Dear readers,
Cerita ini beneran muncul tanpa saya rencanakan. Sekitar dua tahun lalu saya lagi naik bus dan pertanyaan what if tentang hidup saya muncul di benak. And boom! Ide besar cerita ini pun datang. Sejak itu, ide ini nggak pernah hilang dari otak saya meski udah selama itu. Mengingat kisah Nico dan Raja saja butuh 4 tahun sebelum dieksekusi, waktu dua tahun rasanya nggak ada apa-apanya, hahaha. But deep down, I know this story has to be written! Setelah menimbang-nimbang ide mana yang harus saya kerjain demi mengisi Wattpad yang setahun lebih absen dari cerita bersambung, saya mutusin buat menulis cerita ini.
Sebelum ngoceh lebih banyak, ada satu hal yang ingin saya bilang: HINGGA HATI LELAH MENUNGGU nggak akan memiliki happy ending.
Mohon kalimat di atas ditelaah dengan baik.
Saya bisa ngebayangin reaksi kalian setelah membacanya. Kemungkinan dari kalian yang bakal tetep lanjut pasti ada, tapi saya percaya banyak juga yang mundur teratur karena nggak mau baca cerita dengan ending yang nggak bahagia. Apa pun pilihan kalian, saya hargai itu. Lagipula saya juga sudah sering diprotes karena ending yang jarang banget 100% bahagia, hahahaha. Apa bedanya satu cerita lagi dengan akhir yang nggak bahagia, kan?
Rencana mengubah ending demi menyenangkan pembaca memang sudah saya tutup rapat-rapat. Berapa pun views atau votes akhir nanti, nggak akan ada yang bisa mengganti keputusan saya. Please respect that as well. Ending-nya nanti adalah ending yang memang udah tergambar begitu ide ini datang. So, persiapkan hati kalian jika memutuskan buat terus baca.
Lumayan sering saya dapat komentar bahwa cerita-cerita yang saya unggah itu berat, padahal saya ngerasa sebaliknya. Bisa dibilang hampir semua cerita saya receh dan jauh dari kata berat—setidaknya itu yang saya percaya. Namun dari obrolan dengan beberapa penulis Wattpad yang saya kenal dan juga satu teman lama, alasan tulisan saya dikategorikan berat mungkin karena cerita-cerita saya bukanlah jenis escapism—kecenderungan menjauh dari realitas yang tidak menyenangkan melalui sebuah fantasi—hingga kesannya berat secara emosional karena bersinggungan terlampau dekat dengan realita. Saya percaya fiksi—terutama romance—yang sebenarnya nggak melulu harus berujung pada akhir yang bahagia, bahwa mencintai bukanlah tentang tujuan akhir, tetapi proses mencintai itu sendiri.
Fiksi yang sesungguhnya haruslah mencerminkan sejumput kenyataan. Mungkin juga itu alasan utama follower saya sedikit dan cerita-cerita saya nggak begitu diminati, hahahaha. Terlepas dari jumlah follower atau popularitas cerita, saya tetap merasa penting untuk menulis cerita seperti itu. After all, I write what I want to read, not what everyone wants to read. And this is the kind of story that I love in a book. Masalah orang suka atau nggak, itu bukan lagi menjadi tujuan utama.
By the way, maaf melenceng jauh.
Saya yakin banyak yang bertanya alasan saya kasih tahu ending-nya di depan. Jawaban saya? Sederhana sekali: terlalu banyak kisah kasih tak sampai di dunia ini. Saya pernah mengalaminya, dan kalian pun saya yakin, pernah ada di posisi menginginkan, tetapi tidak teraih. Klise. Adakah kisah cinta yang tidak klise?
Unrequited love atau cinta bertepuk sebelah tangan adalah tema yang sangat sering diangkat menjadi sebuah karya fiksi. I believe, everyone has ever loved someone, but he/she didn't love us back. Cerita ini hanyalah setitik dari lautan kisah bertema serupa yang pernah kalian baca. Harapan saya, ada sesuatu yang berbeda yang mampu kalian temukan.
HINGGA HATI LELAH MENUNGGU akan dituturkan melalui POV pihak yang cintanya tidak terbalas. Saya lagi-lagi nggak akan pakai outline dan nggak punya tabungan chapter, tapi seluruh plot dan alur ceritanya udah ada di kepala. So, be patient, please. This one will take a while to get to the finish line. Oh ya, saya rencananya pengen pake banyak narasi daripada dialog. Kebalikan dengan ONE FINE DAY dan mirip dengan HEARTWORM, tapi nggak seekstrem itu, hahahaha. Kenapa saya pake lebih banyak narasi? Karena cerita ini pantes pake gaya menulis kayak gitu. Saya berharap semoga nggak ada yang meninggal kalau narasinya banyak atau membosankan, hahahaha. Oh ya, buat yang pakai Spotify, saya bikin playlist untuk cerita ini, judulnya sama dengan cerita. Mungkin bakal lebih afdol kalau baca sambil dengerin lagu-lagu yang saya kurasi sesuai dengan ceritanya.
Saya nggak akan nulis banyak di PRELUDE, jadi silakan langsung aja dinikmati cerita yang ending-nya sudah dipastikan tidak akan bahagia, hahahaha.
Masih dan terus saya tunggu komentar, kritik, serta vote-nya. Pesan saya masih sama, semoga kolom komentar di cerita-cerita saya tetep bebas dari drama nggak penting dan jauh dari hal-hal berbau SARA dan homofobik. Please be civilized human beings.
So, here it is, my wonderful readers, I proudly present you:
HINGGA HATI LELAH MENUNGGU
Shimbalaiê,
Abiyasha
P.S: Please take care, ya? Kita semua lagi diuji oleh semesta dengan pandemi yang berdampak pada banyak hal. Stay home kalau memang memungkinkan. Buat yang harus tetep kerja seperti saya, jangan lupa pake masker tiap ke luar rumah, cuci tangan, dan jaga kebersihan diri. This storm shall pass and the rainbow will appear at the end of this chaotic period of our lives. Semoga semuanya tetep sehat-sehat! Amin!
KAMU SEDANG MEMBACA
HINGGA HATI LELAH MENUNGGU
Fiksi UmumAnom. Dia datang dengan gamblang, merayapi hatiku, lantas memalangnya. Sejak itu, aku lupa rasanya mencintai pria selain dirinya. Anom menghidupkan perasaan yang telah lama kupercaya mati. Tidak berlebihan menyebutnya sebagai cinta terbesar dalam h...