✏️✏️✏️Semilir angin yang bebas hilir mudik dari jendela mengibaskan gorden berwarna putih serta surai hitam nan panjang gadis itu, Vaneshya. Matanya menerjang angkasa yang bebas terakses lewat jendela besar di kamar nya.
Di dudukkannya tubuhnya di bibir bawah jendela, merasakan semilir angin menerpa kulit hingga menembus kaus hitam kebesarannya. Sesekali di pandanginya layar ponsel yang menyala tanpa berniat melakukan sesuatu pada benda itu. Hanya menatap sebuah gambar pada benda di genggaman tangan kanannya yang tak bernyawa.
Tok Tok Tok Tok
Pintu kayu berbunyi seiring dengan ketukan seseorang dari seberang. Segera Vaneshya melompat dari jendela menuju pintu, menghindari seseorang berniat memasuki kamar itu. Kenop ia gerakkan kemudian pintu ia tarik searah pada darinya. Namun pintu itu hanya ia buka selebar badannya seolah menjaga agar seseorang di balik pintu itu tak berkelana liar memandang isi kamar.
"Kenapa Kek?" Tanyanya pada seorang di hadapannya.
"Kamu lagi belajar yah?" Bukannya menjawab malah pria beruban itu balik mengajukan pertanyaan.
"Ehm iya Kek." Vaneshya terpaksa berbohong. Ia sangat menghindari kemarahan pria tua itu untuk tidak mengetahui apa yang sejak beberapa jam terakhir ia lakukan.
"Yaudah maaf Kakek mengganggu. Ini Kakek cuma mau memberi buku ini. Bulan depan Kakek memeriksa kalau kamu sudah benar menyelesaikannya. Lanjut belajar ya." Tanpa menunggu lawan bicara membalas ucapannya pria berumur itu berbalik, melangkah menjauhi Vaneshya. Namun sempat meninggalkan seulas senyum sebelum beranjak.
Vaneshya lantas menutup pintu itu kembali. Di tatapnya buku yang berada di tangannya. Ia menghembuskan nafasnya yang sejak tadi terasa menghambat pernapasan ketika sudah membaca judul buku setebal Kamus Besar Bahasa Indonesia itu.
Di bukanya lembaran buku itu secara acak. Kepalanya seketika serasa di hantam balok kayu yang baru saja di tebang. Sakit. Sesakit melihat gebetan jadian sama orang lain. Kok?.
Ia meletakkan buku tebal setebal lapisan keju di balut wafer pada kemasan makanan ringan yang isinya balik haluan dari kemasan. Ia lantas terduduk lemas di bangku belajarnya seraya memandangi buku itu penuh umpatan.
Namun Vaneshya mengesampingkan rasa kesal dan malas yang sudah mencapai ubun-ubun. Di hembuskannya nafas yang seakan tersumbat malu-malu untuk keluar dari paru-paru sebelum menarik sebuah buku catatan kecil dan sebiji pensil. Konsentrasi dimulai.
Bola matanya berjalan-jalan beriringan dengan barisan-barisan kalimat yang tertera. Bibirnya terkadang berkomat-kamit seolah membaca sebuah mantra. Sesekali tangannya menulis sesuatu di atas kertas catatan kecil di samping buku tebal. Tak luput juga buku itu ia beri tanda kecil-kecil pada beberapa kalimat yang ia anggap penting. Kepalanya sesekali mengangguk-angguk. Tak jarang dahinya berkerut dan lidahnya berdecak.
Bahkan tanpa sadar ujung pensil ia gigit, meninggalkan bekas gigi yang terlihat kecil-kecil.Aktivitasnya terhenti sejenak setelah suara ketukan pintu kembali berbunyi. Tanpa menunggu si pemilik kamar memberi ijin atau membuka pintu orang tersebut sudah berjalan masuk.
"Neshya aku bosan deh." Rengek seorang gadis yang sudah berbaring asal di atas kasur.
"Mmm" Vaneshya yang sudah kembali pada aktivitas tidak menghiraukan seseorang yang selalu melanggar batas privasi miliknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bundar
Teen FictionGilbert, seorang remaja yang sering berbuat onar di sekolahnya. Karena tingkah lakunya yang sering membuat ibu dan ayah nya pusing tak terhingga keliling membuat ia di pindahkan ke rumah kakek dan neneknya di sebuah kota yang jauh dari kota kelahira...