Sembilan

5.3K 792 77
                                    

Tidak ada yang berbeda dengan hari ini. Semua berjalan seperti biasa. Ken menjemputku untuk berangkat sekolah bersama dengannya. Aku juga belajar bersama dengan Ken dan Darrel di jam istirahat. Mungkin yang berbeda, kali ini kami belajar lebih keras mengingat ujian akhir semester akan segera berlangsung.

Akan tetapi, aku merasa tidak nyaman dengan situasi hari ini. Maksudku ... aku melirik Ken yang sedang membaca buku dengan wajah serius. Dia tampak sedikit berbeda dari biasanya. Bagaimana menjelaskannya ... hmm ... Ken sedikit ... pendiam? Dia amat kaku saat menyapaku di pagi hari tadi. Senyumnya juga tidak selepas biasanya.

Bukan hanya Ken ... pandanganku beralih pada Darrel. Si tukang kritik yang satu ini juga lebih diam. Dia menghindari tatapanku. Darrel bahkan mengabaikan sapaanku. Tetapi, dia tidak menolak saat aku mengajaknya belajar bersama seperti biasanya.

Ada apa dengan mereka?

Sejujurnya, aku tidak perlu merasa tidak nyaman dengan perubahan sikap mereka. Karena pada dasarnya baik Ken dan Darrel tidak pernah berhubungan baik dengan Elora di dalam novel. Ken minim interaksi dengan Elora. Sedangkan Darrel selalu berseberangan pendapat dengan Elora. Mereka yang seharusnya berpihak pada Aira, entah mengapa kini malah menjadi dekat denganku.

Ini terasa aneh. Tapi, cukup menyenangkan bisa berinteraksi dengan mereka. Ken pada dasarnya memang baik dan perhatian. Sedangkan Darrel, meski terkadang kasar aku tahu kalau dia selalu berusaha menjadi anak yang baik. Sungguh beruntung Aira memiliki Ken sebagai orang yang mencintainya dan Darrel sebagai sahabat yang menyayanginya.

Tunggu ... Ken mungkin memang mencintainya, tetapi Darrel tidak bisa disebut sebagai sahabat Aira. Hubungan mereka tidak berkembang seperti yang dituliskan dalam novel. Aku malah merasa Darrel selalu menghindari Aira.

Apa ada yang aku lewatkan, ya?

Bunyi pemberitahuan pesan singkat, mengakhiri pemikiran absurd-ku. Aku tersenyum melihat siapa yang mengirimiku pesan singkat.

dr. Tristan
Maaf, tadi sedang banyak pasien
Wah, sebentar lagi ujian ya?
Pasti kamu akan sibuk belajar
Kalau nanti hasil ujiannya bagus, kita harus merayakannya dengan makan malam
Setuju?

Aku menarik kedua sudut bibirku makin lebar. Kalau tidak ingat bahwa sekarang sedang berada di perpustakaan, aku pasti sudah berteriak kegirangan.

Oke
Tapi dokter yang traktir!

dr. Tristan
Nggak masalah
Selamat belajar, princess

Aahh ... dia menyebutku princess.

"Kenapa senyum-senyum?" suara Darrel merusak kesenanganku. Dia ini benar-benar berbakat dalam merusak suasana.

"Bukan urusanmu," jawabku kembali membuka buku. Nilaiku harus bagus, agar bisa kubanggakan pada dokter Tristan.

Darrel tidak membalas perkataanku. Aneh. Biasanya dia akan marah-marah. Saat aku mengangkat kepala, aku memergoki Ken yang sedang menatapku. Kenapa dengannya?

"Gue ke kelas duluan," kata Darrel kemudian. Dia segera beranjak dari bangku dan membereskan bukunya.

Lihat! Darrel makin aneh!

"Dia kenapa sih?" Aku bertanya pada diriku sendiri sambil memperhatikan punggung Darrel yang menjauh.

Ken masih tidak membalas perkataanku. Kini sibuk membaca. Aku makin merasa tidak nyaman dengan situasi saat ini. Apa sebaiknya aku menyusul Darrel ke kelas?

"Mau ke mana?" Ken menahan lenganku ketika hendak beranjak.

"Balik ke kelas," jawabku.

"Istirahat belum selesai."

I Become an ExtraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang