bismillah" ucapku sebelum melangkahkan kaki ke sekolah.

Saat diperjalanan menuju kelas, tidak ada yang berbeda. Masih sama sepeti dulu, tak ada yang peduli dengan kehadiranku.

Hingga tiba-tiba ada yang memanggil namaku, dan sepertinya aku kenal suara itu..

Aku Ingin Halal UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang