Empat Belas

8.6K 918 139
                                    

Aku akhirnya menghabiskan masa liburan kenaikan kelas bersama Oma.

Di rumah Oma?

Tidak.

Kami menghabiskan waktu bersama di sebuah villa keluarga yang terletak di dekat pantai. Villa yang cantik dengan nuansa putih dan pemandangan tepi pantai yang sangat indah. Aku bisa merasakan aroma garam dan mendengarkan suara deburan ombak dari kamarku yang terletak di lantai dua. Semuanya terasa sangat sempurna.

Kecuali keberadaan mereka bertiga.

"Itu kaos gue!"

Aku mendengar teriakan Darrel ketika hendak memejamkan mata. Rasa kantukku menguap begitu saja karena suaranya yang sangat keras.

"Lepas sekarang!"

Dengan langkah malas, aku berjalan keluar kamar. Tepat seperti dugaanku, Darrel, Ken, dan Arsen tengah berkumpul. Aku mengernyit menatap mereka bertiga. Baru dua hari berada di villa, mereka sudah ratusan kali bertengkar. Terutama dengan Arsen. Entah mengapa baik Ken mau pun Darrel selalu bermasalah dengan Arsen.

"Ini?" Arsen menarik kaos hitam dengan gambar tengkorak putih besar yang sedang dikenakannya. "Ini punyamu?"

"Iya!" Darrel menjawab dengan kesal. "Lepas sekarang!"

Arsen menggeleng. Dia bergerak ke belakang tubuh Ken, seolah minta perlindungan. Tetapi Ken beberapa kali menepis tangan Arsen yang menyentuh bahunya. "Aku suka kaos ini. Gambarnya lucu."

Lucu?

Aku menatap kaos--yang katanya milik Darrel--tapi tidak menemukan hal yang lucu pada gambarnya. Mungkin selera Arsen sedikit unik.

"Lepas sekarang atau gue tendang?"

Arsen mendecih. Tetapi, lelaki itu melakukan apa yang diperintahkan Darrel. Perlahan Arsen melepaskan kaosnya. Memamerkan bagian atas tubuhnya yang kini tidak tertutupi apa pun.

"Ah!" Arsen menoleh ke arahku. Senyumnya merekah saat tatapan kami bertemu. "Elora!"

Selalu seperti ini. Arsen selalu berlari ke arahku ketika melihatku. Entah kapan pun itu, dia akan berusaha mendekat dan memelukku. Mengapa dia terobsesi sekali untuk memeluk tubuhku?

"Kamu sudah bangun?"

Arsen melingkarkan lengannya di pinggangku dengan begitu natural. Aku tidak sempat menghindar, jadi aku mencoba menjauhkan wajahku darinya. "Arsen kamu--"

Aku tersentak merasakan apa yang kusentuh barusan. Tanganku yang berada di dada telanjang Arsen terasa panas. Panasnya menjalar. Merambat hingga ke pipiku yang pasti sudah memerah sekarang.

Astaga!

"Kamu sakit, Elora?" Semakin aku menjauhkan wajah, Arsen bergerak makin dekat. Dekapannya bahkan membuat tubuh kami makin merapat. "Wajah kamu merah ...."

"Heh!"

Bukan hanya Arsen, aku pun terkejut karena tiba-tiba Darrel menutupi kepala Arsen dengan kaos hitam miliknya yang sempat dikenakan oleh Arsen.

"Hwapa-hwapaan inih?"

Perbuatan Darrel sukses membuat Arsen melepaskanku. Lelaki itu berusaha mengeluarkan kepalanya dari lubang kerah kaos. "Katanya aku disuruh melepaskan kaosmu, kenapa malah dipakaikan padaku lagi?"

"I-itu karena ...." Darrel melihatku.

Apa? Kenapa denganku?

"Gue nggak tahu kalau lo nggak pakai apa pun selain kaos gue!"

"Yah, memangnya kenapa kalau aku nggak pakai apa pun selain kaos ini?"

Darrel tidak menjawab. Dia kembali melihatku. "Pokoknya pakai aja! Jangan berkeliaran tanpa baju!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Become an ExtraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang