So Eun melangkah masuk kelobi utama perusahaan dengan mata penuh sembab memandang lantai ruangan sang atasan. ----Apakah dia baik-baik saja?---- adalah satu hal yang amat ingin ia ketahui sekarang.
Seseorang yang berjalan kearah So Eun segera menunduk ketika mengetahui kehadiran presdir yang melangkah mendekat. So Eun seketika membalik tubuhnya, tercengang dalam bungkam. Menyaksikan pria yang seutuhnya ia sadari tidak baik-baik saja.
Rentan waktu seakan mengabulkan permintaan So Eun. Langkah pria itu melambat, dapat dengan teliti ia melihat tiap raut wajah Sehun dengan amat teliti. Tidak akan berkedip ia, hanya untuk mencari-cari tanda bahwa pria itu pasti sedang bersandiwara.
.
.
."Nona Kim?"
"Ya?" So Eun berdiri dari duduknya. Sedikit tersentak panggilan tiba-tiba itu.
"Anda diminta datang keruangan presdir Oh."
Langkah So Eun terhenti tepat didepan pintu ruangan Oh Sehun. Ditariknya nafasnya dalam sebelum akhirnya mendorong pintu itu untuk masuk.
"Anda mencari saya presdir?"
Sehun yang kala itu tengah fokus pada laptopnya segera berdiri kemudian meraih berkas diatas meja untuk ia buka tiap lembarannya secara teliti.
"Ahk, iya. Nona Kim." Sehun melangkah mendekat, masih terlihat amat sibuk pandangannya akan berkas dikedua tangannya.
"Saya telah mengurus kepindahan anda kecabang perusahaan di Jepang.""Presdir?"
Sehun mendongah, kali ini tatapannya terfokus pada wanita yang tak jauh didepannya. "Kenapa? Ada kendala?"
"Ck" So Eun tersenyum sembari berdecak. "Begini caramu menghindariku? Tindakan profesional apa yang kau tunjukkan sekarang ini?"
"Maaf?"
"Aku tau kita tidak punya hubungan apa-apa lagi. Tapi bukan berarti kau bisa memindah tugaskanku hanya untuk menghindariku."
"Nyonya Kim, saya bicara sebagai presdir anda." Sehun meletakkan dokumen ditangannya keatas meja didepan sofa kemudian menatap So Eun dengan tatapan pekat. "Tidak ada sangkut pautnya hal ini dengan masalah pribadi." So Eun tertegun, betapa merasa teriris dia dengan ucapan pria itu. "Kepindahanmu, sebagian dari tugasku. Aku diperintah untuk hal ini, dan sebagai atasanmu, aku berhak memutuskan kemana dan sampai kapan." Sehun menghembuskan nafas pelan. "Ini untuk kebaikanmu sendiri."
"Sehun-a? Bagimana keadaanmu?"
Sehun tersenyum lepas menampakkan jejeran giginya. "Pertanyaan apa yang coba kau katakan pada atasanmu? Keluarlah, sekertaris Jung akan memberitahukan kapan kau akan berangkat."
"Saya permisi, pak."
So Eun keluar ruangan menyeka segera air mata yang bergulir cepat dipipinya. Udara disekitarnya seakan menjauh, menyiksanya dengan perasaan sesak yang tak ingin ia rasakan.
Pintu lift terbuka, untungnya hanya Kiyong yang berada didepan pintu lift saat itu. Segera ditarik Kiyong tangan So Eun setelah diliriknya sisi kanan dan kirinya. Dibawanya So Eun ketangga darurat untuk membiarkan wanita itu menangis dengan leluasa disana.
Kiyong tidak perlu bertanya, ia sudah tau apa yang terjadi. Ia paham betul apa yang menimpa So Eun, tapi tidak dengan sisi hatinya yang lain, ia tetap tidak dapat melepas wanita itu ketangan siapapun.
"Kiyong-a..." suara sendu itu menyambangi telinga Kiyong yang hanya dapat termenung memperhatikan rapuhnya wanita didepannya. Dengan langkah kecil dan uluran tangan yang lembut, Kiyong mengundang So Eun untuk masuk dalam peluknya. Membiarkan wanita itu tahu bahwa dia punya seseorang yang peduli padanya.
