Q. Remember me

1K 114 28
                                    

Sehun menjelaskan semua pada ibu So Eun. Tentang apa yang dia alami dan apa yang harus ia lakukan untuk sekarang. Tapi ibu So Eun hanya memandangi wajahnya dengan tatapan mata sendu itu. Tidak sekalipun ibu So Eun mencoba menanggapi, bahkan setelah semua hal begitu jelas diutarakan Sehun.

"Ahk, geurae?"

Ibu So Eun menarik tangan Sehun kemudian menepuk tangan itu beberapa kali.

"Kumohon, jaga So Eun." Sehun melihat kepedihan dimata ibu So Eun. Air mata menetes dari sana dan dengan segera diseka dengan cepat lewat jari-jari renta yang bergetar itu. "Jaga dirimu. Itu yang paling penting."

So Eun sudah berdiri didekat sana sejak tadi. Melihat keduanya dan mendengar keduanya dengan jelas. Ia tahu ia akan kehilangan Sehun lagi kali ini, dan ia tak ingin menangisi hal itu.

...

"Udah selesai?" So Eun yang mendengar suara pria itu segera menoleh. Ia yang sedari tadi menunggu Sehun dengan was-was disamping mobil pria itu kini bisa bernafas lega ketika pria itu melangkah kearahnya. Setelah apa yang ia dengar dari mulut pria itu, ia takut jika saja hari ini adalah hari dimana ia akan kehilangan Oh Sehun.

So Eun tersenyum, sebisa mungkin terlihat baik-baik saja. Ketika Sehun tiba dihadapannya, ia peluk pria itu kuat.

"Kenapa?" Sehun membalas pelukan itu namun bertanya-tanya tentang sikap tidak biasa wanitanya.

"Gak papa..." So Eun bergumam. "Udah makan? Makan yuk." So Eun melepas pelukan Sehun, disekanya pipinya cepat mencoba menghilangkan jejak air mata diwajahnya.

"Kenapa? Kok nangis?"

"Gapapa... cuma lagi bahagia kamu sekarang disini." Wajah So Eun ditangkup Sehun, diusap pria itu kedua pipinya lembut sementara So Eun menghabiskan waktu memandangi wajah Sehun.

"Aiguu..." Sehun kembali memeluk So Eun.

...

Sepanjang perjalanan, aku tidak bisa berhenti menggenggam tangan Sehun meski ia tengah fokus menyetir. Jujur saja, siapa yang bisa melepas orang yang mereka sayangi? Tidak ada. Tidak seorangpun bisa melepas dengan lapang dada. Kalau bisa memilih, aku ingin dia tetap disini, bersamaku seperti ini. Aku ingin dia, Oh Sehun, yang akan menggendong anakku kelak ketika ia hadir didunia ini. Tapi ketika aku sudah tahu, apa yang akan terjadi setelah ini. Rasanya semua impian masa depanku memudar. Imajinasiku tentang bagaimana pria itu menungguku diujung altar, perlahan menghilang. Aku marah, ingin kupukul pria itu kuat sebelum memilih untuk tidak ingin bertemu dia lagi. Tapi tidak, aku tak ingin waktu yang tersisa aku habiskan untuk menjauh darinya. Akan kuhabiskan setiap hari tanpa penyesalan, jika saja ini hari terakhir aku melihatnya.

"Menurutmu apa yang terjadi ketika salah satu dari mereka pergi?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja ketika kulihat sepasang suami istri yang sudah tua renta, saling berpegang tangan melintasi zebracross.

"Mereka?" Sehun menoleh kearahku sejenak sebelum kembali melihat insan Tuhan itu. "Jika salah satunya pergi, tentu saja yang lainnya kesepian."

Aku menoleh, menangkap manik mata Sehun yang menoleh pula kearahku. Ia tersenyum simpul dan kubalas pula dengan senyum tipis.

"Itu yang akan terjadi padaku, jika kau pergi tanpaku." Dengan jelas, kulihat raut wajah tersenyum itu kian berbeda. Ia tersenyum tapi tatapannya bergetar, ketakutan, kesedihan, dan rasa bersalah bercampur sempurna lewat tatapannya.

"Aniya. Kau akan baik-baik saja tanpaku." Sehun melepas genggamannya dari tanganku kemudian menggenggam stiur mobil tanpa pernah menoleh lagi padaku.

Other Side of Mr.OhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang