Hasan Arafah tidak bercanda soal ketampanan yang sering dia sombongkan pada orang lain. Nyatanya, dia memang casanova terkenal di daerah ini. Kulit kecoklatan yang eksotis, tubuh proporsional, juara lomba menyanyi tiap tujuh belasan, supel ㅡHasan itu hampir sempurna. Mantan pacarnya banyak, cantik-cantik semua. Tiap putus selalu jadi gosip heboh dan cewek-cewek langsung mengantri ingin jadi pacar selanjutnya.
Makanya, Hasan sudah tahu diri agak menjaga jarak dengan Alin. Kepedean sih sebenarnya, takut Alin naksir dirinya. Menurut Hasan, Alin memang cantik tapi bukan tipenya. Cara bicara Alin mengingatkannya pada film kolosal. Big turn off untuk Hasan yang anak gaul Bandung.
"Heh, Hasan Arafah, yah! Nama lu itu termasuk nama yang bagus dalam agama, tapi kenapa kelakuan lu kayak anjㅡ"
"MAMAAAH SI DEDE NGOMONG KASAAAR!"
"IH ENGGA! BOHONG SI AA MAH!"
"Hilih terus itu tadi anj, mau ngomong apa hah???"
"Apa ih si aa sok tau! Dede kan mau ngomong Anjasmara yeee. Tau nggak? Artis jadul, iya kan Mah?"
Si mama, Yurisa Venya datang dari lantai satu membawa nampan berisi cemilan. Cantik dan modis walaupun menyandang status janda beranak dua. Pakaian sehari-harinya kalau di rumah bukan daster, melainkan dress import mahal yang belinya harus pre order di online shop instagram.
"Eleuh... ribut apa lagi atuh kalian teh? Cik udah pada gede teh yang akur, yang sayang sama sodara. Nggak malu kalo didenger tetangga?" ujar Yuri, penampilan ala gadis Korea tapi ngomong sih tetap logat Sunda.
"Itu Mah, si dede mau ngomong kasar," Hasan bergelayut manja pada ibunya sambil mengadu.
"IH ENGGAK! Si aa tuh Mah yang mulutnya kotor!"
"Anak mamah wangi gini, mau ke mana?" tanya Yuri pada anaknya.
"Emang kalo nggak ke mana-mana nggak boleh wangi gitu?" Hasan bertanya balik. "Itu tuh si dede yang mau keluyuran mah."
Tidak seperti biasanya, Yuri tampak tidak setuju. Dia segera mengalihkan perhatian pada anak gadisnya, yang sudah menenteng pancingan dan bersiap turun ke lantai satu.
"Dede, mau ke mana kamu?" tanya Yuri.
"Mau mancing di balong, sambil ngopi Mah biar santuy hehehehe," Ryu nyengir. (*balong = kolam)
"Buset kelakuan kayak bapak-bapak banget," celetuk Hasan diam-diam, tapi adiknya dengar.
"ENAK AJA! Nggak sama bapak-bapak kok, dede mau ngajak Alㅡ"
Hasan melotot kaget karena adiknya hampir keceplosan menyebut nama Alin. Ryu juga sama gugupnya. Ibu mereka tidak boleh tahu tentang Alin si cewek aneh yang tidak jelas asal-usulnya itu. Bisa gawat kalau sampai tetangga tahu Jenan menyembunyikan perempuan tak dikenal di rumahnya.
"Al? Al siapa?" selidik Yuri.
"Al... Hahahaha si alay maksudnya, si Mahendra Mah hahaha," Ryu tertawa garing.
"Hahahaha iya bener. Si Mahendra alay banget tuh nggak ada tandingan," Hasan mendukung kebohongan adiknya.
Yuri mengernyit. "Beneran sama Mahendra? Sejak kapan kalian akrab?"
"Bener kok, y-ya kan jadi tetangga harus rukun hehehehe," lagi-lagi Ryu ngeles.
"Ya udah boleh kalo sama Mahendra. Kalo sendiri jangan," Yuri menghela napas lega. "Jangan keluyuran sendiri ah sekarang, ada yang diculik lagi katanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Who Came from the Past
General Fiction"Sebenernya kamu itu siapa?" "Aku itu kamu, tapi versi masa lalu..." Liburan semester kali ini Jenandra panik setengah mati karena di suatu sore dia tidak sengaja menjatuhkan pot bonsai dari balkon dan melukai seseorang perempuan sampai pingsan. Sia...