Sehun yang berhasil menarik pintu darurat sebelum tertutup rapat itu hanya dapat terdiam. Apa yang ia lihat tentu menyiksa dirinya, tapi egonya masih bertahan. Mempertahankan sebuah statement yang keduanya pilih untuk dilalui sendiri-sendiri.
...
Sehun berdiri menghadap meja kerja So Eun. Kala itu suasana kantor amat sunyi, remang dan tenang. Dilihatnya kursi meja itu yang kian membuatnya membayangkan So Eun duduk disana sepanjang hari. Sibuk dengan segala tugas dan sibuk membalas pesan darinya. Senyum tipis itu kemudian menggulum bibir Sehun, kemudian dengan langkah lesu ia duduk diatas meja itu sembari menghisap cerutunya.
"Sial." Ucap Sehun kala alarm kantor berbunyi. Yap, asap cerutunya itu memicu alarm kebakaran dan sistem pemadaman air yang kini kian membasahi ruangan.
Sehun segera bangkit, kemudian melempar puntung rokonya kesembarang arah. Kemejanya kian basah kuyup tidak karuan, sementara diluar sana suara sirene pemadam sudah terdengar mendekat.
Sehun keluar dengan basah kuyup bersama beberapa kariawan lain yang sepertinya masih berada dikantor. Ia sempat terdiam kaku kala melihat So Eun berada disisi Kiyong. Rambut basah wanita itu yang menutupi sebagian wajahnya diseka Kiyong dengan amat lembutnya.
"Seonim!" Teriak sekertaris Sehun yang juga koleganya, Krystal Jung.
Sehun melangkah mendekat dan segera memasuki mobil tanpa memakan waktu berlama-lama harus melirik So Eun.
"Tuan Oh, kita akan mulai misinya besok."
"Hm." Sehun menatap keluar jendela cukup lama. "Pastikan ia telah meninggalkan Seoul tepat waktu."
...
Hari ini, Sehun bergegas kepelabuhan menghentikan barang-barang mewah ilegal yang masuk ke Seoul lewat petingi-petinggi perusahaan milik Kiyong.
So Eun hari ini melulai perjalanannya ke Jepang,untuk segera meninggalkan Seoul.
Sementara Kiyong untuk pertama kalinya akan menunjukkan jati dirinya didepan semua kariawan tentang siapa dia sebenarnya.
Dari Jauh Sehun melihat penangkapan awak kapal serta kapten kapal. Sementara pihak berwajib bertugas, Sehun akhirnya menyelesaikan misinya.
Untuk petinggi perusahaan yang ikut berkontribusi, Kiyong mengambil alih disana.
"Apakah dia sudah berangkat?" Sehun bergumam kecil sembari memantau jadwal penerbangan ke Jepang lewat ponselnya.
"Apa hyung?" Ucap Bobby kala menyadari Sehun seakan bergumam.
"Ani, kita kebandara."
...
"Good afternoon passengers. This is your captain, Sehun Oh speaking..."
Mataku seketika terbelalak. Oh Sehun? Sungguh? Oh Sehun yang ku kenal?
"First I'd like to welcome everyone on Rightwing Flight 82A. We are currently cruising at an altitude of 33,000 feet at an airspeed of 400 miles per hour. The time is 8:25 am. The weather looks good and with the tailwind on our side we are expecting to land in Japan approximately fifteen minutes ahead of schedule. The weather in Japan is clear and sunny, with a high of 26 degrees for this afternoon. If the weather cooperates we should get a great view of the city as we descend. The cabin crew will be coming around in about twenty minutes time to offer you a light snack and beverage, and the inflight movie will begin shortly after that. I'll talk to you again before we reach our destination. Until then, sit back, relax and enjoy the rest of the flight..."
Aku sejenak terdiam, ingin rasanya berlari menuju ruang kendali. Tapi...
"...I have promise to take care of you with all my life... and it's the best thing i can do"
Air mataku menetes, ucapan terakhirnya ia tujukan bukan untuk semua orang dalam pesawat ini. Kalimat terakhirnya itu, untukku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Other Side of Mr.Oh
FanfictionWhen Intel falls in love? Kim So Eun (26), tidak dapat berkutik ketika ia tahu bahwa gelar CEO diperusahaan tempat ia bekerja disematkan pada calon suaminya Oh Sehun (28), yang kemarin masih ia yakini berprofesi sebagai seorang pilot disalah satu...