✏️✏️✏️Langkah lebar sepasang kaki jenjang berbalut celana abu-abu khas anak sekolah menengah atas pada umumnya menggema di lorong sepi sekolah.
Keadaan sekolah pagi itu masih sepi. Lorong-lorong hanya di isi beberapa orang yang berlalu lalang sesuai tujuan masing-masing. Sepertinya kepindahan Gilbert memberikan efek yang sedikit baik bagi kelakuan anak tersebut.
Sejarah mencatat bahwa selama tujuh belas tahun Gilbert merangkak di bumi, baru kali ini dia datang cepat bahkan keadaan alam belum sepenuhnya terbangun dari tidurnya. Bahkan ruangan kelas yang biasanya di datangi pertama sekali oleh si ketua kelas masih lenggang. Beberapa nyamuk bahkan belum sempat mencari persembunyiannya untuk hinggap hingga malam tiba.
Diletakkannya ransel sekolah yang jauh dari kata berat itu di atas meja. Sembari duduk, ia menyetel lagu dari ponsel dan di dengar melalui sepasang earphone.
Karena membaca tidak termasuk dalam daftar kegiatan kesukaan Gilbert, juga dengan memanfaatkan waktu menunggu untuk membuka buku pelajaran, alhasil ponsel itu kembali menjadi pelampiasan mencegah kebosanan yang melanda.
Ditatapnya lamat-lamat vidio yang ia tonton lewat you tube. Melewatkan pemandangan kelas berangsur-angsur terpenuhi.
Dua puluh menit lewat sekian detik sudah berlalu tanpa niat merubah posisi bersandar di sandaran kursi dengan kaki kanan ditekuk di atas kursi sedang ponsel itu berada di atas lutut di dalam genggaman tangan kanan.
Tak sadar jika ketiga makhluk yang belakangan ini bersamanya sudah berada di depannya. Mereka baru saja berhasil menciptakan keterkejutan Gilbert melalui hentakan tangan di atas meja. Membuat beberapa orang di tempat yang sama ikut terkejut.
"Hayo, kau lagi nonton apa hayo" Niko mengacungkan jari telunjuk tepat di hadapan wajah Gilbert, sementara tubuhnya sedikit di bungkukkan.
"Sssst, doi lagi nonton ena ena, jangan di ganggu" balas Ari dengan bisikan.
"Ganggu aja lo trio badak" umpat Gilbert sedikit kesal.
Ketawa ketiganya meledak bersamaan. Entah perkataan Gilbert yang lucu atau selera humor ketiganya yang jongkok Gilbert tidak tahu, yang jelas dia sudah heran. Receh sekali, pikirnya.
"Yang buka sekolah kau ya Bet? Cepat banget nyampenya" giliran Simon bersuara.
"Malas gue di rumah" jawab Gilbert seadanya.
"Kantin yok guys. Laper, belum sarapan" wajah Ari nampak memelas.
"Alah kau kan emang gitu, kalo ngak ke kantin pagi-pagi pasti tidur" sahut Niko tepat sasaran.
Seketika Ari sudah menyeret ketiga manusia itu menuju tempat yang di inginkannya.
Sepanjang perjalanan, pandangan Gilbert tak pernah luput dari siswi-siswi yang di lewatinya. Mata elangnya meneliti setiap pelajar hawa itu. Sementara Niko dengan keahlian menjahilinya sudah mendapat beberapa korban, semuanya sama, meneriaki nama Niko dengan penuh emosi karena menjadi sasaran kejahilan Niko.
Ada yang di colek pinggangnya lah, tas nya di tarik ke belakang lah, hinggga hampir terjungkir ke belakang. Ada yang di tarik rambutnya lah, di jewer telinganya lah, di goda lah. Semuanya berakhir dengan amukan. Sementara si pelaku sudah terlebih dahulu terbirit-birit ke kantin.
"Awas keluar matanya bang. Lagi ngabsen yang paling besar yah?" Sindir Ari pada Gilbert.
"Iya nih, pada tepos semua" Gilbert membalas candaan itu.
"Kalian berdua lagi ngomongin apa sih? Ngabsen, besar, tepos, maksudnya apa?" Simon bertanya penasaran. Sesekali melirik siswi yang baru saja di lirik oleh Gilbert dan Ari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bundar
Novela JuvenilGilbert, seorang remaja yang sering berbuat onar di sekolahnya. Karena tingkah lakunya yang sering membuat ibu dan ayah nya pusing tak terhingga keliling membuat ia di pindahkan ke rumah kakek dan neneknya di sebuah kota yang jauh dari kota kelahira...