Chapter 8

154 49 91
                                    

Kritik dan saran selalu diterima
Happy Reading...

Akan selalu ada jalan keluar untuk setiap permasalahan, Pasti. Karena Tuhan telah mengaturnya seperti itu. Dan jalan keluar yang diberikan pada Reno, adalah tinggal di rumah keluarga Wiradinata adalah satu hal yang tidak pernah Reno duga, bermula dari peristiwa balapan di sirkuit, tawuran, hingga masuk rumah sakit dan sekarang berakhir di rumah cowok itu.

Paginya, Reno berjalan menuju dapur karena ia merasa haus dengan muka datar tanpa ekspresinya.

"Loh Reno udah bangun nak?" Reno yang duduk di kursi meja makan segera menengok dan mendapati Vanda tengah berjalan kearahnya. Cowok itu bergumam, "Iya Ta- eh M-a." Jawab Juno sambil berdiri. Vanda yang mendengar itu sedikit terkekeh.

"Duduk aja Nak," jeda."Bedah banget ya sama Juno, liat aja sekarang dia masih ngebong." Vanda tertawa

"Ren, Mama sama Bi Mince mau buat sarapan dulu, Mama minta tolong sama kamu bangunin Juno, kamarnya di lantai atas pojok kanan."
Sedetik kemudian Reno tertegun, lalu akhirnya menjawab. "I-iya M-ma,"

Sesampainya di kamar Juno, cowok itu hanya mondar-mandir dikamar bernuansa hitam itu. Gelisah? Tentu, pasalnya ia bingung bagaimana cara membangunkan seorang Juno yang baginya ngeselin, berbagai macam bayangan terlintas di pikiran Reno. Seperti Juno menendang, meninju, dan bahkan memeluknya. Reno bergidik ngeri.

Sekilas Reno mengalihkan matanya pada jam digital di kamar Juno. 6:40. Kembali Reno berjalan mondar-mandir, berusaha keras menepi segala hal pikiran negatifnya dan kemudian menyerah. Dihampirinya Juno yang masih tertidur pulas, lalu mengguncang tubuh Juno kuat.

"Bangun! No, Bangun!" serunya.
Juno bangun memicingkan matanya dan langsung meninju pipi sang pembangun, guncangan tangan Reno membuatnya refleks.

Bugh!

"Aww," ringis Reno yang terduduk dilantai sambil memegang sudut bibirnya yang sedikit berdarah. 'sial' umpatnya.

"Es, ada apa? Lo nggak papa?" tanya Juno dengan suara khas bangun tidur tanpa merasa bersalah.

'Dia bilang apa? 'Lo nggak papa? Jelas-jelas dia ninju gue, kampret." Batinnya .

"Sekolah, cepetan mandi!" kata Reno sedikit kesal.

Melihat Juno yang kembali tertidur sambil menyibak selimutnya, Reno buru-buru menariknya hingga terjadilah tarik-tarik selimut ala Juno dan Reno. "Bangun! Woi!"

"Ren! No!"

Vanda memasuki kamar sang putra. Namun fokus Vanda teralih pada sudut bibir Reno yang berdarah.

"Loh, loh Ren, itu sudut bibir kamu kenapa berdarah" ucap Vanda sedikit panik, lalu beralih melihat sang putra yang masih tertidur.

"Ini ga pa-"

"Pasti karena Juno ya? Anak ini benar-benar." Potong Vanda, lalu mengambil segelas air yang berada di nakas kamar Juno.

Byurr!

"HUWA BOCOR DEH GUE," Juno bangun dengan teriak dan melompat dari tempat tidurnya, melihat Mama yang tengah berkacak pinggang dan Reno dengan muka datarnya yang sebenarnya menahan tawa dalam hati.

"Eh Mama, Es, apa kabar? Masi pagi lo." Seru Juno terkekeh melihat wajah keduanya yang ia yakini tengah berusaha membangunkannya.

"Pagi banget loh No, liat jam gih!" Suruh Vanda, Juno menurut. "AGGRH, MAMA KENAPA BARU BANGUNIN AKU?" Teriak Juno terbirit-birit masuk kamar mandi. Membuat sang Mama menggelengkan kepala.

THE LAST [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang