✏️✏️✏️Gilbert menyandarkan punggungnya pada tiang besi bertuliskan kata 'parkiran' diatasnya. Laki-laki itu merogoh saku celana abu-abunya mengeluarkan handphone bersampul biru navy dari dalam. Tentunya setelah insiden pertukaran handphone dengan Vaneshya beberapa minggu lalu. Tangannya nampak sibuk memilih lagu apa yang akan ia dengar lewat sebuah earphone yang sudah terpasang di telinganya.
Setelah sebuah lagu berkumandang memenuhi pendengarannya ia menegakkan kepala menyapu pandang pada segelintir orang yang tengah berlalu lalang di gerbang sekolah, juga beberapa yang melaluinya mengingat posisinya yang masih berada di parkiran.
Mungkin beberapa orang yang memiliki urusan di tempat itu sudah biasa melihat Gilbert beberapa hari ini berada di parkiran saat sebelum masuk sekolah, juga posisinya yang selalu bersandar pada tiang besi itu juga tak luput dari ingatan beberapa manusia itu.
Hal itu tentu saja menimbulkan sebuah efek yang tak biasa pada segelintir orang yang berurusan dengan parkiran, khususnya kaum hawa. Gilbert yang memang pada hakikatnya adalah makhluk sejenis playboy cap nangka berbulu domba tak urung membuat beberapa siswi tersenyum malu-malu dengan wajah semerah buah naga.
Berbagai macam hal ia lakukan, seperti mengedipkan sebelah mata, memasang senyum semanis tebu, melambaikan tangan kanan dan lain-lain. Siswi yang mendapat perlakuan demikian tak urung mengeluarkan senyum malu-malu hingga teriakan tertahan.
Sedangkan untuk sebangsa Gilbert, ia akan menyapa dengan akrab seolah sudah mengenal.
Dilihatnya siluet seorang gadis yang masih menunggangi sepeda motor berjalan ke arahnya. Ia sudah mulai hapal siapa gadis yang menyukai kartun hello kitty itu, begitu tebak Gilbert saat pertama melihat motor dengan dipenuhi stiker hello kitty juga helm bergambar hello kitty, hingga gantungan kunci dan tas bergambar hello kitty.
"Nunggu bebeb aku ya?" Ucap gadis itu setelah selesai memarkirkan sepeda motornya.
"Sorry lo siapa ya? Kita kenal?" Balas Gilber dengan ekspresi seolah bingung. Earphonenya sudah ia lepas beberapa menit lalu.
"Kenalin, Maggie Lindemann" kata gadis itu tak lupa senyum lebar hingga mata cipitnya seolah tertutup sempurna seraya mengulurkan tangan.
"Kenalin Justin Bieber" Balas Gilbert menerima uluran tangan gadis itu.
"Dasar playboy!" Gadis itu menepis tangan Gilbert seraya tertawa.
"Tumben bebeb aku belum datang" ucap gadis itu setelah tawanya reda.
"Itu udah, baru dateng" Gilbert menunjuk seseorang yang baru saja memasuki gerbang dengan sepeda motor putih beserta helm putihnya. Gadis yang berada di samping Gilbert pun lantas memasang senyum sumringah melihat sahabat nya telah tiba.
"Bebeb akuuu, uh Gita rindu bangeeet!" Serunya dengan riang sambil merentangkan kedua tangannya berharap di peluk.
"Zizik, hueek" Ejek Gilbert seolah ia sedang memuntahkan sesuatu.
"Sirik aja, sana pergi" Ucap Gita dengan garang. Sedang yang ditunggu kedatangannya nampak menghela nafas. Mencoba bersabar menghadapi dua manusia yang tak biasa, juga tak luar biasa.
"Ih Neshya kok rambutnya di kucir sih? Kan jadi gak sama dong, sini sini" Gita dengan hebohnya menarik tangan Vaneshya mendekat ke arah tempatnya dan Gilbert berada.
"Ck, gerah" Walaupun Vaneshya tak nyaman, namun ia tak kuasa menolak perlakuan Gita.
Dengan cepat Gita melepas kunciran rambut Vaneshya. Kemudian menyisir serta menata rambut panjang itu dengan telaten menggunakan jari tangan. Serta tak lupa merapikan letak poni Vaneshya. Vaneshya tetap bergeming dengan wajah yang terlihat pasrah. Sedangkan Gilbert hanya memandangi dua manusia itu, lebih tepatnya pada Vaneshya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bundar
Teen FictionGilbert, seorang remaja yang sering berbuat onar di sekolahnya. Karena tingkah lakunya yang sering membuat ibu dan ayah nya pusing tak terhingga keliling membuat ia di pindahkan ke rumah kakek dan neneknya di sebuah kota yang jauh dari kota kelahira...