07. jerawat

12.5K 3.1K 1.4K
                                    

Sungguh suatu kebetulan Bu Yurisa menginap di Lembang bersama teman-teman arisannya, jadi Ryu dengan leluasa bisa menampung Alin di rumahnya. Hasan cuma pulang sebentar untuk memastikan semua aman terkendali, lalu pergi lagi. Entah dia pulang jam berapa, Ryu dan Alin langsung masuk kamar setelah makan ikan hasil pancingan sore itu. Berkali-kali Alin tidak bisa menahan diri untuk melihat rumah sebelah dari balik jendela. Tidak ada yang tampak keluar masuk.

Semalaman tidak nyenyak tidur, saat bangun pagi harinya Alin kaget setengah mati saat melihat pantulan wajahnya di cermin besar di kamar Ryu. Sesuatu di wajahnya, ada yang salah. Ingin rasanya dia menjerit histeris, tapi sadar Ryu masih tidur. Tapi ini terlalu mengerikan untuk dibiarkan! Segera Alin membangunkan Ryu yang tidur pulas dengan mulut terbuka lebar.



"Ryu! Bangun! Gawat!" ujar Alin, panik.

Terperanjat dalam tidurnya, Ryu menggerutu. "Hnghh... Apa sih? Nanti dulu ah masih pagi..."

"Tapi ini gawat, ayo bangun!" Alin pantang menyerah.

"Hah?? Apa yang gawat?? Kebakaran???" Ryu langsung bangun setelah mencerna kata 'gawat', dia gelagapan melihat ke sekeliling dengan kepala agak pusing karena dipaksa bangun tiba-tiba.

Alin mencengkeram lengan temannya itu, menatapnya ketakutan. "Ryu, s-saya disantet," ujarnya.

"Hah??" kontan Ryu mengernyit bingung. "Maksudnya gimana??"

Gemetaran, tangan Alin bergerak menunjuk pipi kanannya. "Ini... tadi waktu bangun tidur tiba-tiba ada ini. Pasti gara-gara disantet..."

Mendengar penjelasan Alin, Ryu makin bingung. Dia mengerjap beberapa kali untuk mengumpulkan kesadaran. Perlahan ia mencondongkan diri supaya bisa melihat wajah Alin lebih jelas.

"Kamu mah aneh-aneh aja, ini sih jerawat, mana ada orang disantet keluar jerawat? Kecil lagian, cuma satu lagi," ujar Ryu setengah menggerutu.

Giliran Alin yang mengerutkan dahi. "Je...warat? Jewarat itu apa?"

"Jerawat, Aliiin," koreksi Ryu. "Ya itu, yang ada di muka kamu sekarang."

Alin meraba wajahnya. Mana dia tahu soal jerawat? Seumur hidup baru kali ini ada luka semacam itu muncul di wajahnya. Dia kira tonjolan kemerahan ini adalah penyakit kulit kiriman dari dukun santet.

"Tapi ini bahaya nggak?" tanya Alin.

Ryu ternganga. "Kamu teh belum pernah jerawatan seumur hidup? Ah ketularan alaynya si Mahendra pasti ini mah euy. Nggak apa-apa kok, nggak usah panik gitu."

"Beneran...?"

"Iya. Asal jangan dipegang-pegang terus. Udah biarin aja," kata Ryu, menepis tangan Alin yang meraba-raba jerawatnya.

"Kamu pernah ada jerawat?" tanya Alin penasaran.

Sambil menguap lebar-lebar, Ryu merengangkan tubuhnya. "Pernah atuh, emang kamu enggak?"

Alin menggeleng polos. Tapi dia jujur, baru kali ini dia melihat ada benda asing di kulitnya. Jujur dia masih takut jangan-jangan ini karena santet, tapi setelah dipikir lagi belum tentu tahun 2020 masih ada dukun santet.

"Masa sih? Kulit kamu bagus banget berarti," ujar Ryu takjub, memperhatikan lebih dekat wajah Alin.

"Terus ini gimana?" Alin menunjuk lagi jerawatnya.

"Ya dikasih obat. Mana ya salepnya?' Ryu celingukan menyisir seluruh sudut kamarnya yang penuh poster band. "Oh iyaㅡ waktu itu diminta si Aa. Kayaknya ada di kamar dia berarti."

You Who Came from the PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang