✏️✏️✏️Terik si bola api masih mendudukkan dirinya di atas kepala manusia yang berlalu lalang di keramaian itu. Seorang pria bertopi hitam yang tengah duduk di pinggiran jalan raya nampaknya tidak sedikitpun terganggu walau panas cuaca yang panas membakar kulit putih mulusnya. Pria itu malah asik berkutat dengan sebuah handphone di tangannya.
Di samping kanannya berdiri sebuah koper hitam besar. Jika dilihat dari arah kanan, orang tak akan tahu jika di balik koper itu terdapat seorang pria berbaju putih polos dibalut jaket hitam. Bahkan cuaca yang panas dan terik yang melanda tidak membuat pria itu melepas jaket di tubuhnya dan entah apa saja yang mengisi perut besar koper itu.
Pria itu melirik jam yang berlingar di pergelangan tangan kirinya, sudah 15 menit ia menunggu. Bosan sudah melanda dirinya yang memang tidak suka menunggu.
Di tatapnya sekeliling. Ia baru tersadar jika banyak pasang mata yang menatap padanya dengan berbeda ekspresi. Entah sejak kapan ia menjadi pusat perhatian. Ah tidak, pria itu sudah terbiasa di perhatikan. Meskipun risih, namun ia tak bisa menyangkal bahwa pesonanya mampu mengalihkan tatapan orang lain padanya.
Ponsel ditangannya berbunyi bertanda sebuah panggilan masuk. Segera ia alihkan perhatiannya. Setelah melihat siapa pemanggil, ia menempelkan benda canggih itu ke telinga kanannya.
"Halo?" Katanya
"...."
"Iya"
"..."
"Pake jaket hitam, topi hitam, koper hitam, celana hitam, sepatu hitam"
"..."
"Hehehe, masa ganteng-ganteng gini di bilang malaikat pencabut nyawa sih"
"..."
"Iya"
Telepon di putuskan dari seberang sana. Disimpannya benda itu ke saku jaket. Sepasang matanya kembali memandang sekeliling. Tak sengaja matanya menangkap seorang gadis yang tengah menatap heran ke arahnya sedang mengendarai sepeda motor putih. Pria itu mengedipkan sebelah matanya pada si gadis di tambah senyum menggoda miliknya. Bukannya tersipu malu atau bertingkah aneh seperti gadis-gadis yang biasa ia goda, si gadis berhelm putih itu malah menatap pria itu tanpa ekspresi kemudian menambah kecepatan laju sepeda motor putih yang ia tunggangi.
Tumben gak mempan. Biasanya juga udah klepek-klepek kalo gue gituin ucapnya dalam hati.
TIN!
Pria itu tersentak kaget saat melihat sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di sampingnya. Tersadar dari lamunan pria itu lantas berdiri. Seorang pria beruban keluar dari pintu kemudi mobil.
"Cucu kakek! Alamak, sudah besar rupanya kau, bah bah bah. Aduh ganteng kakek tersaingi sekarang". Pria berumur itu terlihat senang dari balik senyum di pipinya yang mengendur dan pancaran matanya yang berbinar melihat pria yang di sebut cucu itu.
"Kakek mah udah kalah ganteng kali" canda pria itu.
"Ayok masuk, nenekmu sudah tak sabar menunggumu" pria yang dipanggil kakek itu lantas menarik koper si cucu, lalu keduanya masuk untuk segera melakukan perjalanan.
Selama satu jam kedua pria berbeda usia itu menyusuri perjalanan. Hingga mobil hitam itu memasuki halaman luas yang sejuk ulah pepohonan di sekeliling sebuah rumah mewah bercat putih. Pria muda turun pertama, sedangkan pria tua masih akan memarkirkan mobil di garasi.
Setelah selesai dengan tugasnya, pria tua membawa masuk cucunya kedalam rumah besar itu.
"Selamat datang di rumah baru" ucap si kakek seraya merentangkan kedua tangannya tak lupa senyum mengembang di wajahnya. Sedangkan cucunya itu hanya terkekeh melihat aksi kakeknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bundar
Teen FictionGilbert, seorang remaja yang sering berbuat onar di sekolahnya. Karena tingkah lakunya yang sering membuat ibu dan ayah nya pusing tak terhingga keliling membuat ia di pindahkan ke rumah kakek dan neneknya di sebuah kota yang jauh dari kota kelahira...