17. penjelajah waktu

10.2K 2.5K 874
                                    

Thanks for reading until this chapter!
Jangan lupa follow + vote + comment + share kalau kamu suka!

Thanks for reading until this chapter!Jangan lupa follow + vote + comment + share kalau kamu suka!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©pinkishdelight
@pinkishbooks on Instagram
@pinkishdelight on twitter

*****














"Tahun 1900?"

"Iya, Jenan."

Masih di tengah amukan hujan angin dan petir yang bersahutan, bahkan rahang Jenan terasa amat kaku untuk bicara. Tubuhnya merinding saat terpaku menatap Alin yang masih duduk di sebelahnya. Seperti biasa, sama sekali tidak tampak jahat ㅡapalagi mengerikan. Tapi sekarang Jenan merasa sedikit ngeri. Apa jangan-jangan yang ia temui ini memang si kuntilanak merah yang menjelma jadi Alin?

Tapi tidak mungkin. Ia bisa merasakan detak jantung Alin saat menggendong gadis itu di punggungnya tadi. Dan suhu tubuh yang perlahan menghangat saat mereka berpegangan tangan. Alin manusia yang hidup, jelas-jelas bukan hantu. Tapiㅡ berasal dari masa lalu? Yang benar saja.

"Alin, kayaknya kita harus ke rumah sakit lagi deh," Jenan tertawa garing.

"Kamu pikir saya gila?" tanya Alin dengan ekspresi serius. "Nggak, Jenan. Saya nggak bohong."

"Tapiㅡ"

"Kamu nggak percaya, 'kan? Makanya selama ini saya merahasiakan semua itu. Sekarang saya nggak punya pilihan lain... lebih baik kamu tahu kebenarannya daripada saya dikira penipu," ujar Alin, menundukkan wajahnya yang muram. "Kamu kan nggak suka dibohongi."

Jenan terdiam lagi. Selain sibuk mencerna semua perkataan Alin, dia juga bingung harus bereaksi bagaimana. Seumur hidup mana ada orang waras di dunia ini yang pernah membayangkan bertemu dengan seseorang yang mengaku berasal dari masa lalu? Ini sangat membingungkan.

"Jangan-jangan... itu alasannya kenapa waktu baru datang kamu kaget liat TV, mesin cuci, kulkas, handphone, dan lain-lain? Terus cara ngomongnya juga aneh?" ujar Jenan. Berbagai kejadian itu terputar ulang di otaknya.

Alin menganggukkan kepalanya. "Iya. Sekarang semua jadi masuk akal, 'kan? Saya bukan aneh, Jenan. Semua yang ada di zaman ini memang awalnya asing buat saya."

Tentu saja, batin Jenan. Tahun 1900 dan 2020 itu selisih satu abad lebih. Pantas saja Alin kadang jadi seperti orang bodoh. Menggunakan kata-kata yang ketinggalan zaman, tidak mengenal teknologi, takut pada alat elektronik, mengira orang-orang masih bepergian ke kota naik kuda, dan berbagai hal janggal lainnya.

"Pantesan. Sejak awal aku ngerasa ada yang janggal di diri kamu. Kayak nggak cocok kamu ada di keadaan jaman sekarang," Jenan buka suara lagi setelah terperangah.

"Jadi sekarang kamu percaya saya datang dari masa lalu?" tanya Alin, menatap lelaki di depannya penuh harap.

Sorot mata gadis itu tidak menyiratkan kebohongan sama sekali saat Jenan sengaja menatapnya untuk memastikan. Hanya tampak raut wajah yang polos, lelah, dan sedikit putus asa. Di samping itu, hujan angin yang masih mengamuk di sekeliling mereka membuat Alin kelihatan gemetar kedinginan dan bibirnya makin pucat.

You Who Came from the PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang