O N E - Secret

10.1K 885 67
                                    

~~~

O N E : Secret

~~~

LONDON 08.48 ; PARTY

Seorang laki-laki berjalan hingga ke ujung ruangan, kepada satu-satunya tempat yang masih sunyi di seluruh aula acara itu, sembari melontarkan tatapannya kepada kolam manusia yang berada di hadapan matanya.

Laki-laki itu adalah Rian Andira, CEO muda tampan, kaya raya, dan sekaligus laki-laki yang sedang menggemparkan internet saat ini. Laki-laki yang kerap disebut sebagai "THE GENIUS OF THE CENTURY"

Rian mendapatkan sebuah panggilan dari pemilik perusahaan ternama di London, dan karena itu lah di sini dia sekarang, menghabiskan waktunya di London yang diluar keinginannya, sangat sibuk ini. Acara dan pertemuan terus menerus memanggilnya, dan walupun Rian tolak sebagian besarnya, namun tentu dia tidak melakukan semuanya.

Rian mulai merasa lelah dengan kesehariannya ini.

"Sir, another glass?"

Laki-laki itu menoleh sesaat dia melihat seorang pelayan laki-laki membungkuk kepadanya, menawarkan secangkir anggur pada Rian. Dengan mengembangkan senyumnya, Rian menerima tawarannya itu. Dia menyondorkan minumannya kepada pelayan, dan membiarkannya mengisi sampia penuh.

"Thank you," ujar Rian.

"You're welcome, Sir. Have a good night."

Mata Rian menatap kepergian pelayan itu sembari dia menghela nafasnya dengan panjang. Dia telah berada di dalam pesta ulang tahun perusahaan ini cukup lama, dan walaupun dia orang yang sangat aktif bersosialisasi, namun jujur berbicara dengan orang-orang formal seperti ini selalu membuat Rian lelah.

Karena itu dia memutuskan untuk mengambil istirahat sejenak di ujung ruangan seperti sekarang, namun tampaknya, dia tidak bisa melakukan itu lama-lama.

"Good evening, Mr. Andira. I doubted my eyes seeing you here."

Rian langsung menoleh sesaat dia mendengar suara berat seseorang memanggilnya. Di sana berdirilah seorang laki-laki paruh baya, berjas sangat mahal dan terlihat bagai bangsawan. Rian bisa melihat ada seorang perempuan sedang berdiri di sampingnya, dan dari wajahnya yang masih sangat muda, perempuan itu bukan istrinya, tapi sepertinya anaknya.

Rian mengerutkan keningnya bingung.

Tunggu dulu... Siapa pria ini? Hmmm... Oh dia pengusaha pertambangan terkenal itu. Bram de Bekkers dari Belanda.

"Selamat malam juga, Tuan Bekkers. Saya tidak tahu Anda datang kemari juga," ujar Rian sembari menjabat tangan Tuan Bram, berdoa kalau dia tidak salah menyebut nama.

Yang beruntungnya tidak.

"Saya dan pemilik acara ini teman sejak lama, begitulah kenapa," ujar Tuan Bram sembari tertawa bangga. "Mohon perkenalkan, Tuan Andira, ini putri saya. Dia berumur 21 tahun, hanya berbeda 2 tahun dengan Anda."

Sesaat Rian menoleh, dia langsung mendapatkan putri Tuan Bram itu mengangkat tangannya hingga di depan wajah Rian, membalikkan telapak tangannya, dan menunggu sampai Rian melakukan sesuatu kepadanya. Laki-laki itu diam kebingungan sesaat, namun pada akhirnya dia mengerti juga.

Dasar orang Eropa dan kebiasaannya.

Rian mengambil tangan itu ke dalam tangan lebarnya lalu mencium tangan perempuan itu, selembut mungkin. Seperti inilah orang Eropa itu, selalu menjunjung tinggi moralitas tidak penting ini. "Nice to meet you, Lady. My name is Rian Andira."

Age Does(n't) MatterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang