Empat

6.1K 837 21
                                    

"Ini untukmu."

Ken menyerahkan secangking cokelat panas kepadaku. Aku menerimanya sembari menggumamkan terima kasih. Rasa hangat segera menyebar di telapak tanganku, begitu nyaman.

"Nggak diminum?" tanya Ken setelah menyesap cokelat panas miliknya. Aku tidak menjawab, memilih menyesap cokelat panas pemberiannya sedikit demi sedikit.

Pikiranku masih penuh dengan semua yang terjadi hari ini. Sampai semalam, semua yang aku rencanakan berhasil mengubah alur dalam novel. Aku sudah melakukan yang terbaik, termasuk membatalkan pertunangan dengan Jovan dan bersikap baik pada Aira. Namun, mengapa Aira tetap terkurung di gudang? Bahkan Jovan juga membalasku seperti yang tertulis di novel. Bedanya, Jovan mengurungku di gudang sekolah, sedangkan pada novel dia mengurung Elora di gudang rumah. Perbedaannya hanya pada tempat dan timing.

Pada novel, diceritakan Elora mengurung Aira di gudang karena gadis itu semakin dekat dengan Jovan. Hampir sama seperti dalam novel, Jovan menyelamatkan Aira. Lelaki itu mengantar Aira pulang dengan selamat, dan mencari Elora setibanya di kediaman Dananjaya. Jovan jelas murka pada Elora. Untuk membalas perbuatan Elora pada Aira, Jovan mengurung Elora di gudang rumahnya. Elora terkurung semalaman, sebelum bibi Rini membantunya keluar dari sana.

Elora tetap terkurung di gudang, walau alur cerita sudah berusaha diubah. Sialnya, akulah yang terkurung di sana, karena sekarang aku adalah Elora.

"Apa yang sudah terjadi?" tanya Ken ingin tahu.

Aku mengedikkan bahu. "Entahlah. Yang jelas Jovan mengurungku di sana."

Ken menatapku iba. Aku tidak menyukainya. "Santai saja, Ken. Jovan selalu melakukannya padaku. Sudah biasa."

Ken mengetuk cangkirnya. Dia terlihat menimbang sesuatu. "Kamu nggak penasaran kenapa aku bisa berada di sana?"

Aku tidak mengungkapkannya, tetapi melalui tatapan mata kelihatannya Ken tahu kalau aku lumayan penasaran. "Aku mendengar sesuatu saat akan pulang," jelasnya. "Segerombolan siswa perempuan cekikikan sambil menyebut nama Aira dan namamu," lanjutnya.

Aku mengernyit. "Apa yang mereka katakan?"

Ken menggeleng. "Aku hanya mendengar mereka menyebut gudang dan soal berhasil memanfaatkan namamu."

Sial! Jadi mereka memanfaatkan namaku untuk mengurung Aira di gudang? Aku harus menerima hukuman atas kesalahan mereka? Ini tidak adil.

"Lalu aku memutuskan untuk pergi ke gudang, saat itu aku berpapasan dengan Jovan dan Aira," Ken melanjutkan. "Aku lega karena melihat Aira baik-baik saja. Tapi, aku segera melanjutkan niatku ke gudang karena Aira mengatakan kekhawatirannya karena kamu berada di gudang."

Ah, jadi karena itu Ken akhirnya menolongku. Meski ini sedikit berbeda dari alur novel, aku tetap diselamatkan. "Terima kasih, Ken," ucapku sungguh-sungguh. "Aku akan terus berada di sana kalau kamu nggak menolongku."

Ken menganggukkan kepalanya. "Jangan sungkan begitu," balasnya sembari terkekeh pelan.

Aku kembali menyesap cokelatku yang mulai dingin. Bersamaan dengan itu, bel apartemen Ken berbunyi. Lelaki itu minta izin padaku sebentar untuk membukakan pintu untuk tamunya. Aku hanya mengangguk dan fokus menghabisakan minumanku. Aku harus pulang sesegera mungkin. Tidak enak jika aku terus berada di apartemen Ken.

"Gue benar-benar nggak ngerti apa yang cewek jahat itu pikirkan!" Aku terhenyak saat mendengar suara yang baru masuk. Itu suara Jovan. Dia di sini? "Hampir aja gue percaya kalau dia sedikit berubah. Tapi, gue kembali nggak percaya setelah apa yang dilakukannya pada Aira."

"Lo sepertinya salah paham," Ken terdengar menenangkan. "Gue rasa Elora nggak melakukan itu."

"Gue lihat sendiri, Ken!" tukas Jovan cepat. "Gue yang mengeluarkan Aira dari gudang. Dan dia-- ngapain dia di sini?!"

I Become an ExtraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang