31. first date

6.7K 1.8K 844
                                    

Berhubung sekarang katanya wattpad nggak ada newsfeed lagi, jadi kamu bisa bantu cerita ini dikenal dengan cara share sebanyak-banyaknya di socmed ㅡdan tentunya tetap vote dan comment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berhubung sekarang katanya wattpad nggak ada newsfeed lagi, jadi kamu bisa bantu cerita ini dikenal dengan cara share sebanyak-banyaknya di socmed ㅡdan tentunya tetap vote dan comment.
(+berdoa wattpad sadar terus balikin fitur newsfeed hihihi)
Terima kasih :)

*****





Jenandra melirik jam tangan kulit di tangan kirinya yang memegang soft drink dan popcorn. Lima belas menit lagi pintu teater sudah dibuka, tapi Hasan dan Alin belum sampai juga di bioskop. Rencana pura-pura pacaran akhirnya dijalankan, jadi akan rancu kalau Alin malah pergi berdua dengan Jenan. Makanya, hari ini rencananya Jenan ingin mengajak Alin ke nonton film tapi dia datang duluan di bioskop. Sementara itu Alin pura-pura pergi dengan Hasan dari rumah ㅡceritanya mau nge-date, padahal mau diantar ke sini.

Kedua mata Jenan terpaku pada pintu bioskop seraya dia menghela napas. Mungkin sebentar lagi Hasan dan Alin sampai. Setelah mengantar Alin ke sini, Hasan mau kumpul-kumpul dengan geng anak motornya. Jenan jadi gugup ㅡini pertama kalinya dia nonton cuma berdua dengan cewek. Tadinya mau mengajak Ryu juga, tapi anak itu sedang ada turnamen futsal. Mau mengajak Mahe, tapi Jenan sadar adiknya dan Alin sering bertengkar. Kalau ribut di bioskop nanti dia juga yang malu.

Jadi, akhirnya begini. Cuma berdua. Lagian kata Hasan juga "Ngapain pacaran ngajak-ngajak orang? Biar jadi obat nyamuk?". Jenan buru-buru mengerjap saat memikirkan kata 'pacaran'. Masih aneh rasanya memakai kata itu. Jantungnya berdebar tak karuan tiap kata itu dan wajah Ali terbersit dalam benaknya. Dasar noob, selama ini Jenan memang tuna asmara.





"San, oii!" panggil Jenan sembari melambaikan tangannya pada cowok berbaju birun dongker yang baru datang, diikuti cewek dengan rambut kecokelatan dan tampang bingung yang khas.

Hasan menoleh, langsung mengubah arah jalannya pada Jenan di dekat mesin tiket otomatis.

"Lama amat, ke mana dulu sih?" tanya Jenan.

"Nggak ke mana-mana, si Alin tuh jalannya lama ㅡ berhenti-berhenti mulu, liat doang beli mah enggak," Hasan melirik gadis di sebelahnya.

"Saya mau beli tapi sama kamu kan nggak boleh tadi," Alin membela diri. "Uang saya banyak, kata Gue bisa buat beli mall. Siapa yang punya mall? Saya mau beli!"

"Yeu si Mahe dipercaya, sesat," decak Hasan. "Kan tadi udah dibilangin, bukan nggak boleh beli tapi kita lagi buru-buru."

"Buru-buru kenapa? Jenan, kita mau ikut uang kaget??" tanya Alin antusias, menyebut acara favoritnya di TV.

"Uang kagㅡ ish, bukan!" kata Jenan. "Kita mau nonton, sebentar lagi film-nya mulai. Nih, tiketnya udah dibeli."

Alih-alih melihat dua lembar tiket yang ditunjukkan Jenan, perhatian Alin tertuju pada dua gelas soft drink di tangan Jenan. "Wow, soda~" serunya diiringi senyum lebar.

You Who Came from the PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang